Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Aspek Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak


BAB I
P EN D A H U L U A N


A. Latar Belakang Masalah
          Islam menempatkan akhlak dalam posisi penting yang harus dipegang teguh para pemeluknya. Bahkan, tiap aspek dalam ajaran Islam, apakah itu di bidang politik, ekonomi, dan berbagai kegiatan lainnya selalu
berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia (akhlakul karimah). ''Sesungguhnya, aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia,'' begitu bunyi salah satu sabda Nabi SAW yang terkenal.
          Di antara kaidah yang difardukan Islam ialah agar manusia bermuamalah dengan orang lain, dengan lemah lembut dan halus, sehingga dia tidak kasar dalam ucapan dan tidak keras dalam bermuamalah. ''Sesungguhnya, Allah itu lemah lembut dan menyukai kelemah-lembutan dalam segala urusan,'' sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Buchari dari Aisyah.
          Begitu pentingnya masalah akhlak sehingga dalam menilai keimanan seseorang kita juga diminta menilai bagaimana akhlak yang bersangkutan. Kata Nabi SAW, ''Mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang paling baik akhlaknya.'' Karenanya, dalam situasi negara sekarang ini, khususnya makin maraknya kasus kejahatan dan penyalahgunaan jabatan, perlunya dihayati dan diterapkan kaidah akhlak dalam masyarakat. Apalagi, bila diingat berbagai kasus penyimpangan itu tidak terlepas dari masalah ini. Kita juga prihatin dengan meningkatnya dekadensi moral yang telah menjungkirbalikkan nilai-nilai agama, utamanya masalah moral.
          Untuk meredam sifat-sifat destruktif yang membahayakan moralitas bangsa dan negara, makin disadari perlunya upaya mengembalikan akhlak masyarakat seperti yang diajarkan agama. Bahkan, sudah dicontohkan dengan gemilang dalam perilaku hidup Nabi Muhammad SAW.
B. Penjelasan Istilah
          Untuk menhindari kesalah pahaman dalam penafsiran, maka penulis menjelaskan pengertian di bawah ini :
1. Aspek
          Desi Anwar dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan aspek adalah segi pandang, tanda; sudut pandangan; katagori gramatikal verba yang menunjukkan lama dan jenis perbuatan.[1]
2. Akhlak
          Akhlak ialah tingkahlaku yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakini oleh seseorang dan sikap yang menjadi sebahagian daripada keperibadiannya.[2]


