A. Urgensi Metode
Bercerita
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian
materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak
didik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di TK, metode bercerita
dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan
tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat
mengembangkan berbagai kompetensi dasar usia anak TK. Oleh karena itu materi
yang disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam
kesatuan yang utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu.
Biasanya kegiatan bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga kalau
anak pulang, anak menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran,
Namun demikian pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup,
bercerita dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti, maupun
pada waktu-waktu senggang di sekolah, misalnya pada saat waktu istirahat,
karena mendengarkan cerita adalah sesuatu yang mengasyikkan bagi anak usia TK.
Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak
digunakan di Taman Kanak-kanak. Sebagai suatu metode bercerita mengundang
perhatian anak terhadap pendidik sesauai dengan tema pembelajaran. Bila isi
cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di Taman Kanak kanak, maka mereka
dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh
perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita.[1]
Menurut Abudin Nata metode bercerita adalah “suatu metode
yang mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari sifat
alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap
perasaan. Oleh karenanya dijadikan sebagai salah satu teknik pendidikan”.[2]
Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah,
dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi
anak di Taman Kanak-kanak yang bersifat unik dan menarik yang menggetarkan perasaan
anak dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita sampai tuntas.
Pentingnya bercerita dengan kata lain adalah menyalurkan
kebutuhan imajinasi dan fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara
berfikir anak. Misalnya melalui media dongeng/bercerita dapat berfungsi sebagai
penggugah kreativitas anak-anak. “Melalui dongeng/cerita, guru bisa
menyampaikan pesan-pesan, hikmah-hikmah dan pengalaman-pengalaman kepada
murid-muridnya. Disamping memperkaya imajinasi anak, dongeng/bercerita pun
menjadikan anak-anak merasa belajar sesuatu, tetapi tak merasa digurui”[3].
Bahkan, dengan melalui dongeng/cerita
diketahui adalah merupakan salah satu cara yang efektif mengembangkan
aspek-aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), social dan aspek
konatif (penghayatan) anak-anak. Dongeng/cerita mampu membawa anak-anak pada
pengalaman-pengalaman baru yang belum pernah dialaminya. Karena itu guru perlu
memiliki kreativitas, penghayatan, dan kepekaan pada saat bercerita agar pesan
dapat sampai kepada murid-muridnya.
Dari
pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode
bercerita adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak
didik sehingga dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan
adanya proses belajar mengajar, maka metode bercerita merupakan suatu cara yang
dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan
dengan kondisi anak didik.
[2]
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. ke-4, (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 2001), hal. 97
0 Comments
Post a Comment