Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Strategi Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan


BAB I

PENDAHULUAN
Strategi Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan


A.    Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan Islam merupakan bagian integral dari masyarakat. Madrasah termasuk lembaga pendidikan Islam yang mempunyai ciri khas Islam. Lembaga ini memegang peran penting dalam proses pembentukan kepribadian anak didik, karena melalui pendidikan Madrasah para orang tua berharap agar anak-anaknya memiliki dua kemampuan sekaligus, tidak hanya kemampuan umum tetapi juga memiliki kepribadian dan komitmen yang tinggi terhadap agamanya. Oleh sebab itu jika kita memahami benar harapan orang tua ini, maka sebenarnya Madrasah memiliki prospek yang cerah.
Kepala madrasah adalah sebagai pengelola institusi atau pelembagaan pendidikan tentu saja mempunyai peran yang teramat penting karena ia sebagai desainer, pengorganisasian, pelaksana, pengelola tenaga kependidikan, pengawas, pengevaluasi program pendidikan dan pengajaran di lembaga yang dipimpinnya. Secara operasional kepala madrasah memiliki standar kompetensi untuk menyusun perencanaan strategis, mengelola tenaga kependidikan, mengelola kesiswaan, mengelola fasilitas, mengelola sistem informasi manajemen, mengelola regulasi atau peraturan pendidikan, mengelola mutu pendidikan, mengelola kelembagaan, mengelola kekompakan kerja (teamwork), dan mengambil keputusan.
Nana Syaodih Sukmadinata dkk dalam bukunya Pengendalian Mutu Pendidikan Madrasah Menengah menjelaskan bahwa:
Banyak masalah mutu yang dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru, serta mutu profesionalisme dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para pemimpin pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas pendidikan, media sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim madrasah, lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan. Semua kelemahan mutu dari komponen-komponen pendidikan tersebut berujung pada rendahnya lulusan.[1]

