Tujuan Pendidikan Agama bagi Anak
A.
Tujuan Pendidikan Agama bagi Anak
Risnayanty dalam bukunya ” Implementasi
Pendidikan Agama Islam” mengemukakan 4 pakar
Pendididkan Agama Islam yang memberikan tanggapan tentang tujuan pendidikan
Agama Islam, diantaranya An-Nahlawy, Atiah Al- Abrasy’ Al-Jamili, dan Ibnu
Khaldun.[1].
Mereka mengemukakan tujuan pendidikan agama islam ialah:
1. An-Nahlawy
menunjukkan ada 5 tujuan pendidikan Islam yaitu:
a. Pendidikan akal dan
persiapan pikiran, Allah menyuruh manusia merenungkan kejadian langit dan bumi
agar beriman kepada Allah.
b. Menumbuhkan
potensi-potensi dan bakat-bakat asal pada anak-anak. Karena Agama Islam agama
yang fitrah.
c. Menaruh perhatian
pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik-baiknya,
baik laki-laki ataupun perempuan
d. Berusaha untuk
menyeimbangkan segala potesi-potensi dan bakatbakat.
2. Al-Jammali menyebutkan 4
tujuan Pendidikan Agama Islam
diantaranya:
a. Memperkenalkan kepada
manusia akan kedudukannya di antara makhluk-makhluk dan bertanggung jawab
perseorangan dalam hidup ini.
b. Memperkenalkan kepada
manusia akan hubungan sosial dan tanggung jawabnya.
c. Memperkenalkan kepada
manusia akan makhluk (alam semesta) dan mengajak manusia memahami hikmah
penciptaannya.
d. Memperkenalkan kepada
manusia akan pencipta alam maya, untuk mengenal Allah dan bertaqwa kepada-Nya.
3. Al-Abrasy
menyimpulkan 4 tujuan bagi Pendidikan
Agama Islam yakni:
a. Untuk mengadakan
pembentukan akhlak yang mulia
b. Persiapan untuk kehidupan dinia dan akhirat
c. Persiapan untuk
mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat
d. Menumbuhkan semangat
ilmiah dalam jiwa pelajar itu mengkaji bukan sekedar ilmu.
e. Menumbuhkan semangat
ilmiah dalam tubuh pelajar untuk menkaji semua ilmu pengetahuan yang ada dalam
jagat raya ini.
4. Ibnu Khaldun membagi tujuan
pendidikan Isalam itu kepada 6 tujuan, yaitu:
a. Mempersiapkan
seseorang dari segi keagamaan yaitu mengajarkannya syiar-syiar agama menurut
Al-Qur.an dan As- Sunnah.
b. Menyiapkan seseorang
dari segi akhlak
c. Menyiapkan seseorang
dari segi kemayarakatan dan sosial
d. Menyiapkan seseorang
dari segi pekerjaan
e. Menyiapkan seseorang
dari segi pemikiran
f. Menyiapkan seseorang
dari segi keseniaan yang bernuansa Islam
B.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan Agama Bagi Anak
Tidak semua anak dalam proses belajar mengajar
memperoleh prestasi yang baik sebagaimana yang diharapkan sebelumnya. Walaupun
kegiatan belajar yang dilakukan pada waktu yang bersamaan. banyak anak
yang mampu meraih prestasi yang gemilang dan tidak sedikit anak yang masih
berprestasi kurang menguntungkan. Hal tersebut disebabkan oleh faktor yang dapat memmpengaruhinya sebagaimana yang
dikemukakan oleh Slameto bahwa :
Faktor intern dan
faktor ektern, keduanya saling mempengaruhi dan sama-sama memberi
pengaruh terhadap kegiatan belajar seseorang. Oleh karena itu, seseorang
yang ingin belajar dan dapat
mencapai hasil yang baik, kedua faktor tersebut perlu dijaga, diatur dan
dipelihara dengan baik dan benar-benar memberi pengaruh yang positif bagi
kebersihan belajar.[2]
Untuk lebih jelas diuraikan secara terperinci kedua
faktor tersebut.
a. Faktor Intern
Yang dimaksud dengan faktor intern adalah
semua faktor yang berasal atau bersumber dari anak yang sedang belajar.
