BAB II
LANDASAN TEORITIS TENTANG PENGGUNAAN
METODE INDUKTIF PADA SUBKONSEP TUMBUHAN
BERBIJI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
A.
Proses
Belajar Mengajar
Proses adalah
kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran. Belajar
mengajar selaku suatu sistem intruksional mengacu kepada pengertian sebagai
seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan
interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar
dan guru sebagai pihak yang mengajar.
1. Pengertian
belajar
Belajar dapat diartikan sebagai
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya (Uzer Usman,
2001:4). Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut
Sardiman (2001:22) bahwa belajar adalah suatu proses interaksi antara diri manusia
dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep atau teori.
Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah proses
internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar dan dilakukan secara
aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan. Proses belajar yang merupakan
proses internal tampak terlihat lewat perilaku siswa mempelajari bahan belajar.
Belajar merupakan kegiatan peningkatan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik menjadi lebih baik (Dimyati dan Mudjiono, 2002:26). Lebih lanjut
menurut Muhibbin syah (1995:91) mengemukakan belajar adalah tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah
(2002:11) belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan. Artinya, perubahan tingkah laku, baik menyangkut pengetahuan,
keterampilan maupun sikap: bahkan meliputi aspek pribadi. Sedangkan Menurut
Slameto (1995:2) mengemukakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sebagaimana dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2001:36) belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungannya.
Dari beberapa kutipan diatas,
nampak jelas bahwa secara maknawi rumusan yang mereka kemukakan itu memiliki
maksud dan tujuan yang sama, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang
dialami individu secara menyeluruh sebagai hasil latihan dan pengalaman yang di
sengaja agar terjadi perubahan tingkah laku yang meliputi aspek kognitif,
afektif, psikomotor melalui interaksi dengan lingkungannya.
2. Pengertian
mengajar
Mengajar
adalah mengatur atau mengorganisasi yang ada di sekitar siswa sehingga dapat
mendorong dan menumbuhkan motivasi siswa yang melakukan kegiatan belajar. Menurut
Oemar Hamalik (2001:36) mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan
kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa.
Sebagaimana yang dikemukakan Uzer Usman (2001:6) dari kutipan DeQueliy dan
Gazali bahwa mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Definisi
ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa, yang mengalami proses belajar.
Mengajar merupakan suatu perbuatan
yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya
membimbing siswa dalam kegiatan belajar. Mengajar merupakan suatu usaha
mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa (Moh Uzer
Usman, 2001:6).
Pengertian di
atas mengandung makna bahwa guru yang menciptakan susana belajar yang
menggairahkan dan menyenangkan bagi semua anak didik. Siswa hendaknya juga mampu memanfaatkan
lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang ada di luar kelas yang dapat
menunjang kegiatan belajar. Mengajar bukan sekedar proses menyampaikan ilmu
pengetahuan, melainkan adanya interaksi manusiawi dengan berbagai aspek yang
cukup kompleks.
3. Hakikat
Belajar Mengajar
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat di pisahkan satu
sama lain. Belajar merupakan suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Maka hakikat
belajar adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah
berakhirnya aktivitas belajar (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:44). Dan Mengajar
pada hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan
mendorong anak didik melakukan proses belajar (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain, 2002:45). Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan
bimbingan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar. Akhirnya, bila
hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat mengajar adalah proses
“pengaturan” yang dilakukan oleh guru.
B. Prestasi
Belajar
- Pengertian prestasi belajar
Hasil (prestasi) belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya (Nana Sudjana, 2002:22). Prestasi merupakan suatu hasil yang dicapai
oleh seseorang sebagai akibat dari yang dikerjakannya. Sebagaimana juga
dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan Supriyono (1991:130) bahwa prestasi adalah
hasil yang dicapai seorang individu. prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
siswa setelah mengalami perubahan secara menyeluruh sebagai akibat dari
pengalaman dan latihan melalui interaksi dengan lingkungannya.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar
Prestasi belajar yang dicapai siswa merupakan interaksi antara berbagai
faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun di
luar diri (faktor eksternal) individu (Uzer Usman, 2001:9). Prestasi belajar
yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari
dalam individu. Faktor ini terdiri dari faktor jasmaniah, faktor psikologi dan
faktor kematangan fisik maupun psikis.
1.
Faktor jasmaniah
yaitu baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, pancaindera yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh, atau
perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa
kelainan tingkah laku.
2.
Faktor
psikologis dibagi lagi ke dalam dua faktor, yaitu:
a.
Faktor intelektif meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat
serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.
b. Faktor
nonintelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seprti sikap, kebiasaan,
minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.
3. Faktor
kematangan fisik maupun psikis. Kematangan adalah suatu tingkat dalam
pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru (Slameto, 1995:58).
Faktor
ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini terdiri
dari faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik dan faktor
lingkungan.
1.
Faktor sosial
terdiri atas faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.``
a.
Lingkungan keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari
keluarga berupa : cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
b.
Lingkungan
sekolah, faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa mencakup : metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin yang diterapkan disekolah, pelajaran dan waktu sekolah.
c.
