BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Faktor
terpenting bagi seorang guru adalah etikanya. itulah yang akan menentukan
apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah
akan menjadi perusak aau penhacur bagi hari depan anak didik, terutama bagi
anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang
mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Perasaan dan emosi guru yang
mempunyai kepribadian terpadu tampak stabil, optimis dan menyenangkan. Dia
dapat memikat hati anak didiknya, karena setiap anak merasa diterima dan
disayangi oleh guru, betapapun sikap dan tingkah lakunya.
Tingkah
laku atau moral guru pada umumnya, merupakan penampilan lain dari
kepribadiannya. Bagi anak didik yang masih kecil, guru adalah contoh teladan
yang sangat penting dalam pertumbuhannya, guru adalah orang pertama sesudah
orang tua, yang mempengaruhi pembinaan kepribadian anak didik. Kalaulah tingkah
laku atau akhlak guru yang tidak baik, pada umumnya akhlak anak didik akan
rusak olehnya, karena anak mudah terpengaruh oleh orang yang dikaguminya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Etika Guru
Sebenarnya
kode etika pada suatu kerja adalah sifat-sifat atau ciri-ciri vokasional,
ilmiah dan aqidah yang harus dimiliki oleh seorang pengamal untuk sukses dalam
kerjanya. Lebih ketara lagi ciri-ciri ini jelas pada kerja keguruan. Dari segi
pandangan Islam, maka agar seorang muslim itu berhasil menjalankan tugas yang
dipikulkan kepadanya oleh Allah S.W.T pertama sekali dalam masyarakat Islam dan
seterusnya di dalam masyarakat antarabangsa maka haruslah guru itu memiliki
sifat-sifat yang berikut:
1.
Bahwa
tujuan, tingkah laku dan pemikirannya mendapat bimbingan Tuhan (Rabbani),
seperti disebutkan oleh surat Al-imran, ayat 79, “Tetapi jadilah kamu Rabbani
(mendapat bimbingan Tuhan)”.
2.
Bahwa
ia mempunyai persiapan ilmiah, vokasional dan budaya menerusi ilmu-ilmu
pengkhususannya seperti geografi, ilmu-ilmu keIslaman dan kebudayaan dunia
dalam bidang pengkhususannya.
3.
Bahwa
ia ikhlas dalam kerja-kerja kependidikan dan risalah Islamnya dengan tujuan
mencari keredhaan Allah S.W.T dan mencari kebenaran serta melaksanakannya.
4.
Memiliki
kebolehan untuk mendekatkan maklumat-maklumat kepada pemikiran murid-murid dan
ia bersabar untuk menghadapi masalah yang timbul.
5.
Bahwa
ia benar dalam hal yang didakwahkannya dan tanda kebenaran itu ialah tingkah
lakunya sendiri, supaya dapat mempengaruhi jiwa murid-muridnya dan
anggota-anggota masyarakat lainnya. Seperti makna sebuah hadith Nabi S.A.W,
“Iman itu bukanlah berharap dan berhias tetapi meyakinkan dengan hati dan
membuktikan dengan amal”.
6.
Bahwa
ia fleksibel dalam mempelbagaikan kaedah-kaedah pengajaran dengan menggunakan
kaedah yang sesuai bagi suasana tertentu. Ini memerlukan bahawa guru
dipersiapkan dari segi professional dan psikologikal yang baik.
7.
Bahwa
ia memiliki sahsiah yang kuat dan sanggup membimbing murid-murid ke arah yang
dikehendaki.
8.
Bahwa
ia sedar akan pengaruh-pengaruh dan trend-trend global yang dapat mempengaruhi
generasi dan segi aqidah dan pemikiran mereka.
9.
Bahawa
ia bersifat adil terhadap murid-muridnya, tidak pilih kasih, ia mengutamakan
yang benar.[1]
Ada
beberapa istilah yang harus diterangkan dahulu sebelum melanjutkan pembicaraan
kita mengenai etika, yaitu[2]:
1.
Etika
adalah aturan-aturan yang disepakati bersama oleh ahli-ahli yang mengamalkan
kerjanya seperti keguruan, pengobatan dan sebagainya.
2.
Nilai-nilai
adalah yang menyertai setiap kerjanya itu seperti memberi pengkhitmatan yang
sebaik-baiknya kepada pelanggan dan sebagainya.
3.
Pengamalan
semua kerjanya mementingkan amalan tetapi sebelum sampai kepada amalan,
nilai-nilai kerjanya itu harus di hayati (intemalized).
4.
Penghayatan
yaitu penghayatan nilai-nilai maka nilai-nilai seperti ke ikhlasan, kejujuran,
dedikasi dan lain-lain itu di hayati.
Faktor
terpenting bagi seorang guru adalah etikanya. Etika itulah yang akan menentukan
apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah
akan menjadi perusak aau penhacur bagi hari depan anak didik, terutama bagi
anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang
mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
Perasaan
dan emosi guru yang mempunyai etika terpadu tampak stabil, optimis dan
menyenangkan. Dia dapat memikat hati anak didiknya, karena setiap anak merasa diterima
dan disayangi oleh guru, betapapun sikap dan tingkah lakunya. Pada dasarnya
perubahan prilaku yang dapat ditunjukan oleh peserta didik harus dipengaruhi
oleh latar belakang pendidkan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru.