BAB II
U R A I A N
A. Pengertian Akhlak
          Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu alkhulqu, al-khuluq yang mempunyai arti watak, tabiat, keberanian, atau agama. Secara Istilah akhlak menurut Ibnu Maskawaih (421 H) adalah “suatau keadaan bagi jiwa yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya, ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada mulanya tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak.”[3]
          H. Hasan AF memberikan definisi akhlak sebagai”suatu ungkapan tentang keadaan pada jiwa bagian dalam yang melahirkan macam-macam tindakan dengan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan terlebih dahulu”[4]
          Dari dua defenisi di atas dapat dipahami bahwa akhlak bersumber dari dalam diri anak dan dapat juga berasal dari lingkungannya. Secara umum akhlak bersumber dari dua hal tersebut dapat berbentuk akhlak baik dan akhlak buruk, tergantung pembiasaannya, kalau anak membiasakan perilaku buruk, maka akan menjadi akhlak buruk bagi dirinya, sebaliknya anak membiasakan perbuatan baik, maka akan menjadi akhlak baik bagi dirinya.
          Dalam haditsnya yang mulia, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلاَقِ
Artinya:  Sungguh aku diutus (oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala) untuk menyempurnakan akhlak (budi pekerti) umat manusia.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Ahmad, dan Al-Hakim, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 45)
          Adapun pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya.[5]
          Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memaami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati (sadar).3 Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.
B. Aspek  Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
          Setiap orang ingin agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat, dan sikap mental yang kuat dan akhlak yang terpuji. Semua itu dapat diusahakan dengan melalui pendidikan, untuk itu perlu dicari jalan yang dapat membawa kepada terjaminnya akhlak perilaku ihsan sehingga ia mampu dan mau berakhlak sesuai dengan nilai – nilai moral. Nilai – nilai moral akan dapat dipatuhi oleh seorang dengan kesadaran tanpa adanya paksaan kalau hal itu datng dari dirinya sendiri.
          Dengan demikian pendidikan agama harus diberikan secara terus menerus baik faktor keluarga, faktor kepribadian, pendidikan formal, pendidikan nonformal atau lingkungan masyarakat.
1. Faktor keluarga
          Dalam pembinaan akhlak anak, faktor orang tua sangat menentukan, karena akan masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan unsur – unsur pribadi yang didapatnya melalui pengalaman sejak kecil. Pendidikan keluarga sebagai orang tua mempunyai tanggungjawab dalam mendidik anak – anaknya karena dalam keluarga mempunyai waktu banyak untuk membimbing, mengarahkan anak – anaknya agar mempunyai perilaku islami.
          Kebahagiaan orang tua atas hadirnya seorang anak yang dikaruniakan kepadanya, akan semakin terasa karena tumbuhnya harapan bahwa garis keturunannya akan berlangsung terus. Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari para orang tua muslim ialah tentang kesalehan anak – anak mereka.
          Ada beberapa hal yang perlu direalisasikan oleh orang tua yakni aspek pendidikan akhlak karimah. Pendidikan akhlak sangat penting dalam keluarga, karena dengan jalan membiasakan dan melatih pada hal – hal yang baik, menghormati kepada orang tua, bertingkah laku sopan yang baik dalam berperilaku keseharian maupun dalam bertutur kata.          Pendidikan akhlak tidak hanya secara teoritik namun disertai contohnya untuk dihayati maknanya, seperti kesusahan ibu yang mengandungnya, kemudian dihayati apa yang ada dibalik yang nampak tersebut, kemudian direfleksikan dalam kehidupan kejiwaannya.[6]
          Menerima pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung, disamping itu keluarga merupakan unit kehidupan bersama manusia terkecil dan alamiah, artinya secara alamiah dialami setiap kehidupan manusia, karenanya keluarga merupakan jembatan meniti bagi generasi, oleh karena itu orang tua berperan penting sebagai pendidik, yakni memikul pertanggungjawabn terhadap pendidikan anak. Karena pendidika itulah yang akan membentuk manusia di masa depan.
          Keluarga merupakan wadah pertama dan utama, peletak dasar perkembangan anak. Dari keluarga pertama kali anak mengenal agama dari kedua orang tua, bahkan pendidikan anak sesungguhnya telah dimulai sejak persiapan pembentukan keluarga.[7] Setelah mendapatkan pendidikan akhlak dalam keluarga secara tidak langsung nantinya akan berkembang di lingkungan masyarakat.
          Oleh karena itu maka kebiasaan – kebiasaan dalam keluarga harus dalam pengawasan, karena akan sangat berpengaruh pada diri anak, kebiasaan yang buruk dari keluarga terutama dari kedua orang tua akan cepat ditiru oleh anak – anaknya, menjadi kebiasaan anak yang buruk. Dengan demikian juga kebiasaan yang baik akan menjadi kebiasaan anak yang baik. Peran orang tua dan anggota keluarga sangat penting bagi pendidikan akhlak dan selektivitas bergaul.
2. Faktor kepribadian (dari orang itu sendiri)
          Dengan menggunakan kaidah fikih mengemukakan bahwa diri sendiri termasuk orang yang dibebani tanggungjawab pendidikan menurut Islam, apabila manusia telah mencapai tingkat mukallaf maka menjadi bertanggung jawab sendiri terhadap mempelajari dan mengamalkan ajaran agama Islam. Kalau ditarik dalam istilah pendidikan Islam orang mukallaf adalah orang yang sudah dewasa sehingga sudah semestinya ia bertanggungjawab terhadap apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus ditinggalkan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan keluarga atau semua anggota keluarga yang mendidik pertama kali. Perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa – masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun.[8]
3. Faktor Lingkungan (Masyarakat)
          Lembaga non formal akan membawa seseorang berperilaku yang lebih baik karena di dalamnya akan memberikan pengarahan – pengarahan terhadap norma – norma yang baik dan buruk. Misalnya pengajian, ceramah yang barang tentu akan memberikan pengarahan yang baik, tak ada seorang mubaligh yang mengajak hadirin untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.
          Dengan demikian pendidikan yang bersifat non formal yang terfokus pada agama ternyata akan mempengaruhi pembentukan akhlak pada diri seseorang. Maka tepat sekali dikatakan bahwa nilai – nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai – nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai – nilai Islam apalagi yang membawa maslahat dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam menentukan kebijaksanaan.
          Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai itu selanjutnya perlu diinstitusikan. Institusi nilai yang terbaik adalah melalui upaya interaksi edukatif, pandangan Freeman Butt dalam bukunya Cultural History of Western Education, menyatakan bahwa hakekat interaksi edukatif adalah proses tranformasi dan internalisasi nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta penyesuaian  terhadap nilai. Akhlak yang baik dapat pula diperoleh dengan memperhatikan orang – orang baik dan bergaul dengan mereka, secara alamiah manusia itu meniru, tabiat seseorang tanpa dasar bisa mendapat kebaikan dan keburukan dari tabiat orang lain.[9]
           Interaksi edukatif antara individu dengan individu lainnya yang berdasarkan nilai-nilai Islami agar dalam masyarakat itu tercipta masyarakat yang berakhlakul karimah. Lingkungan masyarakat yakni lingkungan yang selalu mengadakan hubungan dengan cara bersama orang lain. Oleh karena itu lingkungan masyarakat juga dapat membentuk akhlak seseorang, di dalamnya orang akan menatap beberapa permasalahan yang dapat mempengaruhi bagi perkembangan baik dalam hal – hal yang positif maupun negative dalam membentuk akhlak pada diri seseorang.
4. Faktor visual dan audio visual
          Tidak hanya pengaruh lingkungan tapi masih banyak lagi misalnya TV, majalah dan tayangan – tayangan lain yang bisa memberikan banyak pengaruh pada kepribadian anak dan tingkah laku anak. Misalkan kita melihat tayangan – tayangan barat atau film – film porno maka kalau anak – anak didik kita tidak dibekali dengan ilmu agama maka ia akan terjerumus ke dalamnya. Belum lagi sekarang marak dengan majalah – majalah yang menyajikan tentang beragama busana yang jorok yang sangat tidak pantas dipakai oleh budaya kita, tetapi anak seusia MTs itu adalah masa dimana keinginan untuk mencoba sangat tinggi. Oleh karena itu kita harus berhati – hati  memberikan pengarahan kepada anak – anak kita agar mereka selalu memegang ajaran agama.
          Disinilah pentingnya peranan penanaman akhlak yang telah ditanamkan oleh kedua orang tuanya, yang berguna sebagai filter perkembangan yang telah terjadi pada zaman yang penuh globalisasi ini. Disinilah peranan pengamalan ibadah yang dilaksanakan oleh orang dewasa sebagai contoh terhadap orang – orang yang ada di sekitar mereka, agar di lingkungan tersebut dalam pergaulannya mencerminkan akhlakul karimah.
C. . Ciri – Ciri Kepribadian Muslim
          Sekiranya sebagian kita ditakdirkan dapat melihat melalui sebuah jendela kealam manusia pada setiap zaman dan tempat sesungguhnya, kita akan melihat suatu khalayak yang heterogen, pandangan hidup yang
berbeda – beda da kelompok – kelompok yang berbeda status sosialnya.  Kita akan melihat umat manusia, kadang – kadang jalan itu buntu dan kadang – kadang jalan itu banyak simpang siurnya. Disaat inilah manusia butuh teman untuk berbagi dalam memecahkan masalah yang dia hadapi.
          Oleh karena itu selektif dalam memilih teman adalah salah satu kunci untuk selamat dunia dan akherat. Hanya orang – orang yang paham akan ajara agama (Islam) yang bisa selektif dalam bergaul. Karena pada dasarnya Islam mempunyai misi universal dan abadi, intinya adalah mengadakan bimbingan bagi kehidupan mental dan jiwa manusia atau
akhlak.[10]
          Bangsa Indonesia yang mengalami multi krisis juga disebabkan kurangnya pendidikan pendidika akhlak. Secara umum pembinaan akhlak mahasiswa perguruan tinggi juga sangat memprihatinkan. Hal ini setidaknya bisa dibuktikan dengan banyaknya penyelewengan (korupsi) yang mencapai 30% dari dana pembangunan yang dilakukan oleh orang – orang besar yang notabene adalah para sarjana. Oleh karena itu program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha adalah pembinaan atau
pendidikan akhlak.
D. Aqidah Mencorakkan Akhlak
          Sebagaimana yang disebutkan sebelum ini, nilai-nitai akhlak yang dipegang oleh seseorang dan sesuatu kebudayaan itu adalah hasil daripada aqidah dan gambaran tentang kehidupan itu. Pembentukan nilai-nilai akhlak itu bergantung kepada bagaimana manusia memberikan jawapan kepada pertanyaan-pertanyaan yang asasi dalam hidup. Siapakah yang mencipta alam ini dan apakah tujuannya? Apakah tujuan manusia ditempatkan di bumi dan apakah tujuan dan matiamatnya yang sebenar? Jawapan-jawapan kepada persoalan asas mengenai kehidupan ini akan menentu dan mencorak nilai-nilai akhlak yang dimiliki oleh seseorang atau sesuatu kebudayaan. Oleh kerana terdapat berbagai- bagai jawapan kepada persoalan tersebut, maka terdapat berbagai sistem nilai di dalam masyarakat manusia yang mencorakkan berbagai sikap dan tingkahlaku yang membentuk berbagai-bagai kebudayaan.
          Al-Quran telah memaparkan berbagai golongan yang memberi jawapan berbeza kepada persoalan-persoalan asasi kehidupan yang membentuk konsepsi dan aqidah mengenai kehidupan ini. Terdapat aqidah orang-orang beriman, aqidah orang-orang kafir, aqidah orang-orang fasik dan aqidah orang-or-ang munafiqin.
          Aqidah orang-orang beriman dinyatakan dalam al-Ouran seba^gai orang-orang yang beriman kepada Allah S.W.T, kepada Rasul-Nya, kepada keagungan Allah yang mencipta dan memiliki alam ini. Mereka yakin kepada hari akhirat, yakin bahawa kejadian Allah tidak terbatas kepada alam lahir sahaja dan kejadian Allah itu tidak terbatas dalam lingkungan yang dapat diketahui oleh manusia. Kerana itu mereka percaya kepada kejadian Allah yang ghaib, seperti malaikat, gyurga, neraka dan adanya makhluk-makhiuk Allah yang lain yang tidak diketahui oleh manusia dan pengetahuan manusia tidak menjadi syarat bagi menentukan sesuatu kejadian Allah harus ada atau tidak ada. Allah S.W.T bebas mengikut kehendak-Nya, untuk mencipta atau tidak mencipta sesuatu yang ada di dalam ilmu-Nya.
          Aqidah ini menyebabkan orang-orang beriman sentiasa bergantung harap kepada Allah S.W.T dan tidak bergantung harap kepada yang lain daripada-Nya. Tujuan hidup manusia di dunia ini ialah untuk beribadah kepada Allah S.W.T. dan setiap tindak tanduk dan kelakuan serta tindakannya adalah untuk mendapatkan keredhaan Allah S.W.T. Keredhaan Allah dan beribadat kepada Allah S.W.T. menjadi tumpuan dan pemusatan setiap aspek kegiatannya.
E. Al-Quran Sumber Akhlak Mulia
          Al-Quran sumber bagi hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang menyusun tingkahlaku dan akhlak manusia. Al-Quran menentukan sesuatu yang haial dan haram, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Al-Quranmenentukan bagaimana sepatutnya kelakuan manusia. Al-Quran juga menentukan perkara yang baik dan tidak baik. Justeru itu al-Quran menjadi sumber yang menentukan akhlak dan nilai-nilai kehidupan ini.