Lingkungan masyarakat, pengaruh faktor masyarakat ini terjadi karena
keberadaannya siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul (Slameto,
1995:72).
2.
Faktor budaya, seperti adat-istiadat, teknologi dan kesenian.
3.
Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
4.
Faktor
lingkungan keagamaan
Selain faktor-faktor yang diutarakan di atas, ada faktor-faktor lain yang
perlu diperhatikan yaitu, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yang
dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002:123) adalah:
1. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas
tidaknya perumusan tujuan pengajaran, tercapaianya tujuan sama halnya
keberhasilan pengajaran. Perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran
yang dilakukan oleh guru, dan secara langsung guru mempengaruhi kegiatan
belajar anak didik. Guru dengan sengaja menciptakan lingkungan belajar guna
mencapai tujuan, karena tujuan adalah sebagai pedoman sekaligus sebagai sasaran
yang akan dicapai dalam setiap kali kegiatan belajar mengajar, maka guru
diwajibkan merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK) dan sudah tersedia
tujuan pembelajaran umum (TPU) dalam GBPP.Agar TPK dapat mewakili terhadap TPU
perlu difikirkan beberapa petunjuk (indikator) suatu TPU. Perumusan TPK yang
bermacam-macam akan menghasilkan hasil (prestasi) belajar atau perubahan
perilaku anak yang bermacam-macam pula, itu berarti keberhasilan proses belajar
mengajar bervariasi juga.
2. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan
kepada anak didik di sekolah, orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya,
dan dengan keilmuan yang dimilikinya dapat menjadikan anak didik menjadi orang
yang cerdas. Setiap guru mempunyai kepribadiaan masing-masing sesuai dengan
latar belakang kehidupan sebeleum mereka menjadi guru, kepribadian guru diakui
sebagai aspek yang tidak dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar
mengajar untuk mengantar anak didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan
berkepribadiaan. Dari kepribadiaan itulah mempengaruhi pola kepemimpinan yang
guru perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajar di kelas.
3. Anak didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di
sekolah, guru yang berkewajiban untuk mendidiknya agar menjadi orang yang
berilmu pengetahuan di kemudian hari, maka jadilah guru sebagai pengemban
tanggung jawab terhadap sejumlah anak didik dengan latar belakang kehidupan
sosial keluarga dan masyarakat yang berlainan. Demikian juga halnya pada aspek
biologis, yaitu jenis kelamin dan fostur tubuh. Intelektual mereka dengan
tingkat kecerdasan yang bervariasi dan berkepribadiaan yang bermacam-macam, ada
yang pendiam (pasif), ada yang periang, ada yang suka bicara, ada yang kreatif,
ada yang keras kepala, dan ada yang manja.
4. Kegiatan
pengajaran
Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru
dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar dan
anak didik yang belajar, maka guru adalah orang yang menciptakan lingkungan
belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang di
ikutsertakan ke dalam lingkungan belajar yang telah di ciptakan oleh guru. Gaya
mengajar guru berusaha mempengaruhi gaya belajar anak didik, dalam kegiatan
belajar mengajar pendekatan yang guru ambil akan menghasilkan kegiatan anak
didik yang bermacam-macam, strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan
kualitas hasil belajar mengajar, pengajaran yang dihasilkan dari penggunaan
metode ceramah tidak sama dengan hasil pengajaran yang dihasilkan dari
penggunaan metode tanya jawab atau metode diskusi. Bermacam-macam penggunaaan
metode mengajar akan menghasilkan hasil belajar mengajar yang berlainan
kualitasnya, maka itu penggunaan metode mengajar mempengaruhi tinggi rendahnya
mutu prestasi belajar siswa.
5. Alat dan bahan
evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang
sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan tes prestasi belajar. Semua
bahan yang telah diprogramkan dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan item-item
soal evaluasi, gurulah yang membuatnya dengan perencanaan yang sistematis dan
dengan menggunakan alat evaluasi. Alat evaluasi yang umumnya digunakan yaitu,
benar-salah (true-false), pilhan
ganda (multiple-choice), menjodohkan (matching), melengkapi (completion), dan essay.
6. Suasana
evaluasi
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilakukan didalam kelas, besar kecilnya
jumlah anak didik yang kumpul di dalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas
dan suasana evaluasi yang dilaksanakan. Sikap mental anak didik belum semuanya
siap untuk berlaku jujur, maka dihadiri oleh satu atau dua orang pengawas atau
guru untuk mengawasinya. Selama pelaksanaan evaluasi, selama itu juga seorang
pengawas mengamati semua sikap, gerak gerik yang dilakukan anak didik,
pengawasan tidak hanya duduk berlama-lama di kursi tapi dapat berjalan dari
muka ke belakang sewaktu-waktu sesuai keadaan.
Sikap yang merugikan pelaksanaan evaluasi dari seorang pengawas atau guru
adalah membiarkan anak didik melakukan hubungan kerja sama diantara anak
didik.. Hal inilah yang seharusnya tidak boleh terjadi pada diri anak didik,
karena kemudian hari kemungkinan besar anak didik malas belajar dan kurang
memperhatikan penjelasan guru ketika proses belajar mengajar berlangsung.
