Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Anak Berbakat dalam Perspektif Pendidikan Islam
A.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Anak Berbakat dalam
Perspektif Pendidikan Islam
Bakat berkembang sebagai hasil
interaksi dari faktor yang bersumber dari dalam individu dan dari
lingkungannya. Apabila kedua faktor tersebut bersifat saling mendukung maka
bakat yang akan dapat berkembang secara optimal. Faktor endogen adalah “Faktor
pembawaan atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga
kelahiran.”[26] Jadi faktor
endogen merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Oleh karena itu pada
individu tersebut terjadi dari bertemuanya ovum dari ibunya dan sperma
dari ayahnya, maka tidak heran bila faktor yang terbawa oleh seseorang individu
sama dengan yang dialami oleh orang tuanya.
Genitas manusia telah ada semenjak
manusia itu lahir, jahat, baik, dan buruk semua telah ada, tinggal bergantung
pada manusia itu sendiri, menumbuhkan baik atau yang jahat. Hal ini merupakan
faktor pembawaan (endogen). Abu
Ahmadi dalam bukunya Psikologi Umum juga
mengatakan hal yang senada, beliau mengatakan bahwa “endogen adalah faktor atau sifat yang dibawa oleh individu sejak
dalam kandungan hingga kelahirannya.”[27]. Maka tidaklah
mengherankan kalau faktor endogen yang
dibawa oleh individu itu mempunyai
sifat-sifat seperti orang tuanya. Seperti pepatah indonesia “air di
cucuran akhirnya jatuh ke pelimbahan juga.” Ini berarti bahwa keadaan atau
sifat-sifat dari anak itu tidak meninggalkan sifat-sifat dari orang tuanya.
Demikian pula gen ini merupakan satuan
kimia yang diwariskan dalam kromosum yang dengan interaksi lingkungan
mempengaruhi atau menetukan suatu individu. Demikian juga perpaduan antara
bakat yang dibawa dari kelahiran serta pendidikan yang tepat merupakan cara
yang paling tepat dalam proses pembentukan anak dalam masyarakat.
Anak yang baru lahir selalu menuntut
penyempurnaan dirinya, bahkan sejak ia dalam kandungan. Anak dalam kandungan
melalui ibunya mengalami proses pematangan diri, baik fisik mental dan
emosional. Hubungan batin antara ibu dan anak dalam kandungan terjalin sangat
erat sekali. Kegoncangan emosional dan keterbatasan yang dilakukan ibu
mempengaruhi perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan dalam arti
kuantitatif maupun kualitatif dengan perantaraan ibu, anak dalam kandungan memenuhi
tuntutan kejiwaannya untuk mencapai perkembangan tersebut.
Begitu besarnya pengaruh ibu terhadap
anak, sehingga pendidikan anak dapat dilakukan selama dalam kandungan. Menurut
Syaiful Bahri Djamarah mengatakan “bahwa anak harus diberikan pendidikan sedini
mungkin bahkan sejak kedua orang tuanya memasuki jenjang perkawinan, harus
sudah mengklasifikasikan bagaimana anak yang akan mereka lahirkan nanti.”[28]
Ketika suami isteri bergaul sudah
diawali dengan do’a agar dengan do’a itu setan tidak ikut campur (menurut
ajaran Islam) karena dalam tetes air suci (ovum) yang tersimpan dalam
rahim isteri bukan terdiri dari bahan-bahan jasmaniah semata, tetapi juga
mengandung benih watak dan tabiat calon anak. makanan ibu yang mengandung akan
menjadi vitamin anak kelak. Demikian juga kelakuan ibu dan bapak akan menjadi
vitamin jiwa calon anak.
Anak yang dilahirkan ke dunia ini
sebagai individu yang memiliki ciri dan bakat tertentu yang bersifat laten.
Ciri-ciri dan bakat inilah yang akan membedakan dengan anak lainnya dalam
lingkungan sosial. Lingkungan sosial di sini adalah lingkungan sosial
masyarakat dalam arti yang luas. Faktor pembawaan yang berhubungan dengan
keadaan jasmani pada umumnya tidak dapat diubah. Bagaimana besar keinginan
orang untuk mempunyai warna kulit yang putih bersih, hal ini tidak mungkin
kalau karena faktor keturunan kulitnya berwarna coklat, demikian pula halnya
dengan lainnya.