 Oleh karena itu keberadaan suatu lembaga pendidikan selalu ingin menghasilkan output yang baik, berkualitas dan bisa diandalkan. Hal ini terlihat salah satunya dengan tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dari sini banyak cara yang diupayakan pihak madrasah agar bisa maju dan memiliki kualitas pendidikan yang bagus, atau minimal madrasah yang memiliki nilai atau ciri tersendiri dibandingkan madrasah-madrasah lain.
Menurut Malik Fadjar, dari sekian puluh ribu Madrasah yang tersebar diseluruh pelosok tanah air sebagian besar masih bergumul dengan persoalan berat yang sangat menentukan hidup dan matinya Madrasah, sehingga nilai tawaran semakin rendah dan semakin termarginalkan.[2] Azyumardi Azra dalam bukunya Paradigma Baru Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa “madrasah menghadapi persoalan berat yaitu Madrasah mendapat beban yang cukup berat karena disamping memberi kurikulum umum yang setingkat penuh, ia juga harus memberikan materi-materi esensial keIslaman. Selain itu Madrasah ditambah rendahnya kualitas sumber-sumber daya pembelajaran.[3]
Madrasah dalam mengatasi masalah tersebut tidak terlepas dari peran kepala madrasah dalam memimpin lembaga, maka kepala madrasah harus berusaha semaksimal mungkin menata ulang atau mengembangkan potensi-potensi yang ada. Hal ini harus dilakukan mengingat pendidikan saat ini juga mengadobsi sistem bisnis yang mengutamakan kualitas (quality culture). Semua lembaga pendidikan bersaing dengan ketat untuk memperbaiki kualitas pendidikannya. Mereka melakukan upaya-upaya untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang berkompetitif atau unggul dalam bidang iptek maupun imtaq. Menurut M. Ngalim Purwanto, “Kepala madrasah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena lebih dekat dan langsung berhubungan dengan pelaksanaan dengan program pendidikan tiap-tiap madrasah dan tercapai tidaknya tujuan pendidikan itu, sangatlah bergantung kepeda kebijakan dan kecakapan kepala madrasah sebagai pemimpin pendidikan”.[4]
Strategi kepala madrasah dibutuhkan untuk mengefisienkan setiap langkah atau kegiatan yang berarti di Madrasah. Hanya kepala madrasah yang berkualitas dan yang bersedia mengakui bakat, kapasitas dan mampu bekerjasama dengan bawahannya dalam mengembangkan lembaga yang dipimpinnya. Oleh karena itu kepala madrasah merupakan faktor penting yang dapat menentukan maju mundurnya suatu lembaga.[5] Oleh karena itu kepala madrasah harus mempunyai strategi untuk kemajuan madrasah dengan cara meningkatkan pendidikan untuk menjadikan peserta didik lebih baik, khususnya dalam kualitas dan juga kuantitas pendidikan sehingga mampu bersaing dengan dunia pendidikan nasional.[6] Dalam mencapai target pendidikan yang sesuai dengan perubahan zaman tanpa menghilangkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan serta didukung oleh unsur-unsur tenaga pendidik yang profesional.
Berdasarkan dari penjelasan di atas, peneliti telah meneliti sebuah instansi yang terletak di Kecamatan Juli, peneliti telah menemukan suatu strategi yang diperoleh dari kepala madrasah dalam meningkatkan mutu semua guru-guru yang ada dan juga siswa-siswi serta sistem kurikuler demi tercapai sebuah strategi yang mampu menciptakan pembangunan dan perkembangan bagi kemajuan sekolah itu sendiri. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil judul dalam penulisan skripsi ini adalah Strategi Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di MAS Juli.
B.    Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.     Bagaimana mutu, strategi, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan?
2.     Bagaimana strategi kepala madrasah dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan peningkatan mutu pendidikan di MAS Juli?
3.     Bagaimana biografi MAS Juli?
C.    Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.     Untuk mengetahui mutu, strategi, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
2.     Untuk mengetahui strategi kepala madrasah dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan peningkatan mutu pendidikan di MAS Juli.
3.     Untuk mengetahui biografi MAS Juli.
D.    Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
              Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai strategi kepala Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAS Juli. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang studi pendidikan.
              Secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan strategi kepala Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAS Juli ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
E.    Kajian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pembagian kerja dan upah yang masing-masing berpengaruh terhadap prestasi kerja, dan beberapa penelitian lain yang masih memiliki kaitan dengan variabel dalam penelitian ini. Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain :
1.     Penelitian yang dilakukan oleh Darniyanti Nim: A. 294474/3424 (Madrasah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2014 dengan judul skripsi Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam, metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode file reserch dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Strategi peningkatan mutu proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam adalah dengan cara peningkatan kualifikasi pendidikan guru dan pengembangan profesional guru berkelanjutan. Kedua, Strategi peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu  dengan penerapan pembelajaran kontekstual dan menggunakan media dalam pembelajaran. Ketiga, Strategi peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah melaksanakan supervisi bagi guru Pendidikan Agama Islam dan melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan pemahamanguru Pendidikan Agama Islam. Keempat, Strategi peningkatan prestasi belajar siswa dalam  pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah memberikan bimbingan belajar secara intensif, membuat pembelajaran siswa secara individu, menggunakan metode pembelajaran bervariasi dan melaksanakan program home visit.
2.     Penelitian yang dilakukan oleh Faiza Nim: A. 294481/3431 Madrasah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2014 dengan judul skripsi Proposal Skripsi "Strategi Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru SMP Negeri 1 Juli metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode fiel reserch dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Strategi kepala madrasah dalam meningkatkan kinerja guru meliputi: pembinaan kedisiplinan dalam kinerja guru dan disiplin masuk, pemberian motivasi terhadap guru supaya lebih giat dalam kerjanya, untuk meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik, pemberian reward (penghargaan) bagi guru yang kinerjanya baik dan guru yang berprestasi dengan menunjukkan keprofesionalannya dalam mengajar, pembentukan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) dengan tujuan untuk menyusun dan mengevaluasi perkembangan kemajuan belajar siswa serta meningkatkan kemampuan guru dan menambah pengetahuan di dalam bidang yang diajarkan, pengiriman guru-guru untuk mengikuti seminar atau workshop dengan tujuan menambah pengetahuan mereka melakukan visite classroom (kunjungan kelas) dengan tujuan untuk melihat dan mengamati seorang guru yang sedang mengajar, mengadakan evaluasi secara berkala. Dalam hal ini mengevaluasi kekurangan atau kelemahan yang perlu diperbaiki. Kedua, Kinerja guru sudah sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, hal ini bisa dilihat sebelum guru melaksanakan proses pembelajarannya di dalam kelas, guru selalu membuat RPP (Rencana Program Pembelajaran) dan menyiapkan perangkat, cara mengajar mereka sangat profesional, sehingga para siswa memberikan respon yang baik kepada mereka dan mempunyai interaksi yang baik antara guru dan murid, selain itu mereka juga mempunyai wawasan yang lebih luas di luar madrasah yaitu dengan wawasan internet yang berkaitan dengan bidang studinya sehingga mereka mampu menciptakan situasi belajar yang lebih kondusif di kelas dan membangkitkan minat belajar siswa bertambah maksimal.
Relevansi dua penelitian di atas adalah pada kesamaan kajian tentang mutu pendidikan yang berorientasi manjemen dalam pengelolaannya terhadap pencapaian mutu pendidikan.
F.     Landasan Teori