- Indikator
prestasi belajar
Hasil
belajar yang bersipat kognitif, ditandai dengan kemampuan siswa dalam
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang diterima mereka, serta
kemampuan untuk membeda-bedakan dan mengelompokkan serta memfokuskan sesuatu
yang telah diterimanya selama belajar. Indikator kognitif sebagai hasil belajar
akan nampak pada enam segi.
1) Pengetahuan
Menurut
Uzer Usman (2001:35) bahwa pengetahuan sebagai ingatan meteri yang telah
dipelajari sebelumnya. Ini mencakup mengingat semua hal, dari fakta-fakta yang
khusus sampai pada teori yang kompleks, tetapi semua itu diperlukan untuk
menyimpan informasi yang tepat.
2) Pemahaman
Hasil
belajar pemahaman tercermin dari kemampuan siswa dalam menangkap makna dan arti
suatu konsep. Menurut Uzer Usman (2001:35) pemahaman mengacu kepada kemampuan
memahami makna materi. Aspek satu tingkat diatas pengetahuan dan merupakan
tingkat berfikir paling rendah. Menurut Nana Sudjana (2002: 24) contoh pemahaman
misalnya, menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca
atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah di contohkan.
3) Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abtraksi pada situasi konkret
atau situasi khusus (Nana Sudjana, 2002:25). Penggunaan abtraksi tersebut perlu
berupa prinsip atau generalisasi, yakni sesuatu yang umum sifatnya untuk
diterapkan pada situasi khusus.
Abtraksi tersebut berupa
ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abtraksi ke dalam situasi baru,
mengulang-ulang menerapkannya pada situasi lama akan beralih menjadi
pengetahuan hafalan atau keterampilan. Sebagaimana yang dikemukakan Moh. Uzer
Usman (2001:112) aplikasi adalah sebagai kemampuan unruk menggunakan apa yang
telah dipelajari dalam situasi konkret yang baru.
4) Analisis
Hasil
belajar yang bersipat analisis mengacu kepada kemampuan menguraikan materi
kedalam bagian-bagiannya sehingga struktur organisasinya dapat di pahami
hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan
aturannya dapat lebih di mengerti (Uzer Usman,2001:112). Analisis merupakan
kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe
sebelumnya. Menurut Nana Sudjana (2002,27) mengemukakan bahwa analisis adalah
usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga
jelas susunannya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunya pemahaman yang
komprehensip dan memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap
terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, cara bekerjanya, dan memahami
sistematikanya.
Dalam aspek ini siswa dituntut untuk memadukan
bagian-bagian menjadi satu kesatuan sehingga tersusun suatu pola atau struktur
yang jelas.
5) Sintesis
Hasil
belajar yang bersipat sintesis ditunjukkan dengan kemampuan atau kesanggupan
menyatukan unsur-unsur atau bagia-bagian menjadi satu integrasi. Menurut Uzer
Usman dan Lilis Setiawati (2001,112) mengemukakan bahwa sintesis adalah
kemampuan memadukan bagian-bagian membentuk keseluruhan yang baru menjadi
struktur atau pola yang baru. Berfikir sintesis adalah berfikir divergen,
jawabannya belum dapat dipastikan. Sintesis sebagai menyatukan unsur-unsur
menjadi integritas, sebagaimana Nana Sudjana (2002:28) mengemukakan bahwa
sintesis adalah penyatuan unsur-unsur ke dalam bentuk menyeluruh.
Mensintesiskan unit-unit tersebar tidak sama dengan mengumpulkannya ke dalam
suatu kelompok besar.
6) Evaluasi
Menurut
Uzer Usman (2001:113) evaluasi mengacu kepada kemampuan memberikan pertimbangan
terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat
kemampuan berpikir yang tinggi. Menurut Nana Sudjana (2002:28) mengemukakan
bahwa evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin
dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, dan
materil.
C. Topik Induktif
1. Pengertian Induktif
Arti dari “Inductive” kata yang berasal dari
bahasa inggris adalah jalan pemikiran secara induktif (Kamus
Inggris-Indonesia). Metode induktif adalah pengajaran di mana proses pengolahan
informasi bertolak dari contoh-contoh konkret kepada generalisasi atau prinsip
yang bersifat umum, dari fakta-fakta yang nyata kepada konsep bersifat abstrak
(Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, 1997:14). Salah satu cara untuk mengaktifkan
siswa dalam proses pembelajaran melalui pendekatan induktif. Pendekatan
induktif merupakan strategi pembelajaran dengan melakukan perampatan
(generalisasi) fenomena kehidupan yang sederhana ke yang kompleks atau
diartikan sebagai suatu pengambilan kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang
khusus (Nuryani Rustaman dan Andrian Rustaman, 1997:34). Menurut Abu Ahmadi
(2003:178) bahwa Proses pembentukan kesimpulan induktif ini dimulai dari
situasi yang kongkrit menuju ke hal-hal yang abstrak. Strategi induktif
berkembang dari suatu dasar konseptual bahwa cara belajar siswa akan mantap
jika di mulai dari data empirik menuju konsep sampai pada generalisasi.
