C. Keberadaan Pendidikan Agama
Selanjutnya dapat dikatakan bahwa pendidikan agama
berkisar antara dua dimensi hidup, yaitu penanaman rasa taqwa kepada Allah dan
pengembangan rasa kemanusiaan kepada sesama. Penanaman rasa taqwa kepada Allah
sebagai dimensi hidup dimulai dengan pelaksanaan kewajiban-kewajiban formal
agama yang berupa ibadah-ibadah. Sedangkan pelaksanaannya harus disertai dengan
penghayatan yang sedalam-dalamnya akan makna ibdah-ibadah tersebut, sehingga
ibadah-ibadah itu tidak dikerjakan semata-mata sebagai ritual belaka, melainkan
dengan keinsyafan mendalam akan fungsi edukatifnya bagi kita semua.
Rasa taqwa kepada Allah itu kemudian dapat dikembangkan
dengan menghayati keagungan dan kebesaran Allah lewat perhatian kepada alam
semesta beserta segala isinya, dan kepada lingkungan sekitar. Sebab menurut
al-Qur'an hanya mereka yang memahami alam sekitar dan menghayati hikmah dan
kebesaran yang terkandung di dalamnya sebagai ciptaan Ilahi yang dapat dengan
benar-benar merasakan kehadiran Allah sehingga bertaqwa kepada-Nya. Melalui
hasil perhatian, pengamatan, dan penelitian kita terhadap gejala alam dan
social kemanusiaan tidak hanya menghasilkan ilmu pengetahuan yang bersifat
kognitif belaka, juga tidak hanya yang bersifat aplikatif dan penggunaan
praktis semata (penggunaan teknologi), tetapi dapat membawa kita kepada
keinsyafan Ketuhanan yang mendalam, melalui penghayatan keagungan Tuhan
sebagaimana tercermin dalam seluruh ciptaannya.
D. Mendidik Anak dengan Ilmu Agama
Disamping pokok-pokok
pendidikan terhadap anak berupa menanamkan tauhid atau iman yang mantap,
berbuat baik pada orang tua dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap perbuatan
yang dilakukannya, Luqman, seorang ahli hikmah yang namanya diabadikan dalam
Al-Qur'an juga menanamkan hal-hal penting lainnya dalam pendidikan terhadap
anaknya sehingga sang anak menjadi anak yang shaleh. Allah memfirmankan nasihat
Luqman kepada anaknya yang tercantum dalam surat Lukman ayat 17 :
يا بنى أقم الصلاة وأمر بالمعروف وانه عن المنكر واصبر على
ما اصابك إن ذلك من عزم الأمور )لقمان:١٧(
Artinya:Hai anakku,
dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk
hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (Qs. Lukman:17).
Berdasarkan ayat diatas, sekurang-kurangnya, ada empat
pokok pendidikan yang harus ditanamkan kepada anak.
1. Membiasakan Shalat
Memerintahkan anak-anak untuk melakukan dan membiasakan
shalat merupakan sesuatu yang amat penting dalam kehidupan mereka, karenanya
hal itu juga ditekankan oleh Nabi kita Muhammad Saw, di dalam suatu hadits
beliau bersabda:
وعن
عمروبن شعيب عن جده رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلي ا لله عليه وسلم:
مروأأولادكم بالصلا ة وهم ابنا ء سبع سنتين واضربوهم عليها وهم
ابناءعشروفرقوابينهم في المضا جع حديث حسن،(رواه ابوداود)
Artinya: Dari Umar Bin Syuaib Ra. Berkata, bersabda Rasulullah SAW: suruhlah anak-anakmu mengerjakan
shalat ketika mereka berumur tujuh tahun. Dan pukullah mereka jika tak mau
mengerjakannya ketika mereka telah berumur sepuluh tahun (HR. Abu Daud).
Penegasan akan keharusan mendirikan shalat oleh setiap
anak merupakan sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan orang tua terhadap
anaknya, hal ini karena shalat memiliki kedudukan yang sangat penting, yakni
sebagai tiang agama yang bila seorang muslim meninggalkannya, sebagaimana
bangunan tanpa tiang, maka bangunan itu akan hancur dan ini berarti bisa hancur
juga keislaman dirinya bahkan dia bisa jatuh ke derajat orang-orang kafir dalam
arti dia sudah seperti orang kafir karena orang kafir itu tidak shalat.