Menurut Slameto bahwa ”Faktor intern dibagi tiga faktor yaitu, faktor
jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan”.[3]
a.1
Faktor Jasmani
Seorang anak untuk dapat belajar dengan baik
harus memiliki jasmani yang sehat. Tanpa jasmani yang sehat. Berapapun cerdas
dan rajinnya seseorang anak pasti mendapat
hambatan dan kesukaran-kesukaran dalam belajarnya. Keadaan fisik yang
lemah merupakan penghalang yang sangat besar untuk memperoleh prestasi tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hamalik bahwa :
Badan
yang sering sakit-sakitan, kurang tenaga, kurang vitamin merupakan faktor yang
bisa menghambat kemajuan studi seseorang. Adanya gangguan emosional, rasa tak
senang, khawatir, mudah tersinggung, sikap agresif gangguan-gangguan dalam
proses berfikir, semuanya menjadikan kegiatan belajar terganggu. Faktor
kesehatan jasmani dan rohani turut
menentukan apakah studi kita akan lancar atau tidak. Hendaknya diusahakan agar
kesehatan ini terus diperhatikan.[4]
Berdasarkan kutipan di atas, jelas faktor
jasmani dan rohani sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi
belajar yang diperoleh anak. Untuk itu
faktor ini harus diperhatikan dan perlu
dijaga guna memperlancar proses belajar mengajar dan selalu mendapat prestasi
yang tinggi.
a.2
Faktor Psikologi
Yang termasuk ke dalam faktor psikologi antara
lain, bakat, minat, motivasi, intelegensi dan kemampuan dasar. Faktor-faktor
ini dapat mempengaruhi prestasi belajar anak.
Bakat
adalah salah satu potensi yang ada pada diri seseorang yang merupakan
suatu keadaan atau ciri-ciri khas yang dapat mempengaruhi seorang anak dalam
kemampuannya bila dibandingkan dengan
anak yang lain.[5]
Bakat dapat
mempengaruhi proses belajar seseorang. Jika
bahan pelajaran yang dipelajari anak sesuai dengan bakatnya. Hasil
belajarnya akan lebih baik karena ia akan senang dan terangsang untuk
mempelajarinya. Jadi, dalam upaya membangkitkan prestasi belajar anak, guru
harus mengetahui bakat para anak dan
dapat menempatkan anak tersebut dalam belajar sesuai dengan bakatnya. Hal ini
sesuai dengan pendapat Slameto bahwa ”Jika bahan pelajaran yang dipelajari anak
sesuai dengan bakatnya, maka hasil
belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya
ia lebih giat lagi dalam belajar itu”.[6]
Faktor minat harus selalu diperhatikan agar
tercapai keberhasihan dalam proses belajar. Minat seorang anak terhadap apa
yang dipelajarinya merupakan salah satu faktor yang memungkinkan anak tersebut
untuk lebih berkonsentrasi dalam
belajarnya. Bagus Raharjo mengemukakan
bahwa ”Belajar akan lebih berhasil bila
bahan yang dipelajari menarik perhatian anak. Oleh karena itu, bahan harus dipilih sesuai dengan minat
anak”.[7]
Dengan demikian minat merupakan faktor yang sangat menentukan sukses tidaknya
anak dalam belajar.
Setiap anak hendaknya mempunyai minat terhadap pelajaran
yang sedang dipelajarinya. Kurangnya minat dapat menyebabkan prestasi yang
diperolehnya menurun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat sangat
berpengaruh bagi seorang anak dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
Intelegensi merupakan salah satu istilah yang sering
ditemui dalam kegiatan pendidikan. Adapun yang dimaksud dengan intelegensi menurut
Soejanto adalah ”Kesanggupan jiwa
untuk menyesuaikan diri dengan
cepat dan tepat dalam suatu situasi yang
baru.[8].
Berdasarkan kutipan di atas, maka yang dimaksud dengan intelegensi adalah
suatu kekuatan yang ada dalam jiwa
seseorang yang dapat bergerak serta menyesuaikan diri dengan keadaan yang
sedang berlangsung.
Intelegensi
memegang peranan penting bagi seorang anak, terutama bagi anak yang
sedang belajar di sekolah. Anak yang memiliki intelegensi tinggi besar sekali
kemungkinan untuk berkembang, sebab anak itu mempunyai kesanggupan untuk
berkreasi dalam lingkungan belajarnya. Dengan demikian, setiap persoalan yang
dihadapi dalam proses belajar mengajar maupun diluar proses belajar dapat
diselesaikannya dengan cepat dan tepat tanpa bantuan orang lain.
Intelegensi yang tinggi dapat juga mendorong anak untuk
lebih giat dan berperan dalam belajar sampai mencapai titik keberhasilan yang
menjadi tujuan setiap anak, namun, tidak berarti anak yang mempunyai
tingkat intelegensi tinggi akan lebih
berhasil dari pada anak yang mempunyai
tingkat intelegensi rendah. Hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat
mempangruhi prestasi belajar itu sendiri.