Kepala madrasah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana diungkapkan dalam pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: “kepala madrasah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi madrasah, pembinaan tenaga kependidikan lainya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana.”[7]
Kepala madrasah merupakan orang terpenting di suatu madrasah. Dan penelitian-penelitian maupun pengamatan tidak formal diketahui memang kepal madrasah merupakan kunci bagi pengembangan dan peningkatan suatu madrasah. Indikator dari keberhasilan madrasah adalah jika madrasah tersebut berfungsi dengan baik, terutama jika prestasi belajar murid-murid dapat mencapai maksimal. [8]
Bagaimanapun, kepala Madrasah merupakan unsur vital bagi efektifitas lembaga pendidikan. Tidak akan pernah kita jumpai madrasah yang baik dengan kepala madrasah yang buruk atau sebaliknya Madrasah yang buruk dengan kepala madrasah yang baik. Kepala madrasah yang baik akan bersikap dinamis dan menyiapkan berbagai macam program pendidikan. Bahkan tinggi rendahnya mutu suatu madrasah akan dipengaruhi oleh kepemimpinan di madrasah.[9] Wahjosumidjo, dalam bukunya kepemimpinan kepala madrasah tinjauan teoritik dan permasalahannya menjelaskan bahwa kepala madrasah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu lembaga dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran.[10]
Kepala madrasah sebagai penentu kebijakan di madrasah juga harus memfungsikan perannya secara maksimal, pernyataan Kartini Kartono dalam buku Idochi Anwar menyebutkan bahwa fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, memberi atau membangun motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi,menjalin jaringan komunikasi yang lebih baik sehingga akan mampu membawa para pengikutnya kepada tujuan yang telah direncanakan.[11]
Allah Swt. berfirman dalam Alquran surat Shad ayat 26 sebagai berikut:
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ) ص: ٢٦(
Artinya: Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (Qs. Shad ayat 26).[12]

Dari penjelasan diatas, maka dapat difahami bahwasannya posisi kepala madrasah akan menentukan arah suatu lembaga. Kepala madrasah merupakan pengaturan dari program yang ada di Madrasah. Karena nantinya diharapkan kepala Madarasah dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya, kepala madrasah harus melakukan pengelolaan dan pembinaan terhadap seluruh komponen madrasah melalui kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan yang sangat tergantung pada kemampuan manajerial seorang kepala madrasah. Sehubungan dengan itu, kepala madrasah sebagai supervisor berfungsi untuk mengawasi, membangun, mengoreksi dan mencari inisiatif terhadap jalannya seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan madrasah. Disamping itu, kepala madrasah sebagai pemimpin lembaga pendidikan berfungsi mewujudkan hubungan manusiawi (human relationship) yang harmonis dalam rangka membina dan mengembangkan kerjasama antar personal, agar secara serempak bergerak kearah pencapaian tujuan melalui kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab yang dalam bahasa sekarang dikemas dalam istilah profesional. Oleh karena itu, segala penyelenggaraan pendidikan akan mengarah kepada usaha meningkatkan mutu pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh guru dalam melaksanakan tugasnya secara operasional. Untuk itu kepala madrasah harus melakukan supervisi madrasah yang memungkinkan kegiatan operasional itu berlangsung dengan baik.
G.   Metodologi Penelitian    