Pengaruh shalat itu sendiri dalam kehidupan seorang muslim juga sangat besar,
yakni dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar sebagaimana firman
Allah yang tercantum dalam surat
Al-ankabut ayat 45:
... واقم الصلاة إن الصلاة تنهى
عن الفحشاء ولمنكر ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون )
العنكبوت:٤٥(
Artinya:…….. dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan munkar (Qs. Al-ankabut :45).
Dalam kaitan membiasakan anak untuk melakukan shalat,
maka orang tua juga harus membiasakan anaknya untuk terbiasa juga melakukan
shalat berjamaah di masjid bagi anaknya yang laki-laki, hal ini tidak hanya
akan memperoleh pahala yang jauh lebih besar, tapi juga mengandung didikan
kemasyarakatan yang yang sangat tinggi, mulai dari interaksi, perkenalan hingga
nantinya merintis dan menjalin kerjasama dengan masyarakat muslim dalam hal-hal
yang baik.”16
Oleh karena itu orang tua zaman sekarang juga harus
menjadi seperti Luqman terhadap anaknya yang amat menekankan agar sang anak
melakukan shalat, apalagi banyak sekali hikmah shalat yang amat memberikan
pengaruh positif dalam kehidupan seorang muslim.
2. Melibatkan Anak Dalam Amar
Ma'ruf.
Kebaikan merupakan sesuatu yang pasti diketahui oleh
setiap orang, maka kebaikan itu disebut juga dengan ma'ruf yang artinya
dikenal, namun karena manusia kadangkala terpengaruh atau didominasi oleh hawa
nafsunya, meskipun dia tahu bahwa kebaikan atau yang ma'ruf itu harus dilakukan
tetap saja tidak dilakukannya, makanya di dalam Islam ada perintah untuk
melakukan apa yang disebut dengan amar ma'ruf (memerintahkan yang baik) kepada
orang lain.Kalau Luqman menegaskan keharusan ini kepada anaknya, itu artinya
ada pengaruh yang sangat positif dalam diri seseorang, paling tidak dengan
memerintahkan kebaikan pada orang lain, kita yang memerintah akan memiliki
beban mental akan keharusan kita melakukan kebaikan itu, apalagi bila kita
menganjurkan orang lain untuk melakukan kebaikan itu sementara kita sendiri
tidak melakukannya, maka Allah justeru akan memurkai kita, di dalam Al-Qur'an
Allah berfirman dalam Ash-shaaf ayat 2-3:
يا
ايها الذين امنوا لم تقولون ما لا تفعلون, كبر مقتا عند الله أن تقولوا ما لا
تفعلون )الصف:-٣ -٢ (
Artinya:Hai orang-orang
yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu kerjakan (Qs. Ash-shaaf:2-3).
Bila seorang anak dilibatkan dalam memerintahkan
kebaikan, kepada orang lain, paling tidak dia akan mencintai kebaikan itu untuk
kepentingan dirinya sendiri.
3. Melibatkan Anak Dalam Nahi
Munkar.
Sesuatu yang bathil atau tidak benar sebenarnya tiap
orang telah mengetahuinya, maka manusia pada dasarnya akan selalu mengingkari
segala bentuk yang tidak benar, ini sebabnya yang tidak benar atau yang bathil
itu disebut dengan munkar. Namun karena manusia seringkali dikuasai oleh hawa
nafsunya, sesuatu yang mestinya diingkari malah dilakukannya. Oleh karena itu
di dalam Islam ada perintah untuk melakukan nahi munkar (mencegah manusia dari
kemungkinan melakukan kemunkaran) dan seorang anak harus dilibatkan dalam
aktivitas nahi munkar itu, karena tugas adalah tugas setiap muslim yang sejak
kecil seorang anak sudah diikutsertakan di dalamnya.