Agar lebih memahami metode induktif, siswa perlu
menguasai pengertian fakta, data, konsep, dan generalisasi. Fakta adalah
benda-benda atau hal-hal yang dapat di amati dengan indera manusia. Data adalah
ciri karakteristik dari benda-benda atau hal-hal yang di amati. Konsep adalah
definisi atau batasan pengertian dari hal yang di amati. Sedangkan generalisasi
merupakan hasil kesimpulan bahwa metode induktif adalah siswa melakukan
kegiatan mulai dengan data empirik menuju pada pembentukan konsep, bergerak
dari hal yang bersipat konkret kepada hal-hal yang bersifat abstrak.
Menurut
Bruce Joyce dan Marsha weil (1992:118) dalam Hilda Taba mengemukakan bahwa
strategi mengajar dalam proses berfikir induktif mempunyai tiga tahap antara
lain, yaitu pertama terdiri dari tiga tahap; (1) mengindentifikasi dan
mengurutkan data yang berkaitan dengan tofik atau masalah; (2) pengelompokkan
materi ke dalam kategori yang anggotanya memiliki sifat-sifat umum; (3)
mengembangkan label untuk kategori-kategorinya. Setiap aktivitas nyata
mencermikan kerja mental yang tersembunyi, sebagaimana yang terdapat dalam
tabel 2.1, yaitu menggambarkan hubungan antara kegiatan para siswa melalui
kerja mental dengan pertanyaan arahan yang di ajukan dari guru untuk
mengarahkan kegatan para siswa.
TABEL 2.1
Bentuk
Konsep
Aktivitas Nyata
|
Kerja Mental Tersembunyi
|
Pertanyaan Arahan
|
Pengurutan data, Mendaftar
|
Pembedaan
|
Apa yang kalian lihat, dan
catatlah?
|
Pengelompokkan
|
Identifikasi sifat-sifat umum, meringkas
|
Persamaan apa yang di
miliki tiap data? Apa kriterianya?
|
Pemberian Nama, ketegorisasi
|
Menentukan perintah secara hirarki
|
Bagaiman kalian menyebut kelompom-kelompok ini? Apa yang di
milikinya?
|
Tahap kedua, meliputi
menginterpretasikan atau pengambilan kesimpulan, dan generalisasi. Tabel 2.2
menujukkan aktivitas nyata yang mencerminkan kerja mental tersembunyi yang di
pakai dalam penafsiran data dan pertanyaan, di mana guru mengarahkan kegiatan
siswa, dan siswa membangun hipotesis tentang hubungan, membuat kesimpulan sebab
akibat, dan menyelidikinya membangun suatu generalisasi.
TABEL 2.2
Penafsiran Data
Aktivitas
Nyata
|
Kerja Mental Tersembunyi
|
Pertanyaan Arahan
|
Identifikasi hubungan kritis
|
Kegiatan membedakan
|
Apa yang kalian perhatikan, lihat, dan temukan
|
Menyelidiki suatu hubungan
|
Menghubungkan kategori satu sama lain
|
Kenapa hal ini terjadi?
|
Membuat kesimpulan
|
Menemukan implikasi, meramalkan kemungkinan
|
Apa maknanya? Gambaran apa yang ada dalam pikiran
Anda? Apa
yang Anda simpulkan?
|
Tahap ketiga, penerapan prinsip, yaitu dimana siswa di haruskan
memprediksi konsekuensi, menjelaskan data yang tidak biasa, atau membuat
hipotesis; kedua, siswa mencoba menjelaskan atau mendukung prediksi atau
hipotesis, dan menguji prediksi. Tabel 2.3 menggambarkan aktivitas nyata, kerja
mental yang tersembunyi, dan pertanyaan arahan.
TABEL 2.3
Penerapan Prinsip
Aktivitas Nyata
|
Kerja Mental Tersembunyi
|
Pertanyaan Arahan
|
Memprediksi
konsekuensi
|
Menganalisis sifat alami masalah , mendapatkan kembali pengetahuan yang
relevan
|
Apa yang akan terjadi jika…?
|
Mendukung
prediksi
|
Menetapkan hubungan yang
mengarah pada prediksi
|
Kenapa Anda berfikir bahwa ini akan terjadi?
|
Menguji
prediksi
|
Menggunakan pengetahuan
berdasarkan fakta
|
Apa yang akan di hasilkan
dari hal ini menjadi benar secara umum?
|
2.
Penggunaan Model Berfikir Induktif
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil (1992:126) strategi pembelajaran
model berfikir induktif ada tiga langkah. Setiap langkah membentuk suatu
kegiatan berfikir; strategi pertama pembentukan konsep, strategi kedua
penafsiran data, strategi ketiga penerapan gagasan. Strategi mengajar dalam
pembelajaran dengan tahapan-tahapan seperti yang tampak pada tabel 2.4.
