Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Sifat Para Nabi dan Rasul


A.    Sifat Para Nabi dan Rasul

            Mengenal Rasul perlu mengenal sifat-sifatnya. Bahagian tingkah laku, personalitas, dan penampilan diwarnai oleh sifat seseorang. Begitupun Nabi Muhammad SAW dapat digambarkan melalui sifat-sifatnya. Mengetahui sifat-sifat ini diharapkan kita menyadari siapa sebenarnya Rasul dan kemudian kita dapat mengikutinya. Sifat Nabi seperti manusia biasa yang sempurna dapat diikuti oleh kita, karena tingkah laku atau perbuatannya seperti yang dilaksanakan manusia maka kitapun mesti dapat mengikutinya. Kemudian kita semakin percaya kepada apa-apa yang dibicarakan atau disampaikan Rasul adalah yang benar karena sifat beliau yang ‘ismah (terpelihara dari kesalahan), selain itu beliau adalah orang yang cerdas berarti apa yang dibawanya adalah hasil dari pada pemikiran dan analisa yang mendalam, tepat dan baik. Sifat amanah adalah juga sifat asas yang setiap manusia mesti menyenangi berkawan dengan mereka yang amanah, kita sebagai muslim perlu mengikuti sifat ini dengan sempurna begitupun dengan sifat lainnya seperti tabligh dan iltizam. Sifat-sifat ini menggambarkan akhlak mulia yang diwarnai oleh akhlak Al-qur’an dan sangatlah sesuai dijadikan sebagai contoh yang baik bagi kita.
            Rasul merupakan makhluk Allah yang dipilih untuk mengemban risalah agama dan menjadi teladan bagi umatnya. Karena itu para nabi dan rasul tentu memiliki sifat yang terpuji dan kita harus mencontoh teladani sifat mereka.                               Diantara sifat – sifat Rasul adalah seperti berikut:
1.   Basyariyah (manusia). 
            Rasul sebagai manusia biasa seperti kita semua. Perbedaannya adalah Allah memberikan wahyu untuk disampaikan kepada orang lain. Kenapa Allah Swt perlu menegaskan bahwa Rasul itu manusia biasa. Dengan penegasan ini maka dapat disimpulkan bahwa Rasul dari golongan kita juga, dari manusia yang seperti kita juga misalnya makan, minum, tidur, beristeri, bekerja, belajar, penat, dan sifat-sifat kemanusiaan lainnya. Perbedaannya hanyalah terletak kepada amanah yang Allah berikan kepada Rasul yaitu wahyu. Meyakini betul bahwa Rasul seperti kita maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolak perintah Rasul, tidak ada alasan tidak mampu, tidak boleh dan sebagainya. Juga tidak boleh beri alasan anak, isteri, sibuk bekerja dan sebagainya karena Rasul juga mempunyai tanggung jawab demikian juga terhadap anak, isteri dan sebagainya.
2. Ismah (terpelihara dari kesalahan). 
      Manusia biasa yang tidak mendapatkan wahyu mungkin melakukan kesilapan dan kesalahan. Tetapi bagi para Rasul yang diberi amanah untuk menyampaikan dakwah mesti terpelihara dari kesalahan karena yang disampaikan adalah sesuatu yang berasal dari Allah Swt. Allah Swt perlu memelihara aturan dan firmanNya dari kesalahan. Dengan sifat Rasul demikian yaitu dijaga oleh Allah Swt maka apa yang dikeluarkan Nabi adalah benar dan kita perlu meyakininya.
3.Siddiq (benar). 
            Rasul-rasul dan Muhammad Saw mempunyai sifat sidiq yang membawa kebenaran. Orang yang membawa kebenaran tentunya ia sendiri bersifat sidiq sehingga apa yang disampaikan dapat diterima. Oleh itu, dengan sifat ini ramai masyarakat jahiliyah menerima Islam. Sifat sidq berarti mengikuti Islam sebagai sumber kebenaran. Tidak mengikuti Islam berarti mengikuti hawa nafsunya sehingga menjauhkan diri dari kebenaran.
4. Fatanah (cerdas). 
