A.
Guru Untuk Anak Yang Berbakat
Sebelum
penulis menjelaskan tentang persyaratan guru untuk anak berbakat, ada baiknya
penulis menjelaskan terlebih dahulu pengertian guru itu sendiri. guru ialah
eseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.[26]
Selanjutnya,
kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru tidak hanya berorientasi pada
kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta saja tetapi kecakapan yang
berdimensi ranah rasa dan karsa. Sebab dalam pandangan psikologi (ilmu jiwa)
pendidikan, mangajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang
(guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah seluruh
dimensi perilakunya. Perilaku ini meliputi tingkah laku yang bersifat terbuka
seperti ketrampilan membaca (ranah karsa), juga yang bersifat tertutup seperti
berfikir (ranah karsa) dan berperasaan ( ranah rasa).[27]
Jadi, guru
sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap
usaha yang dilakukan oleh siswa sekolah menengah dalam proses belajar mengajar.
Disini, posisi seorang guru memegang peranan yang sangat penting dalam
melakukan berbagai aktivitas dan usaha-usaha untuk menyukseskan proses
pembelajaran di sekolah. Guru tidak hanya dipandang sebagai seorang yang
menuangkan ilmu kedalam otak siswa, tetapi juga melatih ketrampilan (ranah
karsa) dan menanamkan sikap serta nilai (ranah karsa) kepada mereka.[28]
Setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik
(ciri khas) kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis
dalam kinerjanya. Hal lain yang juga perlu dimiliki oleh para guru adalah
kompetensi dan profesionalisme keguruan. Karena tanpa hal tersebut,
keberhasilan yang diharapkan oleh seorang pendidik tidak dapat akan tercapai
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Keberhasilan Guru dalam menuangkan ilmu kepada siswa juga
sangat tergantung pada rasa tanggung jawab yang ia miliki dalam membimbing dan
memotivasi siswa-siswanya kearah yang lebih maju. Oleh karena
itu, guru yang memiliki konsep diri yang tinggi umumnya memiliki harga diri
yang tinggi pula. Guru mempunyai keberanian mengajak dan memotivasi (mendorong)
para siswa agar lebih maju. Fenomena keberanian mengajak dan memotivasi
(mendorong) para siswa agar lebih maju didasari oleh keyakinan guru terhadap
kualitas prestasi akademik yang guru miliki.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
kinerjanya, antara lain[29]:
- Seberapa
besar kontribusi pekerjaan guru bagi
pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.melakukan pekerjaan dengan baik.
- Bagaimana guru dan kepala
sekolah bekerja sama untuk mempertahankan, memperbaiki, maupun
mengembangkan kinerja guru yang sudah ada sekarang.
- Bagaimana
prestasi kerja akan diukur.
- Mengenali
berbagai hambatan kinerja dan berupaya menyingkirkannya.
Selanjutnya, Robert Bacal mengemukakan pula bahwa dalam manajemen kinerja
guru diantaranya meliputi perencanaan kinerja,
komunikasi kinerja yang berkesinambungan dan evaluasi
kinerja.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa
hakikat kinerja guru merupakan satu hal yang sangat penting, guru dituntut
untuk seprofesional mungkin, mempunyai konsep yang jelas dalam mengajar siswa
di sekolah, dan mempunyai rasa tanggung jawab dalam memotivasi dan menyukseskan
proses belajar mengajar siswa di sekolah.
Ada beberapa strategi yang bisa
digunakan oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa berbakat, sebagai
berikut:[30]
1. Menjelaskan tujuan belajar kepeserta didik. Pada
permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan
mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar
pula motivasi dalam belajar.
2.
Hadiah berikan hadiah untuk siswa
yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih
giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk
bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3.
Saingan/kompetisi guru berusaha
mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.
Pujian Sudah sepantasnya siswa yang
berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang
bersifat membangun.
5.
Hukuman
diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar.
Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi belajarnya.
6.
Membangkitkan
dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7.
Membentuk
kebiasaan belajar yang baik
8.
Membantu kesulitan belajar anak
didik secara individual maupun kelompok
9.
Menggunakan
metode yang bervariasi
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran
Pada
dasarnya, kinerja guru dalam proses belajar mengajar di sekolah menengah sangat
penting terutama sebagai “director of learning” (direktur belajar).
Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan
belajar siswa agar mencapai keberhasilan
belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
sasaran kegiatan proses belajar mengajar. Dengan demikian, semakin jelaslah
bahwa peranan guru dalam dunia pendidikan modern seperti sekarang ini semakin
meningkat.