TABEL
2.4
Model Berfikir
Induktif
Strategi pertama
|
Pembentukan Konsep
|
Materi Tumbuhan biji
|
Tahap Satu
|
Penyebutan satu persatu dan pendaftaran
|
Siswa dapat mengamati
buah-buahan, daun, batang, akar
Siswa dapat melaporkan
hasil pengamatannya
|
Tahap Dua
|
Pengelompokkan
|
Siswa dapat mengelompokkan antara buah-buahan, daun, batang, akar
|
Tahap Tiga
|
Memberi nama dan menggolongkan
|
Siswa dapat membedakan
diantara dua macam buah-buah, daun, batang, akar
|
Strategi Kedua
|
Penafsiran Data
|
Materi Tumbuhan biji
|
Tahap Satu
|
Pengenalan hubungan
|
Siswa dapat mengetahui
hubungan antara buah-daun
batang-akar
|
Tahap Dua
|
Selidiki
hubungan
|
Siswa dapat memahami hubungan
antara buah-daun-batang-akar
|
Tahap Tiga
|
Membuat kesimpulan
|
Siswa dapat menyimpulkan
antara tumbuhan dikotil dengan monokotil
|
Strategi Tiga
|
Penerapan Prinsip
|
Materi Tumbuhan biji
|
Tahap Satu
|
Meramalkan akibat,
menjelaskan gejala tidak kenal
|
Guru mengenalkan gejala
yang berbeda
|
Tahap
Dua
|
Penjelasan
ramalan
|
Guru menjelaskan gejala
yang berbeda
|
Tahap
Tiga
|
Buktikan
ramalan
|
Guru Memberi contohnya
|
D. Pengertian
Tumbuhan Berbiji dan Sebagai Subkonsep Mata Pelajaran Biologi Kelas X MAN
Tumbuhan
biji atau “Spermatophyta” (Sperm = biji, phyta = tumbuhan) adalah golongan
tumbuhan yang menghasilkan biji-bijian untuk menyebarkan jenisnya dengan cepat
dan luas, serta tahan terhadap kekeringan dan terhadap suhu ekstrim. Ada
sekitar 270.000 jenis tumbuhan biji, yang teradaptasi untuk bertahan hidup diberbagai
macam lingkungan darat, dan mempunyai ukuran yang sangat beragam, dari tanaman
yang berdiameter beberapa milimeter sampai pohon berukuran raksasa(Ading
Permadi, 2000:34).
Tumbuhan adalah tanaman yang nilai besar bagi manusia, sebagai sumber
makanan, minuman, bahan bangunan, obat-obatan dan produk-produk industri.
Tumbuhan ditumbuhkan oleh Sang Maha Pencipta sebagai rizki bagi
hamba-Nya melalui air hujan, sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam
surat An-Nahl (16) ayat 11:
hamba-Nya melalui air hujan, sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam
surat An-Nahl (16) ayat 11:
ينبت لكم به الزرع
والزيتون والنخيل والأعناب ومن كل الثمرات إن في ذلك لآية لقوم يتفكرونينبت لكم به
الزرع والزيتون والنخيل والأعناب ومن كل الثمرات إن في ذلك لآية لقوم يتفكرون
Artinya:
“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air
hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda
(kekuasaanAllah) bagi kaum yang memikirkan”.
Tumbuhan berbiji yang
beraneka ragam disusun ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai ciri dan sifat
umum yang sama. Tumbuhan di susun ke dalam suatu tingkatan atau kategori
dasarnya. Klasifikasi adalah hasil
tafsiran fakta-fakta, bukan suatu fakta. Tujuan klasifikasi adalah menyusun
urutan tumbuhan menjadi taksa (takson-takson) berdasarkan hubungan-hubungannya
dan untuk memberikan susunan atau sistem, kedudukan dan urutan yang teratur
yang menyatakan hubungan secara praktis atau alami, menghasilkan sistem
penyimpanan informasi yang efisien dan efektif (Ading Permadi, 1999 : 46).
Pengelompokan tumbuhan biji berdasarkan
letak bakal biji, tumbuhan biji dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: tumbuhan
biji terbuka dan tumbuhan biji tertutup.
1.
Tumbuhan biji
terbuka (Gymnospermae)
a. Pengertian tumbuhan biji terbuka
Gymnospermae berasal dari kata (Gymnos = terbuka, sperm = biji)
merupakan kelompok tumbuhan yang mempunyai garis evolusi dengan tumbuhan purba,
yang sebagian besar bangsa (ordo) nya telah punah dan berupa fosil. Tumbuhan
biji terbuka adalah tumbuhan yang bakal biji/biji tidak berada di dalam buah,
melainkan melekat pada daun buah dan tampak dari luar.