Dengan melakukan tugas nahi munkar, paling tidak
seseorang membenci pada kemunkaran sehingga dia tidak akan melakukannya.Dalam
melaksanakan tugas nahi munkar, seorang muslim harus melakukannya sesuai dengan
kemampuan masing-masing meskipun hanya dengan hatinya yakni dengan do'a agar
seseorang tidak melakukan kemunkaran atau dengan menanamkan rasa benci terhadap
kemunkaran itu di dalam hatinya, mencegah kemunkaran dengan hati ini merupakan
ukuran bagi selemah-lemahnya iman, Rasulullah Saw bersabda:
عن
أبي سعيد الخدري – رضي الله عنه – قال : قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم
يقول - من رأى منكم منكرا فليغيره بيده ، فإن لم يستطع فبلسانه ، فإن لم يستطع
فبقلبه و ذلك أضعف الإيمان ) رواه
مسلم
(
Artinya:Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu
anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
bersabda : “Barang siapa di antaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia
merubahnya (mencegahnya) dengan tangannya (kekuasaannya) ; jika ia tak sanggup,
maka dengan lidahnya (menasihatinya) ; dan jika tak sanggup juga, maka dengan
hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju) , dan demikian itu adalah
selemah-lemah iman. (HR.Muslim).
Dengan amar ma'ruf dan nahi munkar, seorang muslim
berarti telah memenuhi kriteria sebagai umat terbaik sebagaimana yang
disebutkan Allah dalam Al-Qur'an surat
Ali-imran ayat 110:
كنتم
خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون باالله ولو أمن أهل
الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون وأكثروهم الفاسقون ) آل
عمران :١١٠(
Artinya: Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah (Qs. Ali-imran:110).
4. Menanamkan Kesabaran Atas
Kesulitan Hidup.
Menjadi muslim yang baik, apalagi kalau terlibat dalam
amar ma'ruf dan nahi munkar, tidak selalu bisa berjalan mulus dalam menjalani
kehidupan ini dalam arti sangat mungkin adanya hambatan dan kesulitan-kesulitan
hidup ini. Sejarah perjalanan umat manusia telah membuktikan kepada kita betapa
banyak orang-orang yang melaksanakan amar ma'ruf dan nahi munkar harus
menghadapi berbagai kesulitan dalam hidupnya, mulai dari kesulitan dalam
hubungan dengan manausia, kesulitan ekonomi sampai kepada nyawa yang terancam.
Oleh karena itu sangat tepat apa yang dinasihatkan
Luqman kepada anaknya agar sang anak sabar terhadap hal-hal yang menimpa
dirinya sebagai konsekuensi dari keimanan dan pembuktiannya, khususnya dalam
hal amar ma'ruf dan nahi munkar. Nasihat ini memang sangat penting agar seorang
anak tidak putus dalam kesulitan hidupnya lalu menghalalkan segala cara untuk
memperoleh sesuatu yang berarti telah meninggalkan prinsip yang
diperjuangkannya dalam amar ma'ruf dan nahi munkar itu sendiri. Manakala
seseorang memiliki kesabaran dalam hidupnya, maka Allah akan selalu bersama
dengannya, Allah berfirman dalam surat
Al-baqarah ayat 153:
يا أيها الذين أمنوا استعينوا بالصبر
والصلاة إن الله مع الصابرين ) البقرة:١٥٣(
Artinya: Hai
orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(Qs. Al-baqarah:153).
Disamping itu, sabar juga menjadi salah satu kunci
utama dalam mencapai keberhasilan dalam perjuangan menegakkan agama Allah
di muka bumi ini, Allah berfirman dalam surat
Ali – imran ayat 200:
يا أبها الذين أمنوا اصبروا وصابروا ورابطوا
واتقوا الله لعلكم تفلحون ) آل عمران:٢٠٠(
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah
kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan
negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung (Qs. Ali –
imran:200)
Dari sini semakin kita sadari bahwa mendidik anak agar
menjadi shaleh atau muslim yang sejati bukanlah sesuatu yang mudah, karena itu
diperlukan perhatian yang besar dari orang tua terhadap anak-anaknya dalam
proses pendidikan dan salah satu perhatian yang besar itu adalah dengan
memberikan nasihat-nasihat yang padat makna sebagaimana yang dilakukan Luqman
kepada anaknya, apalagi nasihat itu berangkat dari rasa kasih sayang yang
dalam.
16 Padhlan mudhafir, Krisis
Dalam Pendidikan Islam, Cet. I (, Jakarta Al-Mawardi Prima, 2000).hal.33
0 Comments
Post a Comment