Bagian ini akan menguraikan tentang perangkat-perangkat penelitian mulai dari jenis penelitian, metode penelitian, ruang lingkup penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data yang sangat membantu dalam kelangsungan penelitian ini.
1.     Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di Desa Juli Cot Mesjid Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Peneliti memilih lokasi ini karena peneliti tertarik dengan dengan kisah sukses kepala Madrasah dalam penerapan strategi peningkatan mutu pendidikan di MAS Juli.
2.     Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), “penelitian lapangan (field research), adalah bentuk penelitian yang bertujuan mengungkapkan makna yang diberikan oleh anggota masyarakat pada perilakunya dan kenyataan sekitar. Metode field research digunakan ketika metode survai ataupun eksperimen dirasakan tidak praktis, atau ketika lapangan penelitian masih terbentang dengan demikian luasnya. field research dapat pula diposisikan sebagai pembuka jalan kepada metode survai dan eksperimen. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, “yakni suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok[13].
3.     Metode Penelitian          
Metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif interaktif. Metode kualitatif interaktif yaitu:
Metode kualitatif interaktif merupakan mengadakan pengkajian berdasarkan analisis dokumen. Sesuai dengan namanya penelitian ini tidak menghimpun data secara interaktif melalui interaksi dengan sumber data manusia. Melainkan, Peneliti menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, peristiwa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat diamati. Sumber datanya adalah dokumen-dokumen.[14]

4.     Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Ruang Lingkup Penelitian

No
Ruang Lingkup Penelitian
Hasil Yang diharapkan
1
Mutu, strategi, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
a)     Strategi                            
b)     Mutu                    
c)     Perencanaan,
d)     Pelaksanaan,
e)     Pengawasan                                 
2
Strategi kepala madrasah dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam peningkatan mutu
pendidikan di MAS Juli
a)     Strategi Perencanaan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan 
b)     Pelaksanaan dan Pelatihan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
c)     Pengawasan Meningkatkan Mutu Pendidikan                                   
3
Biografi MAS Juli
a)     Latar Belakang Berdiri    
b)     Visi dan Misi                   
c)     Badan Hukum                  
d)     Struktur Organisasi         
e)     Status Kepemilikan
                       
5.     Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun objek penelitian yang penulis teliti adalah strategi kepala Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAS Juli.
6.     Sumber Data                   

Sumber data dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)     Data Primer
Husein Umar menjelaskan bahwa data primer adalah “data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara, pengisisan kuesioner, dan observasi”.[15] Sumber data primer digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan sejauh mana respon kepala Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAS Juli.
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.      Kepala Madrasah, sebagai informan utama untuk mengetahui perjalanan MAS Juli dari masa ke masa dan juga memiliki wewenang serta kebijakan penerapan Kurikulum.
b.     Wakil Kepala Madrasah, sebagai responden dalam penelitian ini untuk mengetahui dan menggali informasi yang berkaitan dengan strategi kepala Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAS Juli.  
c.      Guru, guru yang dimaksudkan disini yaitu guru MAS Juli.    
b)     Data Sekunder
Husein Umar menjelaskan bahwa data sekunder adalah “data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-digram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut, misalnya data kinerja perbankan nasional yang dikeluarkan suatu badan riset”.[16]
Data skunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku:
7.   Teknik Pengumpulan Data
      
Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur atau kepustakaan (library research) maupun data yang dihasilkan dari lapangan (field research). Adapun metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
a.      Observasi
Observasi (pengamatan) merupakan “sebuah teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, Kepala madrasah yang sedang memberikan pengarahan”.[17] Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif. Dalam Observasi partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau pelatihan. Dalam Observasi non partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.[18] Metode ini digunakan untuk melihat langsung bagaimana strategi kepala Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAS Juli.
b.     Wawancara
Wawancara atau interview merupakan “salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual”.[19]
Metode ini digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan respon kepala Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAS Juli. Wawancara ini digunakan untuk menggali data bagaimana respon kepala Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAS Juli. Sedangkan obyek yang diwawancarai adalah Kepala MAS Juli.
c.      Dokumentasi
Metode dokumentasi, merupakan “suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”[20]. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai strategi kepala Madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di MAS Juli.
8.   Teknik Analisa Data        

