A.
Problematika Remaja Masjid
Problematika
remaja di jaman modern ini termasuk masalah terpenting yang dihadapi semua
masyarakat di dunia, baik masyarakat muslim maupun non muslim. Hal ini
dikarenakan para pemuda dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak
mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwa mereka, yang sering menyebabkan
mereka mengalami keguncangan dalam hidup dan mereka berusaha sekuat tenaga
untuk melepaskan diri dari berbagai masalah tersebut. Dan itu semua tidak
mungkin terwujud kecuali dengan (kembali kepada ajaran) agama dan akhlak Islam,
yang keduanya merupakan penegak (kebaikan dalam) masyarakat, (sebab
terwujudnya) kemaslahatan dunia dan akhirat, dan sebab turunnya berbagai
kebaikan dan berkah (dari Allah Ta’ala) serta hilangnya semua keburukan dan
kerusakan.[1]
Agama
Islam sangat memberikan perhatian besar kepada upaya perbaikan mental para
pemuda. Karena generasi muda hari ini adalah para pemeran utama di masa
mendatang, dan mereka adalah pondasi yang menopang masa depan umat ini. Oleh
karena itulah, banyak ayat Alquran dan hadits Rasulullah Saw. yang menghasung
kita untuk membina dan mengarahkan para pemuda kepada kebaikan. Karena jika
mereka baik maka umat ini akan memiliki masa depan yang cerah, dan generasi tua
akan digantikan dengan generasi muda yang shaleh, insya Allah.[2]
Syeikh
Muhammad Bin Shaleh Al-Utsaimin berkata, “Kalau kita meninjau dengan seksama
(keadaan) para pemuda, maka secara umum kita dapat mengklasifikasi para pemuda
ke dalam tiga (golongan): pemuda yang
istiqamah (baik akhlaknya), pemuda yang menyimpang (akhlaknya), dan pemuda yang
kebingungan/terombang-ambing (di persimpangan jalan) di antara dua golongan
tersebut di atas.
1)
Adapun pemuda
yang istiqamah (baik akhlaknya) adalah pemuda yang beriman (kepada Allah Swt.)
dalam arti yang sebenarnya, dia meyakini agama Islam, mencintai, merasa cukup
dan bangga dengannya. Mengamalkan Islam merupakan target utamanya, dan lalai
dari agama merupakan kerugian yang nyata baginya. Dia adalah pemuda yang selalu
beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agamanya bagi-Nya semata-mata dan
tidak ada sekutu baginya. Pemuda yang selalu meneladani Rasulullah Saw. dalam
(semua) ucapan dan perbuatannya, karena dia meyakini beliau sebagai utusan
Allah dan panutan yang (harus) diteladani. Pemuda yang mendirikan shalat secara
sempurna sesuai dengan kemampuannya, karena dia yakin bahwa shalat memiliki
banyak manfaat dan kebaikan dalam agama maupun dunia, bagi diri pribadi dan
masyarakat.
2)
Adapun golongan
yang kedua adalah pemuda yang menyimpang akidahnya, buruk tingkah lakunya,
tertipu dengan dirinya sendiri dan tenggelam dalam keburukan hawa nafsunya. Dia
tidak mau menerima (nasehat) kebenaran dari orang lain dan tidak mau menjauhkan
dirinya dari kebatilan, egois dalam tindak-tanduknya, seolah-olah dia
diciptakan untuk (kekal di) dunia dan dunia diciptakan untuk dirinya saja. Dia
adalah pemuda yang membangkang dan tidak mau tunduk kepada kebenaran, serta
tidak mau meninggalkan kebatilan.
3)
Dan golongan
yang ketiga adalah pemuda yang kebingungan dan terombang-ambing di persimpangan
jalan, (sebenarnya) dia telah mengetahui dan meyakini kebenaran serta hidup di
masyarakat yang baik, akan tetapi pintu-pintu keburukan terbuka lebar (di
hadapannya melalui berbagai media dan sarana), berupa pendangkalan akidah,
penyimpangan akhlak, kerusakan amal perbuatan, adat dan kebiasaan buruk, serta
serangan berbagai macam kebatilan, yang membuatnya (terkurung) dalam pergolakan
pikiran dan mental. Dia berdiri di depan berbagai macam gelombang (fitnah) ini
dalam keadaan bingung dan tidak mengetahui, ‘Apakah semua pemikiran dan tingkah
laku modern ini yang benar, ataukah adat-istiadat dari nenek moyang dan masyarakatnya
yang baik?’ Maka jadilah dia bimbang dan guncang (dalam menentukan pilihan),
sehingga terkadang dia mengikuti yang ini dan terkadang yang itu. Golongan
pemuda ini akan mengalami keburukan dalam hidupnya, maka dibutuhkan pendorong
yang kuat untuk membimbing mereka ke jalan yang baik dan benar, dan ini
sangatlah mudah dengan Allah menghadirkan seorang juru dakwah (yang mengajak
kepada) kebaikan dengan bijaksana, dan dilandasi ilmu serta niat yang baik.[3]
Metode
dakwah yang banyak berhasil di kalangan remaja adalah dengan cara membentuk
sebuah organisasi. Sebagaimana diketahui, manusia memiliki kebutuhan untuk
berhubungan dengan manusia lain sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan
manusia, selalu ditemukan adanya relasi interpersonal dengan berbagai motif.