          Al-Quran mengharamkan yang buruk dan keji serta melarang manusia melakukannya. Al-Quranmelarang manusia minum arak, memakan riba, bersikap angkuh dan sombong terhadap Allah, satu-satu kaum menghina kaum yang lain. Al-Quran melarang pencerobohan, fitnah dan berbunuhan. Al-Quranmelarang menyebarkan maklumat mengenai perkara-perkara keji.
          Al-Quran mengajak manusia supaya mentauhidkan Allah S.W.T., bertaqwa kepada-Nya, mempunyai sangkaan baik terhadap-Nya. Al-Quran juga mengajak manusia berfikir, cinta kepada kebenaran, bersedia menerima kebenaran. Malah mengajak manusia supaya berilmu dan berbudaya ilmu.
          Al-Quran juga mengajak manusia supaya berhati lembut, berjiwa mulia, sabar, tekun, berjihad, menegakkan kebenaran dan kebaikan. Al-Quran mengajak manusia supaya bersatupadu, berkeluarga dan mengukuhkan hubungan silaturrahim.
          Jelaslah bahawa al-Ouran menjadi sumber nilai-nilai dan akhlak mulia. Penampilan akhlak mulia dalam al-Ouran, tidak bersifat teoritikal semata-mata, tetapi secara praktikal berdasarkan realiti dalam sejarah manusia sepanjang zaman. Al-Quran adalah sumber yang kaya dan berkesan untuk manusia memahami akhlak mulia dan menghayatinya.
          Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
يَاأَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ. يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya:  Hai Ahli Kitab, telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari Al-Kitab yang kalian sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan (Al-Qur`an). Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya kepada jalan keselamatan. Dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Qs. Al-Ma`idah: 15-16)