Perluasan
tugas dan tanggung jawab guru tersebut membawa konsekuensi timbulnya
fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral (menyatu) dalam kompetensi
profesionalisme keguruan yang disandang oleh para guru. Menurut Muhibbin
Syah,
setiap guru berfungsi sebagai[31]:
1. Designer
of intruction (perancang
pengajaran).
2. Manager
of intruction (pengelola
pengajaran).
3. Evalutor
of student learning (penilai prestasi belajar siswa).
a. Guru
sebagai designer of intruction
Guru
sebagai designer of intruction (perancang program). Fungsi ini
menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar
mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna. Untuk meralisasikan fungsi
tersebut, maka setiap guru memerlukan pengetahuan yang memadai mengenai
prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam menyusun rancangan kegiatan belajar
mengajar. Rancangan tersebut sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut:
1.
Memilih dan
menentukan bahan pelajaran
2.
Merumuskan
tujuan penyajian bahan pelajaran
3.
Memilih metode
penyajian bahan pelajaran yang tepat
4.
Menyelenggarakan
kegiatan evaluasi prestasi belajar
b. Guru
sebagai manager of intruction (pengelola pengajaran)
Guru
sebagai manager of intruction, artinya sebagai pengelola pengajaran.
Fungsi ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola seluruh tahapan proses
belajar mengajar. Diantara kegiatan-kegiatan pengelolaan proses belajar
mengajar yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya,
sehingga siswa memungkinkan para siswa belajar secara berdaya guna dan berhasil
guna. Selain itu, kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa
agar proses komunikasi baik dua arah maupun multiarah antara guru dan dan siswa
dalam proses belajar mengajar dapat berjalan secara demokrati. Baik guru
sebagai pengajar maupun siswa sebagai pelajar dapat memainkan peranan
masing-masing secara integral dalam konteks komunikasi intruksional yang
kondusif (yang membuahkan hasil).
c. Guru
sebagai evaluator of student learning
Guru
sebagai evaluator of student learning, yakni sebagai penilai hasil
pembelajaran siswa. Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti
perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam
setiap kurun waktu pembelajaran.
Pada
asasnya, kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti kegiatan belajar itu
sendiri, yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi,
idealnya berlangsung sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar selanjutnya. Artinya,
apabila hasil evaluasi tertentu menunjukkan kekurangan, maka siswa yang
bersangkutan diharapkan merasa terdorong dan termotivasi untuk melakukan
kegiatan pembelajaran perbaikan (relearning). Sebaliknya, bila evaluasi
tertentu menunjukkan hasil yang memuaskan, maka siswa yang bersangkutan
diharapkan termotivasi untuk meningkatkan volume dan motivasi kegiatan
belajarnya agar materi pelajaran lain yang lebih kompleks dapa pula dikuasai.
Selanjutnya,
informasi dan data kemajuan akademik yang diperoleh guru dari kegiatan evaluasi
seyogyanya dijadikan feet back (umpan balik) untuk melakukan
penindaklanjutan proses belajar-mengajar. Hasil kegiatan evaluasi seyogyanya
dijadikan pangkal tolak dan bahan pertimbangan dalam memperbaiki atau
meningkatkan penyelenggaraan proses belajar mengajar pada masa yang akan
datang. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar tidak akan statis, tetapi
terus meningkat hingga mencapai tingkat kinerja guru sebaik-baiknya.
Dalam
kinerja guru juga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam membentuk
kemampuan berpikir siswa dan keterlibatan mereka dalam proses belajar mengajar
di sekolah. “Guru
dituntut mampu menguasai materi yang akan diajarkan di dalam kelas dan mampu
mengatur kelas. Di sini guru harus kreatif dalam memberikan materi. Mereka
harus menciptakan suasana yang menarik di dalam kelas sehingga siswa merasa
nyaman dan mereka dengan mudah memahami setiap materi yang disampaikan oleh
guru”[32]
Siswa yang terlibat dalam proses belajar mengajar tanpa
merasa terbebani dengan materi yang diberikan guru. Seorang guru yang ramah dan
sabar ketika memberikan materi di dalam kelas akan membuat siswa senang, nyaman
dan memotivasi minat belajar mereka untuk belajar.
Ketika seorang siswa melakukan
kesalahan dalam menjawab pertanyaan guru, guru hendaknya tidak memberikan
ejekan, hukuman atau memarahinya. Hal ini dapat membuat siswa membenci atau
malas bahkan takut dengan guru atau materi yang dibawakannya yang pada akhirnya
tidak akan terjadi peningkatan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar
di kelas. Sebaiknya guru kadang-kadang memberikan pujian atau hadiah kepada
siswa yang aktif di kelas. Mereka akan berlomba-lomba untuk terlibat dalam
proses pembelajaran dan peningkatan keterlibatan siswa akan berhasil. Guru
harus memperhatikan apakah semua siswa
sudah paham atau belum pada materi yang dibawakannya.