Kesamaan motif akan menimbulkan adanya pengelompokan (pengorganisasian).
Demikian menurut Ibnu Khaldun. Berangkat dari teori ini, remaja akan merasa
senang apabila hidup berkelompok dengan sesamanya. Organisasi remaja adalah
merupakan bentuk formal dari sejumlah anggota dalam sebuah struktur berbentuk
hirarkhis dan fungsional. Dengan adanya sebuah organisasi remaja, dakwah akan
lebih mudah dilakukan. Menurut sebuah penelitian, sejak didirikannya organisasi
yang bernama remaja masjid pertama kalinya di kota Surabaya, intensitas
kegiatan remaja yang bersifat positif, pada lingkungan sekitar dari sebanyak
240 buah masjid, mengalami kenaikan besar daripada sebelum organisasi ini
didirikan.[4]
Sebagai
sebuah organisasi, remaja masjid memiliki kelebihan daripada beberapa
organisasi remaja lain. Kelebihan tersebut di antaranya:
1.
Tidak terikat
wilayah dan lingkungan tempat tinggal secara absolut. remaja mesjid, tidak
sebagaimana karang taruna yang dibatasi oleh wilayah tempat tinggal, yakni
anggotanya merupakan remaja dari wilayah tertentu saja, memiliki anggota dari
berbagai wilayah mana saja yang mau ikut meramaikan syiar di masjid tersebut.
Bisa saja anggota-anggota Remas, berasal dari latar belakang yang beragam, misalnya
dari lingkungan perumahan (real estate), dari dusun yang berlainan, dari
RT. Atau RW. Lain, bahkan dari desa lain. Hal ini merupakan sebuah potensi, di
mana Remas telah berperan menyatukan remaja muslim dari berbagai elemen
masyarakat.
2.
Kegiatan-kegiatan
dalam remaja masjid memiliki banyak variasi pada setiap masjid, tergantung
sejauh mana kreatifitas anggotanya, sehingga amat membuka diri terhadap kreasi
dan partisipasi anggota.[5]
Namun
di balik berbagai potensi di atas, remaja masjid memiliki permasalahan yang
bersifat rutin, artinya terjadi secara umum pada hampir setiap tempat di aman
terdapat organisasi ini. Permasalahan tersebut antara lain:
1.
Kegiatan dalam remaja
masjid seringkali bersamaan jadwal dengan kegiatan sekolah, keluarga atau
lainnya.
2.
Dana
operasional yang terbatas. Seringkali kegiatan dalam remaja masjid terhambat
oleh masalah dana, karena remaja masjid belum memiliki sumber dana sendiri dan
menggantungkan pada anggaran yang diajukan kepada Takmir.
3.
Permasalahan
pribadi yang berdampak pada keaktifan dalam organisasi. Terkadang, di antara
anggota Remas, terjalin hubungan yang bersifat “khusus” di antara remaja.
Terkadang hal ini menimbulkan semangat untuk aktif, namun akan terjadi
sebaliknya apabila telah muncul permasalahan di antara mereka. Hal ini
seringkali membuat keduanya kemudian tidak aktif sehingga mengganggu
pelaksanaan kegiatan. Hal ini berawal dari ketidakmampuan untuk menempatkan
diri sesuai keadaan; waktu dan tempat.[6]
Keberadaan organisasi remaja mesjid merupakan dinamika kegiatan
keagamaan yang orientasi umumnya diarahkan kepada pengembangan dakwah. Hal ini
karena, remaja mesjid sebagai bagian dari generasi muda mempunyai peranan yang
cukup besar dan potensial dalam membina dan mengembangkan ajaran agama,
khususnya terhadap kalangan remaja lainnya. Potensi remaja mesjid jika dilihat
secara kuantitatif, maka organisasi tersebut dapat berkembang luas. Hal ini
karena hampir semua mesjid terdapat kelompok remaja mesjid yang jumlahnya
berimbang dengan jumlah mesjid. Remaja mesjid terdiri dari para remaja yang
berlatar belakang berbeda-beda, sejak dari tingkat pendidikan SMU-SLTP dan
Perguruan Tinggi, bahkan ada anggotanya yang sarjana. Dengan potensi
keanggotaan yang demikian, maka organisasi remaja mesjid merupakan salah satu asset
dalam mengembangkan dakwah, khususnya sebagai sarana peningkatan dan pengamalan
agama di kalangan remaja.
[1] Zenar
Assorfillah, Etika Pergaulan Remaja dalam Pandangan Islam, (Online) http://meetabied.wordpress.com/2009/11/02/etika-pergaulan-remaja-dalam-pandangan-islam/
0 Comments
Post a Comment