      Kecerdasan Rasulullah dapat dilihat bagaimana Rasul menyusun dakwah dan strategi-strategi seperti berperang, berdakwah ke tempat lain dan sebagainya. Diantara kecerdasan Rasul adalah mempunyai pandangan bahwa Islam akan menaklukkan Mekah dan menaklukkan Khaibar. Rasul menggambarkan pada saat tersebut ummat Islam masuk ke Masjidul Haram dengan aman sentosa, serta bercukur dan menggunting rambut kepala tanpa sedikitpun. Kecerdasan Rasul dalam memperkirakan kekuatan Ummat Islam dan kelemahan pihak lawan juga dibuktikan di dalam peperangan lainnya.
5. Amanah. 
            Sifat lainnya adalah Amanah. Amanah secara umum berarti bertanggung jawab terhadap apa yang dibawanya, menepati janji, melaksanakan perintah, menunaikan keadilan, memberikan hukum yang sesuai dan dapat menjalankan sesuatu yang disepakatinya. Sifat demikian dimiliki oleh para Rasul dan kita mesti mengikutinya. Sifat ini sangatlah diperlukan di dalam kehidupan kita tidak hanya dalam segi ibadah khusus tetapi secara umum seperti bekerja, belajar dan berhubungan dengan orang lain. Bos di tempat kita bekerja akan menyenangi kita yang mempunyai sifat amanah ini bahkan dengan sifat ini kita akan berjaya dan berprestasi.
6. Tabligh (menyampaikan). 
            Salah satu rahasia kenapa Islam tersebar dengan cepat ke seluruh pelosok tempat dan bagaimana pula dengan cepatnya perubahan-perubahan di tengah masyarakat. Kenapa jumlah bilangan pengikut Islam semakin hari semakin ramai dan semakin banyak yang menyokong nya. Jawabannya adalah sifat tabligh dimiliki oleh Rasul dan pengikutnya. Setiap muslim merasakan bahwa dakwah atau menyampaikan Islam sebagai suatu kewajiban yang perlu dilaksanakan dimana saja dan bila masa saja. Artinya dalam keadaan bagaimanapun, ummat Islam senantiasa menyampaikan risalah ini kepada siapa saja yang menerimanya.
7. Iltizam (komitmen). 
            Rasulullah Saw beserta Rasulnya sangatlah dikenal dengan komitmennya dengan Islam dan apa yang dibawanya. Beliau tahan dan tidak merasa takut sedikitpun menghadapi cabaran dan tantangan dari pihak jahiliyah. Rasul selalu komitmen dan dapat menghadapi cabaran dengan baik. Sifat iltizam ini perlu dipupuk pada diri kita karena dengan sifat inilah, nilai-nilai Islam pada diri kita menjadi terpelihara dengan baik. Tanpa iltizam maka godaan syaitan dan gangguan kafir menjadi terasa pada kita dan perubahan berlaku bahkan menjadi futur dan sesat. Naudzubillah. Kemenangan bersama-sama dengan sifat iltizam ini.
8. Khuluqin Azim (akhlak yang mulia). 
            Sifat-sifat yang dimiliki oleh para rasul menggambarkan akhlak yang mulia. Akhlak mulia berarti akhlak yang tinggi kemudian untuk mencapainya perlu proses dan latihan. Tidak semua manusia boleh mencapai akhlak ini kecuali mereka yang mengikuti tarbiyah islamiyah. Akhlak mulia yang dimiliki seseorang maka akan disenangi oleh masyarakat disekitarnya, mereka menerima dan menyambut individu yang berakhlak mulia. Sunnah dakwah melihatkan bahwa kebencian pihak Jahiliyah karena aqidah yang dibawa ummat Islam bukan karena akhlaknya. Mereka menerima akhlak Islam karena tidak merugikannya bahkan menguntungkannya.
9. Akhlak Qur’an. 
            Akhlak mulia adalah juga akhlak Al-qur’an. Berarti akhlak Rasul adalah amalan dan tingkah laku yang sesuai dengan Al-qur’an atau yang diarahkan oleh Al-qur’an. Jadi untuk mendapati akhlak mulia seperti yang dimiliki Rasul maka mesti mengamalkan Al-qur’an dalam kehidupan sehari-harinya. Al-qur’an berjalan adalah akhlak Rasul.