Di
samping itu individu juga mempunyai sifat-sifat pembawaan psikologik yang erat
hubungannya dengan keadaan jasmani yaitu temperamen. “Temperamen merupakan
sifat-sifat seseorang yang erat hubungannya dengan struktur kejasmanian
seseorang, yaitu yang berhubungan dengan fungsi-fungsi seperti darah, kelenjar,
dan cairan-cairan lain yang terdapat dalam diri manusia”.[29]
Temperamen
berbeda dengan karakter atau watak, yang kadang-kadang kedua pengertian itu
dipersamakan satu dengan yang lain. Karakter atau watak yaitu merupakan
keseluruhan dari sifat seseorang yang nampak dalam perbuatannya sehari-hari,
sebagai hasil pembawaan maupun lingkungan. Temperamen pada umumnya bersifat
tidak konstan, dapat berubah-ubah sesuai dengan pengaruh lingkungan,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu Ahmadi adalah “pada individu ada bagian
yang dapat berubah dan ada yang tidak dapat diubah. Yang tidak dapat berubah
inilah yang lebih bersifat konstan yaitu yang berhubungan dengan temperamen.
Agar potensi anak menjadi aktualisasi
dibutuhkan kesempatan untuk dapat mengaktualisasi moral dan karakter anak,
karena kemungkinan ada bakat yang tidak dapat berkembang atau tidak dapat
beraktualisasi karena kesempatan tidak atau kurang memungkinkan. “Mengaktualisasi
moral dan karakter anak diperlukan lingkungan yang baik, dan mendukung,
disinilah letak peranan lingkungan dalam perkembangan tingkah laku anak. Karena
itu langkah yang baik ialah memberi kesempatan untuk mengembangkan pendidikan
tingkah laku anak”.[30]
Faktor eksogen merupakan faktor yang datang
dari luar diri individu, merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitarnya,
pendidikan dan sebagainya, yang sering disebut dengan “milie.” Pengaruh pendidikan dan pengaruh lingkungan bersifat pasif,
dalam arti bahwa lingkungan tidak memberikan suatu paksaan kepada individu.
Lingkungan memberikan kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan kepada individu.
Bagaimana individu mengambil manfaat dari kesempatan yang diberikan oleh
lingkungan tergantung kepada individu yang bersangkutan. Tidak demikian halnya
dengan pendidikan, pendidikan dijalankan dengan penuh kesadaran dan dengan
secara sistematik untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada individu
sesuai dengan cita-cita atau tujuan pendidikan. Dengan demikian pendidikan itu
bersifat aktif, penuh tangung jawab dan ingin mengarahkan perkembangan individu
ke suatu tujuan tertentu. Sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa,
namun tidak dapat diingkari peranan lingkungan cukup besar pengaruhnya dalam
perkembangan tingkah laku anak.
Hubungan individu dengan lingkungan
ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang
mempunyai pengaruh terhadap individu. “Hubungan antara individu dengan
lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal balik, yaitu lingkungan
dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya juga dapat mempengaruhi
lingkungan”.[31]
Setiap manusia sebagai pribadi tentu berkomunikasi dengan manusia lainya. Dalam
proses antar individu itu manusia akan terbawa oleh sikap spontan karena
latihan atau pembawaan. Disinilah Islam kemudian memberikan ajaran tegas
bagaimana seseorang itu bergaul dengan sesamanya, apakah pada tingkatan emosi
ataupun dalam bentuk berperilaku nyata.
Pada
dasarnya setiap orang diajarkan oleh Allah Swt untuk menolong sesamanya yang
memerlukan pertolongan. Islam mengajarkan
manusia agar membantu sesama makhluk, bahkan hewan sekalipun bila menderita
perlu ditolong. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan
sehingga akhirnya menjadi tingkah laku atau kepribadian setiap pribadi manusia.
Sifat egois yang mementingkan diri sendiri dan acuh terhadap lingkungan
sekitarnya bukan tuntunan Islam.
Sesungguhnya situasi interaksi edukatif
tidak bisa terlepas dari pengaruh latar belakang kehidupan anak. Untuk itulah
pembawaan (genetik) dan lingkungan anak perlu dibicarakan untuk
mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi anak sebelum
masuk lembaga pendidikan formal.
