Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas
A. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Kreativitas
Kreativitas adalah suatu kondisi, sikap atau keadaan yang
sangat khusus sifatnya dan hampir tidak mungkin dirumuskan secara tuntas.
Kreativitas dapat didefinisikan dalam beranekaragam pernyataan tergantung siapa
dan bagaimana menyorotinya. Istilah kreativitas dalam kehidupan sehari-hari
selalu dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang
baru, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh
kebanyakan orang, ide-ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kreativitas menurut
Kurniawati Euis adalah[1]:
1. Faktor internal individu.
Setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari
dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan
mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi
primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru
dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya
Faktor internal, yaitu faktor yang berasal
dari dalam individu yang dapat mempengaruhi kreativitas, diantaranya:
a.
Keterbukaan terhadap pengalaman dan rangsangan dari luar atau dalam
individu. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala
sumber informasi dari pengalaman hidupnya sendiri dengan menerima apa adanya,
tanpa ada usaha defense, tanpa kekakuan terhadap pengalaman-pengalaman
tersebut. Dengan demikian individu kreatif adalah individu yang mampu menerima
perbedaan.
b.
Evaluasi internal, yaitu kemampuan individu dalam menilai produk yang
dihasilkan ciptaan seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan karena
kritik dan pujian dari orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup
dari kemungkinan masukan dan kritikan dari orang lain.
c.
Kemampuan untuk bermaian dan mengadakan eksplorasi terhadap unsur-unsur,
bentuk-bentuk, konsep atau membentuk kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada
sebelumnya.[2]
2. Faktor eksternal (Lingkungan).
Faktor eksternal (lingkungan) yang dapat
mempengaruhi kreativitas individu adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung
keamanan dan kebebasan psikologis. Peran kondisi lingkungan mencakup lingkungan
dalam arti kata luas yaitu masyarakat dan kebudayaan.
Kebudayaan dapat mengembangkan kreativitas
jika kebudayaan itu memberi kesempatan adil bagi pengembangan kreativitas
potensial yang dimiliki anggota masyarakat. “Adanya kebudayaan creativogenic,
yaitu kebudayaan yang memupuk dan mengembangkan kreativitas dalam masyarakat”[3],
antara lain: tersedianya sarana kebudayaan, misal ada peralatan, bahan dan
media, adanya keterbukaan terhadap rangsangan kebudayaan bagi semua lapisan
masyarakat, menekankan pada becoming
dan tidak hanya being, artinya tidak menekankan pada kepentingan untuk masa
sekarang melainkan berorientasi pada masa mendatang, memberi kebebasan terhadap
semua warga negara tanpa diskriminasi, terutama jenis kelamin,adanya kebebasan
setelah pengalamn tekanan dan tindakan keras, artinya setelah kemerdekaan
diperoleh dan kebebasan dapat dinikmati, keterbukaan terhadap rangsangan
kebudayaan yang berbeda, adanya toleransi terhadap pandangan yang
berbeda,adanya interaksi antara individu yang berhasil, dan adanya insentif dan penghargaan bagi hasil
karya kreatif.
Sedangkan lingkungan dalam arti sempit yaitu
keluarga dan lembaga pendidikan. Di dalam lingkungan keluarga orang tua adalah
pemegang otoritas, sehingga peranannya sangat menentukan pembentukan krativitas
anak. Lingkungan pendidikan cukup besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir
anak didik untuk menghasilkan produk kreativitas, yaitu berasal dari pendidik.
Selain itu Utami Munandar, mengatakan ada enam
faktor yang menyebabkan munculnya variasi kreativitas yang dimiliki individu,
yaitu:
a.
Jenis kelamin. Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar dari
anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian
besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan
anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh
teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan
guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.
b.
Status sosioekonomi. Anak dari kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi
cenderung lebih kreatif dari anak kelompok yang lebih rendah. Lingkungan anak
kelompok sosioekonomi yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk
memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.
c.
Urutan kelahiran. Anak dari berbgai urutan kelahiran menunjukkan tingkat
kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada lingkungan
daripada bawaan. Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal mungkin
memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang
lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua,
tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada
pencipta.
d.
Ukuran keluarga. Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama
cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar
cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosiekonomi kurang menguntungkan
mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.
e.
Lingkungan. Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif dari anak
lingkungan pedesaan.
f.
Intelegensi. Setiap anak yang lebih pandai menunjukkan kreativitas yang
lebih besar daripada anak yang kurang pandai. Mereka mempunyai lebih banyak
gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak
penyelesaian bagi konflik tersebut.[4]
Satu hal yang perlu disadari ialah bahwa dengan
terpenuhinya enam factor creativogenic tersebut dimuka, belum merupakan jaminan
bahwa kreativitas akan muncul. Faktor-faktor tersebut hanya merupakan faktor
penunjang atau ketidakhadirannya merupakan faktor penghambat. Akan tetapi
akhirnya yang paling menentukan adalah unsure-unsur intrapsikis dari diri
pribadi individu itu sendiri. Karena itu mungkin saja timbul tokoh yang
kreatif, walaupun lingkungannya tidak kondusif untuk perkembangan kreativitas.
[1]
Kurniawati Euis Rahmawati Yeni, Strategi Pengembangan Kreativitas
Anak, (Jakarta: 2011), hal. 13-14.
[2]
Geoffrey Petty, How to be better of Creativity. Diterjemahkan oleh Hari Wahyudi
dalam buku Memaksimalkan Potensi Kreatif , (Jakarta: Gramedia, t.t), hal. 67.