BAB III
P E N U T U P
          Berdasarkan uraian yang telah penulis uraikan diatas, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dan saran – sarn sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1.     Secara umum akhlak bersumber dari dua hal tersebut dapat berbentuk akhlak baik dan akhlak buruk, tergantung pembiasaannya, kalau anak membiasakan perilaku buruk, maka akan menjadi akhlak buruk bagi dirinya, sebaliknya anak membiasakan perbuatan baik, maka akan menjadi akhlak baik bagi dirinya.
2.     Aspek yang dapat membentuk akhlak antara lain keluarga, faktor kepribadian, pendidikan formal, pendidikan nonformal atau lingkungan masyarakat.
3.     Al-Quran telah memaparkan berbagai golongan yang memberi jawapan berbeza kepada persoalan-persoalan asasi kehidupan yang membentuk konsepsi dan aqidah mengenai kehidupan ini. Terdapat aqidah orang-orang beriman, aqidah orang-orang kafir, aqidah orang-orang fasik dan aqidah orang-or-ang munafiqin.
B. saran - saran
  1. Disarankan kepada mahasiswa untuk dapat berakhlak baik, karena akhlak yang baik merupakan cerminan kepribadian muslim
  2. Disarankan kepada orang tua untuk dapat mendidik anak dengan akhlah yang baik yaitu dengan memberikan ketelanan dalam kehidupan
  3. Disarankan kepada mahasiswa untuk dapat menjadi tauladan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.



















DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, mulyono, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.

Al-Musawi, Khalil, Bagaimana membangun Kepribadian Anda, Lentera Jakarta. 1999.

Al-Asyqar, Umar Sulaiman, Ciri-ciri Kepribadian Muslim, Srigunting,
          Jakarta,1995.

Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Alhlak), Bulan Bintang, Jakarta, 1975.

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994

Dardjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Bulan bintang, Jakarta, 1970

Djatnika, Rachmat, Akhlak Mulia, Pustaka, Jakarta, 1990

Durkheim, Emile, Pendidikan Moral, Airlangga, Jakarta, 1990

H. Hasan AF, Aqidah Akhlak Kurikulum 2004 Madrasah Tsanawiyah kelas 1, PT Karya Toha Putra, semarang, 1987






               [1] Desi Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ( Surabaya: Karya Abditama, 2001), hal. 43
            [2] Al-Musawi, Khalil, Bagaimana membangun Kepribadian Anda,(Jakarta: Lentera 1999 ), hal. 33.

               [3] Razak, Nazaruddin, Dienul Islam, ( Bandung Al-Ma’arif, 1973 ), hal. 20

               [4] H. Hasan AF, Aqidah Akhlak Kurikulum 2004 Madrasah Tsanawiyah kelas 1,
, ( semarang:  PT Karya Toha Putra 1987), hal. 29
            [5]  Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), ( Jakarta Bulan Bintang,1975 ), hal. 62

            [6]Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, , 1996 ), hal. 108.
               [7] Mansur, Mendidik Anak Sejak Dalam Kandungan, ( Yogyakarta: Mitra Pustaka Utama,2004 ), hal.129.
               [8] Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta Bulan Bintang,1970 ), hal.58

            [9] M. Abul Quasem, Etika Al-Ghozali, Etika Majemuk di Dalam Islam. ( Bandung: Pustaka,1988 ), hal. 94
               [10] Nazaruddin Razak, Dienul Islam, ( Bandung: Al-Ma’arif, 1973 ), hAl. 45