Atau dengan perkataan lain, guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
peserta didik.
Seorang
guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat ditunjukan oleh
peserta didik. Perubahan dalam cara mengajar guru dapat dilatihkan melalui
peningkatan kemampuan mengajar sehingga kebiasaan lama yang kurang efektif
dapat segera terdeteksi dan perlahan-lahan dihilangkan. Untuk itu, maka perlu
adanya perubahan kebiasaan dalam cara mengajar guru yang diharapkan akan
berpengaruh pada cara belajar siswa, diantaranya sebagai berikut:
1.
Memperkecil
kebiasaan cara mengajar guru baru (calon guru) yang cepat merasa puas dalam
mengajar apabila banyak mengaji informasi (ceranah) dan terlalu mendominasi
kegiatan belajar peserta didik.
2.
Guru
hendaknya berperan sebagi pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan dengan
menyajikan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta yang
mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang merangsang dan menantang
peserta untuk bepikir dan bekerja (melakukan).
3.
Mangubah
dari sekedar metode ceramah dengan berbagai variasi metode yang lebih relevan
dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar peserta yang
baru merasa belajar dan puas kalau banyak mengajarkan dan menerima informasi
(diceramahi) guru, atau baru belajar kalu ada guru.
4.
Guru
hendaknya mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar sehingga peserta didik
dapat belajar secara mandiri atah berkelompok, percaya diri, terbuka untuk
saling memberi dan menerima pendapat orang lain, serta membina kebiasaan
mencari dan mengolah sendiri informasi.
B.
Hadist Nabi Tentang Etika Guru Terhadap Murid
Nabi
Saw mengajarkan supaya memilih kata-kata yang santun ketika berbicara kepada
siapa pun, apalagi kepada murid-murid yang mendengarkan penyampaian ilmu dari
seorang guru. Tindakan yang demikian akan berakibat dilecehkannya seorang guru
oleh murid. Kata-kata yang indah dan menyentuh kalbu justru akan membekas lama
dalam hati murid, dan akan membimbingnya dengan efektif. Rasulullah Saw
bersabda:
حدثنا هناد حدثنا عبدة عن محمد بن عمر وحدثني ابي
عن جدي قال: سمعت بلال بن الحرث المزني صاحب رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: سمعت
رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: ان احدكم
ليتكلم بالكلمت من رضوان الله ما يظن ان تبلغ ما بلغت فيكتب الله له بها رضوانه الى
يوم يلقاه وان احدكم ليتكلم بالكلمت من سخط الله ما يظن ان تبلغ ما بلغت فيكتب الله عليه بها سخطه الى يوم
يلقاه
Artinya: Sesungguhnya di antara
kalian ada yang mengucapkan kata-kata (baik) yang diridhai Allah, dan tidak
tahu kadar derajat kemuliaan kata-kata itu. Maka dengan kata-kata tersebut,
Allah melimpahkan ridha-Nya kepada orang itu hingga hari perjumpaan nanti (Hari
Kiamat). Dan sesungguhnya di antara kalian ada yang mengucapkan kata-kata
(buruk) yang dimurkai Allah, dan dia tidak tahu kadar derajat kehinaan
kata-kata itu. Maka dengan kata-kata tersebut Allah menetapkan murka-Nya kepada
orang tersebut hingga hari perjumpaan nanti (Hari Kiamat)[3].
BAB
III
PENUTUP
Berdasarkan
pembahasan yang telah penulis bahas diatas, maka pada bab ini penulis dapat
mengambil kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut:
A.
Kesimpulan
1.
Faktor
terpenting bagi seorang guru adalah etikanya. Etika itulah yang akan menentukan
apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah
akan menjadi perusak aau penhacur bagi hari depan anak didik, terutama bagi
anak didik yang masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang sedang
mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah).
B.
Saran-saran
1.
Disarankan
kepada kaum muslimin agar dapat mempelajari pendidikan Islam untuk mendapatkan
ilmu tentang cara mendidik.
2.
Disarankan
kepada mahasiswa agar dapat memperdalam pengkajian ilmu agama, karena dengan
ilmu agama hidup akan jadi lebih mudah.
DAFTAR
PUSTAKA
Daradjat
ZakiaH, Kepribadian Guru, Jakarta: PT Bulan Bintang, 2005.
Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlakulkarimah (suatu
pengantar). Bandung: CV Diponegoro,1996.
Muhammad bin Isa Abu Isa at-Tirmizi as-Silmiy (selanjutnya disebut
at-Tirmizi), al-Jami’ as-Sahih Sunan at-Tirmizi, Beirut: Dar al-Ihya`
al-Turas al-‘Arabiy, tth.
0 Comments
Post a Comment