Perlu diingat bahwa intelegensi anak tidak sama kadarnya,
ada yang tinggi ada yang sedang dan ada yang rendah. Dengan adanya perbedaan
inilah tingkat kemampuan dalam belajar anak berbeda pula. Perbedaan kadar intelegensi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
(1)Pembawaan, ialah segala
kesanggupan kita yang telah kita bawa
sejak lahir dan tidak sama setiap orang. (2) Kemasan, ialah saat munculnya
suatu daya jiwa kita yang kemudian
dikembangkan dan mencapai saat
puncaknya.(3)Pembentukan, ialah segala faktor luar yang mempengaruhi
intelegensi di dalam perkembangannya.(4) Minat, ialah yang merupakan motor
penggerak dari intelegensi.[9]
Pengetahuan dasar merupakan pengetahuan yang telah
diperoleh anak pada sekolah lain sebelumnya. Seorang anak yang melanjutkan studi ke sekolah
menengah setidak-tidaknya telah memiliki pengetahuan dasar dan itu menentukan
keberhasilannya di sekolah selanjutnya. Kemampuan
dasar yang tinggi berkemungkinan anak tersebut akan lebih tinggi prestasinya,
begitu juga sebaliknya. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Surya, bahwa
”Kemampuan dasar merupakan wadah bagi kemungkinan tercapai hasil belajar, jika
kemampuan ini rendah, maka hasil yang dicapainya rendah pula”.[10]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemampuan dasar yang dimiliki oleh para
anak juga sangat mempengaruhi terhadap prestasi yang dicapainya.
Motivasi merupakan suatu dorongan yang
menyebabkan seorang anak melakukan kegiatan belajarnya. Menurut Sardiman,
A.M mengemukakan bahwa :
Motivasi
dibagi dua macam yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirancang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Sebagai contoh
seseorang yang senang mencari buku-buku untuk dibaca. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah mitif-motif yang aktif dan fungsinya ada perangsang dari
luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena esok pagi ada ujian dengan
harapan mendapat nilai baik, sehingga akan mendapatkan pujian dari teman.[11]
Berdasarkan kutipan di atas, dapatlah
disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu faktor yang dapat mempengaruhi
seseorang dalam belajar. Dengan adanya dorongan seseorang akan lebih giat dalam
melaksanakan segala aktivitasnya terutama dalam belajar. Tanpa adanya dorongan,
dengan sendirinya semangat untuk belajar akan berkurang dan akan memperoleh
hasil yang kurang memuaskan. Jadi motivasi
merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tinggi rendahnya
prestasi belajar yang diperoleh dalam belajar.
a.3
Faktor Kelemahan
Kelemahan dapat dibagi kepada dua macam, yaitu
kelemahan jasmani dan kelemahan rohani. Kelemahan jasmani dapat terlihat dengan
lemah-lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk beristirahat, sedangkan
kelemahan rohani dapat ditemui dengan adanya kelesuan dan kebosanan terhadap
sesuatu kegiatan. Kelemahan ini sangat terasa pada bagian kepala karena pusing,
sehingga para anak sulit berkonsentrasi dengan baik. Slameto, mengemukakan
bahwa :
Kelemahan
baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara sebagai berikut
: tidur, istirahat, menggunakan variasi dalam belajar menggunakan obat-obatan
yang bersifat kelancaran peredaran
darah, misalnya obat gosok, rekreasi yan teratur, olah raga secara teratur, dan
mengimbangi makanan dengan makanan yang memenuhi empat sehat lima sempurna. Jika kelemahan
sangat serius cepat-cepat menghubungi dokter
psikiater, konselor dan lain-lain.[12]
Berpedoman pada pendapat di atas, dapatlah disimpulkan
bahwa kelemahan yang sering memungkinkan para anak tidak dapat berkonsentrasi
pikirannya untuk belajar sehingga prestasi belajarnya akan menurun.
b. Faktor Ekstern
Menurut Slameto, ”Faktor
ekstern yang mempengaruhi prestasi
belajar anak lain, faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat”.[13]
b.1
Faktor Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan tempat yang
pertama penting pula artinya. Hal ini berpengaruh kepada perasaan, waktu
belajar yang sering terganggu dan kurangnya perlengkapan belajar yang
dibutuhkan. Anak
yang berasal dalam keluarga miskin sering membantu orang tuanya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Sepulangnya dari sekolah bahkan sampai
jauh malam si anak harus melaksanakan tugas-tugas yang sebenarnya
tanggung jawab orang tua. Hal ini menyebabkan anak kurang mempunyai waktu untuk
belajar di rumah. Keadaan ini, selain menyebabkan rendahnya prestasi yang dicapai
juga dapat mempengaruhi perasaan anak. Anak senantiasa membandingkan keadaan dengan teman-teman yang lain.