Pendidikan
merupakan bagian dari kehidupan manusia. karena itu mutlak diperlukan. Anak
yang baru lahirpun memerlukan pendidikan, bahkan sejak ia dalam kandungan ibu.
Pada umumnya sikap dan kepribadian anak ditentukan oleh pendidikan, pengalaman
dan latihan-latihan, yang dilalui sejak masa kecil. Pendidikan merupakan
kebutuhan hidup dan tuntutan kejiwaan.
Perkembangan
dan kematangan jiwa seseorang anak dipengaruhi oleh faktor pembawaan
lingkungan. Lingkungan dapat dijadikan tempat kematangan jiwa seseorang. Bakat
berkembang sebagai hasil inreaksi dari faktor yang bersumber dari dalam
individu dan dari lingkungannya. Apabila kedua faktor tersebut bersifat saling
mendukung maka bakat yang ada akan dapat berkembang secara optimal. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi anak berbakat adalah:
1. Kemampuan
individu yang dibawa sejak lahir.
Faktor bawaan akan sangat menentukan
sekali pembentukan dan perkembangan bakat seseorang. Pembawaan merupakan faktor
pembentuk kemampuan manusia yang pasti. Hal ini berarti bahwa kemampuan yang
dimiliki seseorang ditentukan oleh faktor bawaan dan kemampuan tersebut hanya
akan dapat berkembang samapai batas-batas tertentu. “Lingkungan tidak akan merubah
membentuk manusia melebihi batas kemampuan yang dimiliki manusia. Kemampuan ini
diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya melebihi sel-sel khusus”.[32]
2. Minat individu
yang bersangkutan
Suatu bakat tertentu tidak akan
berkembang dengan baik apabila tidak disertai minat yang cukup tinggi terhadap
bidang atau hal yang sesuai dengan bakat tersebut. Misalnya sesorang yang
memilki bakat yang cukup tinggi terhadap bidang atau hal yang sesuai dengan
bakat tersebut. Misalnya seseorang yang memilki bakat cukup tinggi sebagai ahli
mesin, apabila ini tidak atau kurang
berminat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mesin, maka bakatnya tersebut
tidak akan dapat berkembang secara baik.
3. Motivasi yang
dimilki Individu
Suatu bakat akan menjadi kurang
berkembang atau tidak akan menonjol bila kurang disertai oleh adanya motivasi
yang cukup tinggi untuk mengaktualisasikannya, karena motivasi berhubungan erat
dengan daya juang seseorang untuk mencapai suatu tujuan.
4. Kepribadian
Individu
“Faktor kepribadian ini juga sangat
memegang peranan bagi perkembangan bakat seseorang, misal konsep diri, rasa
percaya diri, keuletan atau keteguhan dalam berusaha, kesediaan untuk menerima
kritik dan saran demi untuk meraih sukses yang tinggi”.[33]
5. Maturity (kematangan)
Bakat tertentu akan berkembang dengan
baik apabila sudah mendekati atau menginjak masa pekanya. “Suatu hal yang sulit
bagi kita adalah dalam menentukan kapankah saatnya (pada usia berapakah) suatu
kemampuan atau bakat tertentu sudah matang untuk dikembangkan atau dilatih,
karena untuk masing-masing kemampuan dan untuk setiap orang kematangannya belum
tentu atau tidak selalu sama”.[34]
Sebagaimana sudah diuraikan sebelumnya
bahwa lingkungan juga memegang peranan yang sangat menentukan berkembangnya
suatu bakat. Oleh karena itu, lingkungan dapat berfungsi sebagai perangsang
untuk berkembangnya bakat, tetapi dapat juga sebaliknya lingkungan justru
menjadi fakor penghambat bagi aktualisasi dan perkembangan bakat yang dimilki
seseorang. Lingkungan dalam hal ini dapat dipilih menjadi:[35]
a.
Lingkungan dalam keluarga
b.
Lingkungan disekitar tempat tinggal
c.
Lingkungan pendidikan: baik yang
bersifat formal, informal, pelatihan, kursus dan sebagainya.
d.
Lingkungan pekerjaan.
[26] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 56.
[31] Ibid., hal. 262.
[34] Abdul Rahman Shaleh, Psikologi …, hal.
298.