b. Ciri-ciri Gymnospermae
Ciri tumbuhan ini antara
lain bisa dilihat dari:
1. Daun, umumnya sempit dan
tebal, ada yang berbentuk jarum atau sisik
2. Akar,
tunggang
3. Batang,
berupa pohon yang besar (berkayu) dapat mencapai 30 meter
4. Bunga jantan
dan bunga betina terpisah dalam organ yang berbeda. Mereka berkumpul di dalam
daun yang disebut runjung atau strobilus atau konus. Runjung jantan dan runjung betina bisa berada pada satu
pohon yang sama (berumah satu), dan
runjung jantan dengan runjung betina terpisah pada pohon yang berbeda (berumah
dua). Ukuran runjung jantan umumnya lebih kecil, letaknya pada bagian
ujung-ujung ranting, runjung betina lebih besar dan letaknya lebih kesebelah
pangkal batang.
c. Pembagian Gymnospermae
Ada tiga suku yang
penting pada kelompok Gymnospermae,
yaitu:
1. Cycadinae
Contoh suku Cycadinae adalah pakis haji (Cycas rumpii), daunnya berbentuk pita
dan bertulang sejajar, tertumpu pada ujung batang; batangnya tidak berkayu
(perdu) dan tidak bercabang; bunganya umum disebut daun buah betina (megasporofil) dan daun buah jantan (mikrosporofil), bentuknya seperti
pedang dua mata, di kiri kanannya terletak ovule
(bakal biji). Dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
2. Coniferae
Contoh suku
Coniferae adalah pinus (Pinus merkusii), daunnya
berbentuk jarum atau pita dan tulang daun sejajar; akarnya tunggang; batangnya
berkayu dan bercabang; runjung betina lebih besar dibandingkan runjung jantan;
runjung jantan berbentuk sisik menghasilkan kelamin jantan dan runjung betina
mengandung sisik pembawa bakal biji. Manfaat pohon tusam ini, batangnya banyak
dipergunakan untuk membuat kertas, batang korek api dan alat rumag tangga.
3. Gnetinae
Contoh
suku Gnetinae adalah melinjo (Gnetum gnemon), daunnya lebar, pipih
dan tipis; tulang daun menyirip; akarnya tunggang; batangnya berkayu dan
bercabang; bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu pohon (berumah
satu). Biji melinjo dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, daun muda dan
buahnya dapat dijadikan bahan sayuran.
2.
Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae)
a. Pengertian
Angiospermae
Angiospermae berasal
dari kata (Angios = tertutup, sperm = biji) yang umumnya dikenal
pula sebagai tumbuhan berbunga. Tumbuhan biji tertutup adalah tumbuhan yang
mempunyai biji atau bakal bijinya tertutup dalam jaringan daun buah (karpelum).
b. Pembagian Angiospermae
Berdasarkan keping bijinya
tumbuhan berbiji tertutup terbagi menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan
berkeping dua (dikotil) dan tumbuhan berkeping satu (monokotil).
1. Tumbuhan
Dikotil
a.
Pengertian dikotil
Dikotil
adalah tumbuhan yang
memiliki biji yang apabila berkecambah maka biji akan pecah menjadi dua
daun lembaga.
b. Ciri-ciri
dikotil
1. Akar, merupakan akar tunggang
yang bercabang-cabang dan dapat menjadi besar karena mempunyai kambium.
2. Batang, bercabang-cabang,
berkayu.
3. Daun, umumnya lebar dan pipih.
Urat daun berbentuk jala atau seperti jari.
4. Bunga, mempunyai kelopak bunga,
mahkota, putik, dan benang sari dalam satu organ yang sama (bunga lengkap).
Jumlah masing-masing bagian adalah kelipatan 4 atau 5.
5. Biji, berkeping dua.
c.
Pembagian dikotil
Tumbuhan dikotil
dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa suku tumbuhan dikotil
diantaranya:
1.
Suku
kubis-kubisan
Tanaman kubis-kubisan umumnya merupakan tanaman
semusim, berbentuk herba, dan berbatang lunak. Tanaman ini penyebarannya sangat
luas, tapi umumnya menghendaki cuaca yang cukup sejuk, di dataran rendah tropis
penyebarannya kurang baik. Tanaman ini mudah dikenal karena mempunyai aroma
yang khas, mengandung senyawa belerang yang cukup tinggi dan mengandung vitamin
C. Contoh: kubis, kembang kol, brokoli
2.
Suku
polong-polongan (Leguminoceae)
Tanaman polong-polongan mempunyai bentuk pohon,
perdu, atau semak, ada juga jenis yang memanjat. Pada jenis tertentu akarnya
membentuk bintil akar (mengandung bakteri zat lemas). Hidupnya di perairan atau
tanah yang kering. Letak daun bergantian, umumnya memperlihatkan rangsang
cahaya atau sentuhan, bila cahaya redup atau di sentuh, maka daun akan menutup.
Bunganya ada yang teratur juga tidak teratur, bentuk mahkota seperti kupu-kupu,
terdiri atas satu bendera, dua sayap, dan lunas. Kelopak bunga berjumlah 5
terpisah-pisah, benang sari berjumlah
10, yaitu 9 bersatu dan 1 terpisah (benang sari dua tukal), putik 1 bagian.
Contoh jenis polong-polongan yang bermanfaat sebagai sumber lemak, misalnya
kacang tanah, buncis, kapri. Dan sebagai sumber protein, misalnya kacang hijau,
kacang kedelai, kacang merah dan kacang panjang. Juga sebagai penghasil obat
batuk, misalnya daun saga (Abrus
pecatorius)
3.