Akhirnya timbullah bermacam-macam perasaan yang dapat menghambat kemajuan
belajarnya.
Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Soejanto, Bahwa” kemiskinan atau karena
terlalu besarnya jumlah keluarga sering
pula menyebabkan kita sulit untuk mendapatkan kesempatan belajar dengan baik. Mungkin karena faktor
waktu, faktor tempat maupun faktor
penerangan”.[14]
Berdasarkan kutipan di atas, faktor keadaan ekonomi
keluarga berpengaruh terhadap kemajuan
belajar anak. Karena dengan kemiskinan, kebutuhan-kebutuhan atau fasilitas-fasilitas belajar yang
dibutuhkan anak tidak terpenuhi, misalnya
tidak mempunyai biaya untuk membeli buku-buku, alat-alat tulis yang
lengkap, biaya untuk mengikuti les atau kursus dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Keadaan semacam ini tidak dapat memperoleh
prestasi yang tinggi disekolah.
b.2
Faktor Sekolah
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam lingkungan sekolah dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak
dalam belajar antara lain siswa, guru disiplin sekolah. Berhubung dengan prestasi rendah yang dicapai
anak kemungkinan sekali guru melakukan kesalahan-kesalahan, baik disadari
maupun tidak. Kesalahan tersebut meliputi masalah penggunaan metode mengajar
yang kurang tepat, kurang menguasai bahan atau materi yang diajarkan, tidak ada
persiapan mengajar menggunakan suara yang terlalu keras, seiring
membentak-bentak anak dan sebagainya.
Kelemahan-kelemahan
yang terdapat pada guru seperti tersebut di atas sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Djumhur, dkk sebagai berikut :
Guru merupakan salah satu faktor yang penting yang
mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar. Oleh karena itu guru harus
menguasai prinsip-prinsip belajar, di samping menguasai materi yang akan
diajarkan. Atau dengan kata lain, guru harus mampu menciptakan suatu situasi
dan kondisi belajar yang sebaik-baiknya.[15]
Berdasarkan
kutipan di atas, guru merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan anak dalam proses belajar mengajar, karena dengan adanya guru yang
baik memungkinkan anak dapat memperoleh prestasi yang lebih tinggi sebagaimana
yang diharapkan.
Gedung sekolah juga dapat mempengaruhi prestasi belajar
anak, terutama letaknya yang harus memenuhi persyaratan. Sekolah yang terletak
di sekitar tempat yang ramai dapat mengganggu perhatian anak pada waktu
belajar. Perhatiannya akan beralih kepada hal-hal yang berada di luar sekolah. Demikian
pula kebersihan dan keindahan sekolah, halaman dan ruang kelas kadang-kadang
tidak merangsang anak untuk belajar. Selain itu, kesegaran anak untuk belajar
tidak ada apalagi ruang kelas terlalu sempit dan sinar matahari tidak masuk ke
dalam ruangan kelas.
Ruang belajar yang terlalu sempit dengan anak yang terlalu banyak juga
menjadi hambatan bagi anak-anak dalam belajar. Ali Bahari
mengatakan bahwa ”Ruang kelas yang kecil dibandingkan dengan jumlah peserta
didik dan kebutuhan peserta didik untuk bergerak dalam kelas merupakan hambatan
lain bagi pengelolaan.[16] Keadaan-keadaan seperti
tersebut di atas, perlu diperhatikan
oleh pimpinan sekolah dan dewan guru untuk menghindari prestasi belajar anak
yang rendah.