Dalam proses pembelajaran, menuntut kemampuan guru dan
tenaga kependidikan lainnya untuk senantiasa kaya akan inisiatif, kreatif, dan
berkolaborasi agar mampu menantang para siswa belajar lebih optimal. Perbuatan
yang optimal akan terjadi apabila guru mampu memfasilitasi berbagai sumber
belajar yang dapat digunakan siswa. “Fasilitas yang dilakukan guru tidak
hanya akan meningkatkan optimalisasi perbuatan belajar siswa, tetapi juga akan
membantu meningkatkan minat siswa dalam belajar. Untuk itu diperlukan berbagai
pengembangan sumber belajar agar secara sinergi mampu mengoptimalkan proses
belajar siswa sekaligus meningkatkan minatnya untuk belajar”.[33]
Upaya guru dalam meningkatkan bakat
siswa, juga harus memperhatikan tingkat kematangan siswa dalam belajar. Dimana
siswa tersebut bisa dikatakan sebagai masa remaja yang merupakan masa peralihan
dari masa anak ke masa dewasa. Pada periode ini anak mencapai kematangan fisik
dan diharapkan pula disertai dengan kematangan emosi dan
perkembangan sosialnya. Masa ini berlangsung dari usia sekitar 12/13 tahun
sampai 18-20 tahun yaitu usia sekolah menengah. Karena masa peralihan maka
remaja pada umumnya masih ragu-ragu akan perannya dan menimbulkan krisis
identitas. Remaja sedang mencari siapakah saya, apa peran saya. “Dalam usaha
menemukan jati diri yakni mengetahui mengenai kebutuhan-kebutuhan pribadi serta
tujuan yang ingin dicapai dalam hidupnya, maka pengembangan minat dan bakat
remaja menjadi isue yang penting. Dalam mengembangkan kompetensinya remaja
tetap membutuhkan bimbingan dari orang tua dan lingkungan rumah maupun sekolah”.[34]
Setiap anak memiliki kelebihan dan
talenta yang sebagian sudah bisa tampak atau ditengarai pada usia dini. Namun
tidak jarang pula masih ada kemampuan dan bakat lain yang baru muncul di usia
remaja atau bahkan pada periode perkembangan lebih lanjut. Usia remaja
merupakan periode perkembangan dengan keinginan tahu yang tinggi, khususnya
untuk berbagai area yang berkaitan dengan kehidupan remaja. Hal-hal apa dan
dengan siapa remaja bergaul, aktivitas yang ada dalam lingkup kesibukannya
sehari-hari bisa menjadi awal untuk menelusuri dan mengembangkan berbagai minat
yang mungkin pada usia lebih muda belum nampak atau belum menjadi fokus
perhatiannya. Rasa ingin tahu remaja seringkali diikuti dengan kebutuhan untuk
mencoba atau melakukannya. Oleh karenanya dengan bimbingan guru yang terarah,
masa remaja bisa menjadi masa yang menguntungkan untuk siswa mengembangkan bakat
dan kemampuan tertentu dalam meningkatkan minat belajar siswa.
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang mudah, seperti
yang dibayangkan sebagian orang. Seorang guru tidak cukup dengan bermodal
penguasaan materi untuk disampaikan kepada siswanya. Hal ini belumlah dapat
dikatagori sebagai guru yang memilih pekerjaan profesional. Guru yang
profesional, yaitu mereka harus memiliki berbagai
keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru,
dan lain sebagainya. Guru profesional selalu mengembangkan dirinya
terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya. Guru
profesional rajin membaca literatur-literatur yang dibutuhkan anak didiknya. Ia berupaya meningkatkan
kualitas dirinya dengan
tidak merasa rugi untuk membeli buku-buku yang berkaitan dengan
pengetahuan yang digelutinya.
[26] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 222.
[32] Emilya Tyas Wahyu Ningsih, Upaya-upaya Meningkatkan
Interaksi Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Inggris, (Jakarta: Rineka Cipta, t.t.), hal.
234-236.
[33] H. Ase S. Muchyidin, Pengembangan Sumber Belajar dan Upaya-upaya
Peningkatan Minat Belajar Siswa, (Bandung: Mizan Pustaka, t.t.), hal. 60.