Suku
getah-getahan atau jarak-jarakan (Euphorbiaceae)
Tanaman dari suku getah-getahan ada yang berbentuk
pohon, perdu, semak, dan memanjat. Pada umumnya suku tumbuhan ini mengeluarkan
getah (lateks) berwarna putih susu bila terluka. Tumbuhan ini ada yang berumah
satu dan ada pula berumah dua. Daun pada umumnya bertulang daun menjari;
batangnya bercabang;akarnya tunggang; dan bunga berkelopak 5 helai atau tidak
berkelopak. Benang sari berjumlah satu atau banyak, putik satu dengan tiga
karpel bersatu. Contoh jenis Euphorbiaceae
yang bermanfaat bagi manusia misalnya:
a. Karet
(Hevea brasiliensis)
Pohon karet berasal dari Brazil. Karet menjadi
tanaman yang penting karena merupakan tumbuhan yang menghasilkan bahan komoditi
untuk devisa negara. Pohon karet diambil getahnya dengan cara disadap, caranya
dengan mengelupas bagian kulit kayu secara miring, getah keluar dan di tampung
dalam wadah kecil. Getah karet tersebut dapat diproses menjadi ban kendaraan,
macam-macam bola, sandal dan sepatu.
b.
Jarak atau kaliki (Ricinus communis)
Pohon jarak berasal dari
Afrika. Bijinya mengandung minyak kastrol berguna untuk bahan pelumas mesin,
bahan sabun, lilin, semir dan pernis.
c.
Singkong atau
umbi akar (Manihot utilisima)
Tanaman
singkong berasal dari Brazil. Tumbuhan ini menyimpan kelebihan makanannya di
akar (umbi akar). Umbi akar banyak mengandung zat tepung dan sebagai bahan
makanan. Daun
singkong banyak mengandung protein dan vitamin A.
d.
Puring (Codiaeum variegatum)
Puring adalah tanaman perdu asli Indonesia. Puring yang berwarna
warni dan beraneka ragam bentuknya dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
2.
Tumbuhan monokotil
a. Pengertian
monokotil
Monokotil adalah tumbuhan berkeping tunggal karena memiliki biji yang
berkecambah dengan satu daun lembaga.
b.
Ciri-ciri monokotil
Monokotil
adalah tumbuhan berkeping tunggal karena memiliki biji
yang berkecambah dengan satu daun lembaga.
1.
Akar, serabut atau akar rimpang
2.
Batang, tidak
bercabang dan tidak membesar karena tidak mempunyai kambium.
3.
Daun, umumnya panjang,
berbentuk pita, urat daun sejajar dengan ujung daun meruncing.
4.
Bunga, mempunyai
bagian-bagian yang berjumlah tiga atau kelipatan tiga.
5.
Biji, berkeping satu.
c. Pembagian
monokotil
Jenis-jenis tumbuhan berkeping satu banyak dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Tumbuhan monokotil ini digolongkan atas beberapa suku,
diantaranya sebagai berikut:
1. Suku
rumput-rumputan (Gramineae)
Rumput-rumputan tumbuh di
seluruh dunia dalam bentuk beranekaragam. Mulai dari yang berupa daun kecil menghiasi
taman dan lapangan hingga rumpun bambu yang tinggi menjulang.
a.
Ciri suku Graminae
1.
Daunnya
berbentuk pita dan melekat langsung pada batang. Daun mempunyai daun upih, upih
daun tumbuh membungkus batang, berfungsi untuk melindungi batang yang masih
muda. Di antara upih daun dan helai daun terdapat lidah-lidah yang dapat
menahan air;
2.
Tulang daun
sejajar;
3.
Batangnya tidak
bercabang, memiliki batang yang padat dan bagian tengahnya berongga, dan pada
setiap buku menempel daun. Bentuk batang silindris, agak pipih atau persegi;
4.
Akarnya
serabut;
5.
Bunga berbentuk
bulir. Penyerbukannya dibantu oleh angin.
b. Manfaat
suku Graminae
Suku
rumput-rumputan banyak bermanfaat bagi kehidupan manusia, diantaranya sebagai
berikut:
a)
Padi, jagung
dan gandum dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok.
b)
Batang tebu untuk menghasilkan gula.
c)
Batang bambu yang panjang, kuat dan lentur untuk dimanfaatkan sebagai
bahan perabotan rumah tangga, bahan bangunan dan kerajinan tangan.
d) Rumput dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak
dan penghias taman.
c.
Contoh suku Graminae
1.
Padi (Oriza sativa)
Cirinya:
Daunnya berbentuk pita dan urat daun sejajar, batangnya tidak bercabang (tidak
mempunyai kambium) dan berongga, berakar serabut, dan biji berkeping satu.
Manfaatnya:
Bijinya mempunyai lapisan kulit ari, dibawah kulit ari terdapat lapisan aleuron
yang kaya akan protein.