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini bertujuan untuk menyajikan deskripsi (gambaran) secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki. Dengan demikian analisis ini dilakukan saat peneliti berada di lapangan dengan cara mendeskripsikan segala data yang telah didapat, lalu dianalisis sedemikian rupa secara sistematis, cermat dan akurat. Dalam hal ini data yang digunakan berasal dari wawancara dan dokumen-dokumen yang ada serta hasil observasi yang dilakukan. Kemudian agar data yang diperoleh nanti sesuai dengan kerangka kerja maupun fokus masalah, akan ditempuh dua langkah utama dalam penelitian ini, yaitu:        
1.     Tahap Reduksi
Sugiyono menjelaskan bahwa mereduksi data berarti “merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidakperlu”[21]. Tahap ini hal yang dilakukan adalah menelaah seluruh data yang telah terhimpun dari lapangan, sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari objek yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi dari catatan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi untuk mencari nilai inti atau pokok-pokok yang dianggap penting dari setiap aspek yang diteliti.
2.     Tahap Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data”.[22] Tahap ini dilakukan adalah untuk merangkul data temuan data temuan dalam penelitian ini yang di susun secara sistematis untuk mengetahui tentang hal yang diteliti di lapangan, sehingga melalui display data dapat memudahkan bagi peneliti untuk menginterpretasikan terhadap data yang terkumpul.
3.     Tahap Verifikasi
Langkah ke tiga dalam analis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulandan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.”[23]. Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda. Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Penelitian kualitatif  memberikan interpretasi deskriptif, verifikasi berupa perluasan, pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain. Semua data yang terkumpul dari responden diolah dalam bentuk uraian-uraian tentang apa yang didapatkan di lokasi penelitian.     
H.    Garis-Garis Besar isi Skripsi
                                                           
Garis-garis besar isi skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu: Bab satu, berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, landasan teori, metodologi penelitian dan garis-garis besar isi skripsi.
Bab dua berisi tentang  kajian teori tentang mutu, strategi,      perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang meliputi strategi, mutu, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.  
Bab tiga berisi tentang strategi kepala madrasah dalam perencanaan,  pelaksanaan dan pengawasan peningkatan mutu pendidikan di MAS Juli yang meliputi strategi perencanaan dalam meningkatkan mutu pendidikan, pelaksanaan dan pelatihan dalam meningkatkan mutu pendidikan dan pengawasan meningkatkan mutu pendidikan.                                    
Bab empat berisi tentang biografi MAS Juli yang meliputi           latar belakang berdiri, visi dan misi  , badan hukum , struktur organisasi, status kepemilikan.
Bab lima berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.                   





               [1] Nana Syaodih Sukmadinata dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Madrasah Menengah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), hal. 8.
               [2] Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, (Bandung: Mizan, 1998), hal. 35.
               [3] Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Kompas, 2002), hal. 71.
               [4] M. Ngalim Purwanto dkk, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Mutiara Offset, 1984),
hal. 12.
               [5] Maman Ukas – Kepemimpinan, 2004, hal. 268.
               [6] Ibid., hal. 14-16.
[7] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Madrasah Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 25 .
[8] Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta: Rajawali, 1990), hal. 196
[9] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal.167.
[10]Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Madrasah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 83.
[11] Moch. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2004), hal. 78.
[12] Departemen Agama RI, Al qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV J-ART, 2005), hal. 455.
               [13] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 60.
[14] Wikipedia, Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif, dikutip pada tanggal 18 oktober 2015 dari https://id.wikipedia.org./wiki/penelitian kualitataif.html
               [15] Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 42.

               [16]Ibid.,
               [17] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian ..., hal. 220.
               [18] Ibid, hal. 220.
               [19] Ibid, hal. 216.
               [20] Ibid, hal. 216.

               [21] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 338.
               [22] Ibid., hal. 341.
               [23]Ibid., hal. 345.