Disiplin sekolah perlu dilaksanakan dengan baik, karena
mungkin anak telah terbiasa dengan keadaan yang tidak disiplin di luar sekolah,
terutama dengan teman-temannya. Kebiasaan-kebiasaan ini akan terbawa ke
lingkungan sekolah. Apabila pelaksanaan disiplin sekolah kurang baik, para
anak senantiasa melakukan tindakan-tindakan yang melanggar disiplin sekolah dan
hal ini dapat menghambat kemajuan
belajarnya. Misalnya, para anak sering datang terlambat kesekolah, tidak
membawa alat-alat pelajaran, tugas yang diberikan di sekolah sering tidak dikerjakan
dan sering mengganggu ketertiban sekolah. Tindakan-tindakan yang demikian sangat mungkin para anak kurang
sukses dalam belajarnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soejanto
bahwa ”Disiplin adalah kunci sukses. Sebab dengan disiplin, orang akan berkeyakinan bahwa
disiplin akan membawa manfaat yang dibuktikan dengan tindakan disiplinya
sendiri”.[17]
Berdasarkan uraian
di atas, disiplin sekolah dapat mempengaruhi prestasi anak yang sedang belajar.
Karena itu setiap sekolah harus menegakkan displin dan tata tertib yang harus
ditaati oleh para anak.
b.3
Faktor Masyarakat
Masyarakat juga bertanggung jawab terhadap
pendidikan anak. Akan tetapi apakah tanggung jawab ini terpenuhi atau tidak ? Hal ini tidak dapat dipastikan, sebab sangat banyak pengaruh-pengaruh yang tidak
baik yang timbul dari kalangan masyarakat itu sendiri. Adapun
pengaruh-pengaruh yang tidak baik tersebut dapat timbul dari hal-hal antara
lain : adapun contoh media masa adalah
bioskop, radio, televisi, surat kabar, majalah, buku-buku porno, buku komik,
dan semacamnya yang banyak sekali terdapat di sekeliling anak. Isi dari media
tersebut apabila kurang baik sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan studi
anak.
Anak mulai malas belajar, sukar dibimbing, dan
prestasi belajarnya mulai menurun. Dalam hal ini sangat dibutuhkan pengawasan yang ketat dan
bijaksana dalam masyarakat. Teman-teman bergaul yang tidak terkontrol dapat berpengaruh tidak baik
terhadap anak didik. Pengaruh-pengaruh tersebut lebih cepat meresap ke dalam jiwanya.
Kadang-kadang orang tua secara tiba-tiba dikejutkan oleh tingkat anaknya yang
di luar dugaan, misalnya ; anak-anak sudah mulai membaca buku porno, menyimpan
gambar-gambar bintang film yang seksi,
merokok, anak-anak gadis yang sudah mulai bergaul yang berlebihan, meniru gaya bintang film. Mereka
mulai sibuk dengan
kegiatan-kegiatan seperti yang tersebut
di atas, lain terhadap tugas-tugas di
sekolah.
Kegiatan-kegiatan dalam masyarakat seperti
tugas-tugas dalam organisasi/usaha-usaha sosial memberi pengalaman yang
bermanfaat bagi para anak sebagai bekal untuk terjun kedalam masyarakat. Kegiatan semacam ini kalau berlebihan
akan mengganggu tugas-tugas yang diberikan guru di sekolah akan menghambat
kemajuan belajar yang akhirnya prestasi yang dicapai menjadi rendah pula. Semua
kegiatan tersebut akan mengganggu kegiatan belajar anak. Jika waktunya tidak
teratur secara rapat. Tugas orang tua
dan masyarakat untuk membimbing sangat dibutuhkan agar para anak dapat membagi waktu untuk kegiatan-kegiatan di luar
kepentingan sekolah. Yang paling dijaga
adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak tidak menyimpang dari norma-norma
yang berlaku serta yang tidak membawa ke hal-hal negatif.
Oleh karena itu,
orang tua, guru dan masyarakat harus saling berhubungan dalam mengawasi anak
Surachman mengatakan bahwa : Keluarga saja tanpa
memperhitungkan masyarakat dan sekolah
atau hanya keluarga dan sekolah saja pun memperhitungkan masyarakat adalah
tidak mungkin. Keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan pusat
pendidikan. Apa yang diterima anak dalam
keluarga dan sekolah dicobakan anak dalam masyarakat.[18]
Berdasarkan kutipan di atas dapat simpulkan bahwa
lingkungan pendidikan yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat
merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan anak
di sekolah. Namun, para anak yang
menyangkut persiapan belajar juga sangat menentukan keberhasilan
pendidikan, sebab bagaimana lengkapnya fasilitas belajar, jika tidak didukung dengan persiapan
belajar, mustahil memperoleh hasil sebagaimana yang diharapkan. Dengan kata
lain adalah peran anak tidak terlepas dari usaha meningkatkan mutu pendidikan.
[1] Risnayanti, Implementasi
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Perpustakaan Umum, 2004), hal.
15-17.
[2] Slameto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 49.