2. Jagung (Zea mays)
Ciri-cirinya:
Daunnya berbentuk pita dan urat daun sejajar, batangnya tidak bercabang dan
tidak berongga, berakar serabut, dan bijinya saat berkecambah berkeping satu.
2. Suku pinang-pinangan (Palmae)
a. Ciri
suku pinang-pinangan
1. Daun
umumnya menyirip dan mempunyai pelepah daun yang melebar.
2. Tulang
daunnya sejajar.
3. Batangnya
tidak bercabang.
4. Akarnya
merupakan akar serabut.
5. Bunga
berbentuk tongkol (karangan), letak tongkol bunga pada ketiak daun atau pada
ujung.
b. Contoh suku pinang-pinangan
1. Kelapa
(Cocos nucifera)
Tanaman ini mempunyai batang
tidak bercabang, dan bagian pangkalnya membesar. Tinggi tanaman ini mencapai 30
m dengan diameter sekitar 40 cm. Bunga tersusun dalam suatu karangan, tongkol
bunga mempunyai dua seludang. Bunga jantan tersusun berpasangan pada tongkol
dan pada pangkalnya ada satu bunga betina yang besar. Buah dilindungi oleh
dinding buah luar, dinding buah tengah berserabut, dan dinding buah dalam yang
keras. Putik lembaga mempunyai ruang yang berisi cairan.
2. Enau
(Arenga pinnata)
Tinggi tanaman ini mencapai 25
m dengan diameter 65 cm. Tanaman ini berumah satu, yaitu dalam satu individu
terdapat bunga jantan maupun bunga betina. Bunga jantan
terdapat berpasangan dan panjang, sedangkan bunga betina berdiri sendiri dan
hampir bulat.
3. Sagu
(Metroxylon sagu)
Sagu mempunyai batang yang
kokoh dan membentuk rumpun. Sagu mempunyai tongkol bunga yang berumur tahunan,
dan sumbunya mempunyai daun pelindung berbentuk sarung. Bunga jantan dan
bungan betina terdapat pada karangan bunga yang sama.
3. Manfaat suku pinang-pinangan
a.
Kelapa dan
kelapa sawit untuk membuat minyak goreng.
b.
Air sedapan
enau dapat diolah menjadi gula merah, sedangkan buahnya (kolang-kaling) untuk
bahan makanan dan dibuat manisan.
c.
Sagu dapat
diolah untuk membuat gula putih.
3. Suku
pisang-pisangan (Musaceae)
a. Ciri
suku pisang-pisangan
1. Daunnya
berbentuk lanset.
2. Tulang
duanya menyirip, daunnyamempunyai pelepah yang membungkus batang.
3. Batang
merupakan batang semu, melainkanpelepah daun yang membungkus batang.
4.
Bunga berupa
karangan bunga dengan banyak bunga, berkelamin satu atau dua.
b.
Contoh suku
pisang-pisangan
Contoh suku Musaceae
yaitu Pisang (Musa paradisiacal). Tanaman ini merupakan tanaman herba menahun dan
membentuk rumpun. Tinggi tanaman ini antara 3,5 m-7,5 m. Pisang merupakan
tanaman berumah satu dan berkelamin satu. Dengan demikian, dalam satu pohon
terdapat bungan jantan dan bunga betina yang letaknya terpisah. Bunga
jantan letaknya diatas dan bunga betina letaknya dibawah.
c. Manfaat
suku pisang-pisangan
1) Pisang
sebagai sumber makanan.
2) Pisang
mengandung banyak zat tepung, zat gula, dan vitamin A.
4. Suku angrek-angrekan (Orchidaceae)
a.
Ciri suku
angrek-angrekan
1.
Daunnya
berdaging dan memiliki tepi daun yang rata, letak daun berseling dua baris.
2.
Pangkal batang
dapat membesar sebagai tempat menyimpan air.
3.
Akarnya
merupakan akar rimpang.
4.
Bunga angrek
berkelamin dua, yaitu dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan dan betina.
Penyerbukan pada angrek secara alami dibantu oleh serangga.
b. Manfaat
suku angrek-angrekan
1. Karena
keindahannya suku angrek dibududayakan sebagai tanaman hias, penghias ruangan.
2. Untuk
pengharum ruangan misalnya vanili.
c.
Contoh suku
angrek sebagai tanaman hias
1. Vanda teres
2. Arundina
speciosa
3.
dendrobium crumanetum
5. Suku jahe-jahean (Zingiberaceae)
a. Ciri suku jahe-jahe
1.
Letak daunnya
berseling
2.
Batangnya
mempunyai pelepah yang memeluk batang
3.
Bunga
berkelamin dua dengan kelopak berbentuk tabung.
4.
Daun mahkotanya
tiga, dan bunga mempunyai bibir yang menghadapi benang sari.
b. Contoh suku jahe-jahean
1)
Jahe (Zingiber officinlia)
2)
Pacing (Costus speciosus)
3)
Kunyit
4)
Kencur
5)
lengkuas
c. Manfaat suku
jahe-jahean
Suku
jahe-jahean dapat dimanfaatkan sebagai bahan bumbu dapur dan sebagai bahan jamu
atau obat.
0 Comments
Post a Comment