10. Uswatun Hasanah (teladan yang baik). 
            Pada diri Rasul Muhammad Saw terdapat contoh yang baik yaitu akhlak yang mulia yang digambarkan oleh Allah Swt. Sebagai contoh yang nyata bagaimana menjadi muslim yang berakhlak mulia dan bagaimana Al-qur’an tertanam dalam diri kita maka ikutilah Nabi Muhammad Saw. Mereka yang mengikuti nabi ini adalah mereka yang mengharapkan rahmat Allah dan hari yang kemudian, serta ia banyak mengingat Allah.
B.    Keturunan Nabi Ishak
            Al-Qur'an al-Karim hanya menyebutkan sekilas tentang kisah Nabi Ishak. Kelahiran nabi ini membawa suatu kejadian yang luar biasa di mana para malaikat menyampaikan berita gembira tentang kelahirannya. Kelahirannya terjadi setelah beberapa tahun dari kelahirannya Nabi Ismail, saudaranya. Had Sarah sangat senang dengan kelahiran Ishak dan kelahiran putranya Yakub as. Tetapi kita tidak mengetahui bagaimana kehidupan Nabi Ishak dan bagaimana kaumnya bersikap padanya. Yang kita ketahui hanya, bahwa Allah SWT memujinya sebagai seorang nabi dari orang-orang yang saleh.
            Secara keturunan, nabi ishak adalah keturunan dari nabi Ibrahim dari istrinya yang bernama sarah. Kata “ishaq” berasal dari berasal dari bahasa ibrani yang artinya “tertawa”.[1] Ceritanya adalah sewaktu mudanya ia termasuk wanita yang mandul dan beliau sangat mengharapkan seorang anak sehagai anugerah dari Allah. Kemudian do’anya dikabulkan oleh Allah dengan mendapatkan seorang anak. Siti sarah merasa terkejut dan gembira ketika menapatkan kabar gembira dari malaikat yang menyampaikan kepadanya bahwa ia mendapatkan seorang anak laki-laki.nabi Ibrahim dan siti sarah bersyukur kepada Allah mendengar kabar gembira tersebut.[2] Firman Allah didalam Al-qur’an surat Huud ayat 71-73:
وأمر أته قأئمة فضحكت فبشر نا ها بإسحاق ومن وراء إسحاق بعقوب, قالت ياوبلتى أألد وأناعجوز وهذا بعلى شبخا إن هذا اشيء عجيب , قالوا أتعجبين من أمرالله رحمت الله وبركاته عليكم أهل البيت إنه حميد مجيد﴿هود: ٧٣-٧١(
Artinya: Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya`qub. Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh. Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah." (QS. Huud: 71-73)
Adapun keturunan dari nabi ishak yang pertama adalah nabi Yakub. Seperti firman Allah didalam Al-qur’an surat Al-anbiya ayat 72-73:
ووهبنا له إسحا ق ويعقوب نا فلة و كلا جعلنا صا لحين , وجعلنا هم أئمة يهدون بأمرنا وأوحين إليهم فعل الخيرات وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة وكانوا لنا عابدين ﴿الأنبياء:٧٣ -٧٢ (
Artinya:          Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya`qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masing Kami      jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu          sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah       Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan,   mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah       mereka selalu menyembah,(Qs. Al-anbiya’ : 72-73)
Beliau adalah Yakub bin Ishak bin Ibrahim. Namanya adalah Israil ia adalah seorang Nabi yang diutus bagi kaumnya. Allah SWT menyebutkan tiga bagian dari kisahnya. Berita gembira tentang kelahirannya disampaikan oleh para malaikat kepada kakeknya Ibrahim dan Sarah neneknya. Allah SWT juga menyebutkan wasiatnya saat ia meninggal. Dan Allah SWT akan menyebutkannya setelah itu—tanpa mengisyaratkan namanya—dalam kisah Nabi Yusuf. Melalui wasiatnya tersebut, kita dapat mengetahui tingkat ketakwaannya. Kita mengetahui bahwa kematian adalah suatu bencana yang akan menghancurkan manusia sehingga karenanya manusia menjadi lupa terhadap namanya dan ia hanya ingat terhadap penderitaan dan kesusahannya, tetapi Nabi Yakub tidak lupa saat ia menjemput kematian untuk berdoa kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Al-baqarah ayat 133:
أم كنتم شهد اء إذ حضر يعقوب الموت إذ قال لبنيه ما تعبدون من بعدي قالوا نعبد إلهك وإله أبا ئك إبرا هيم وإسماعيل وإسحاق إلها واحدا ونحن له مسلمين ﴿البقرة: ١٣٣﴾
Artinya:          Adakah hamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: 'Apa yang kamu sembah sepeninggalku?' Mereka menjawab: 'Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek mayangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishah, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya. (Qs. al-Baqarah: 133)
Peristiwa ini yang terjadi antara Nabi Yakub dan anak-anaknya di saat menjelang kematian adalah peristiwa yang sangat besar. Kita di hadapan seseorang yang menghadapi sakaratul maut. Apakah masalah yang menyibukkan pikirannya di saat sakaratul maut? Apakah pikiran-pikiran yang selalu mengganggunya saat sakaratul maut? Apakah perkara penting yang harus disampaikannya sehingga hatinya menjadi tenang sebelum kematiannya? Apakah warisan yang ingin ditinggalkannya kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya? Apakah sesuatu yang ingin disampaikannya sebelum kematiannya yang dapat menjamin keselamatan manusia? Anda akan menemukan jawaban dari semua pertanyaan itu saat beliau bertanya: "Apa yang kalian sembah sepeninggalku?" Pertanyaan itulah yang sangat merisaukan beliau saat menghadapi sakaratul maut. Yaitu masalah keimanan kepada Allah SWT. la adalah masalah satu-satunya dan ia merupakan warisan hakiki. Anak-anak Israil menjawab: "Kami menyembah Tuhanmu dan Tuhan ayah-ayahmu Ibrahim, Ismail, dan Ishak. Yaitu Tuhan yang Maha Esa dan kami akan berserah diri pada-Nya."
Telah terdapat dalil yang kuat yang menunjukkan bahwa mereka diutus untuk menyebarkan Islam. Jika mereka (anak-anak Israil) keluar dari Islam, maka mereka berarti keluar dari rahmat Allah SWT dan jika mereka tetap mempertahankannya, maka mereka akan mendapatkan rahmat. Yakub meninggal dan ia bertanya kepada anak-anaknya tentang Islam, di mana ia merasa tenang atas akidah mereka. Sebelum kematiannya, ia mendapatkan ujian berat berkenaan dengan anaknya Yusuf. Yusuf adalah seorang Nabi seperti Yakub di mana Allah SWT mengutusnya pada penduduk Mesir.


[1] Hadiyah Salim, Qishasul Anbiya, Sejarah 25 Rasul, Edisi Revisi (Bandung: PT.Al-Ma’arif, , tt),hal.92

[2] Ibid, hal.93