Kendala Terhadap Penguasaan Doa Sehari-Hari
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Anak merupakan titipan Allah Swt yang
harus dijaga dan dididik agar ia menjadi manusia yang berguna dan memiliki
akhlak yang baik. Perkembangan agama
pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilalui
anak terutama pada usia 0-12 tahun. Seorang anak yang pada masa itu tidak
mendapat didikan agama dan tidak punya pengalaman keagamaan, maka ia nanti
setelah dewasa akan cenderung bersikap negatif terhadap agama. Doa merupakan
pendorong untuk mencapai harapan dan keinginan untuk hidup baik, teratur, dan
terhindar dari segala hambatan ataupun gangguan. Jika anak-anak mampu, mau, dan
pandai berdoa, insaallah kesehatan mental anak akan dapat dipertahankan.
Pendidikan Islam sangat memperhatikan
penataan individual dan sosial yang membawa penganutnya pada pemelukan dan
pengaplikasian islam secara komfrehensif. Agar penganutnya mampu memikul amanat
yang dikehendaki Allah Swt., pendidikan Islam harus kita maknai secara rinci.
Karena itu, keberadaan referensi atau sumber pendidikan Islam harus merupakan
sumber utama Islam itu sendiri, yaitu Alquran dan As-sunnah.[1]
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan nasional pasal 1 ayat 14 bahwa Pendidikan anak usia
dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.[2]
Pendidikan anak usia dini merupakan
salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik
halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa
dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang
dilalui oleh anak usia dini.
Pembelajaran merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang memadukan secara sistematis dan berkesinambungan suatu kegiatan. Kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah. Kegiatan
pembelajaran sebagai suatu proses harus berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran yang sesuai untuk anak usia dini di Raudhatul Athfal. Pembelajaran di Raudhatul Athfal
(RA) memiliki karakteristik khas. Kekhasan tersebut sesuai pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikologis peserta didi RA. Oleh sebab itu, pembelajaran di RA
hendaknya memperhatikan bidang pengembangan, prinsip-prinsip dan asas-asasnya.
Doa merupakan buah dari pengetahuan dan
keimanan beserta manhaj Alquran dan fikrahnya tentang alam semesta, perasaan
yang mendalam tentang penghambaan, kebutuhan kepada Allah Swt. serta jaminan
bagi jiwa agar terhindar dari kealpaan, kesesatan dan permusuhan. Karena
kealpaan dari hakikat penghambaan kepada Allah Swt. dan kebutuhannay kepada-Nya
merupakan jalan lempang yang menjurus kepada kesesatan dan permusuhan.[3]
Hal ini sebagaima di tegaskan oleh Allah dalam Alquran surat Al-‘alaq ayat 6-7
sebagai berikut:
ÙƒَÙ„َّا
Ø¥ِÙ†َّ الْØ¥ِنسَانَ Ù„َÙŠَØ·ْغَÙ‰,
Ø£َÙ† رَّآهُ اسْتَغْÙ†َÙ‰)
العلق: ٦-٧(
Artinya: Ketahuilah!
Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.(Qs.
Al-'Alaq: 6-7).
Do'a adalah suatu ajaran agama
yang sangat penting kedudukannya dan
sangat mahal nilainya. Dia adalah suatu pintu yang besar diantara pintu-pintu
ibadat yang lain, dalam memperhambakan
diri kepada Allah dan memperlihatkan ketundukan jiwa kepada-Nya. Do'a juga berfungsi sebagai alat komunikasi antara
manusia dengan Tuhannya. Manusia yang berdoa dan Allah yang mengabulkan do'a
manusia itu sendiri. Do'a juga dapat memberikan ketenangan bagi jiwa yang
sedang mengalami kesusahan atau kegelisahan.
Di dalam doa terkandung unsur peringatan terhadap diri tentang hakikat
kelemahannya, keterkaitan dan ketergantungannya dengan-Nya. Oleh karena itu kehidupan
Rasulullah Saw. senantiasa dipenuhi dengan doa. Beliau selalu memanjatkan doa dengan
setiap tindakan yang dilakukannya dan setiap gerakan yang digerakkannya pada
waktu siang dan malam.[4]
Mengajarkan doa pada anak-anak
merupakan salah satu cara untuk menanamkan keimanan pada anak khususnya iman
kepada Allah swt. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) dan
merupakan masa-masa berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam
fakta di lingkungannya sebagai stimulus terhadap perkembangan kepribadian,
psikomotor, kognitif, sosial, dan kehidupan beragama. Pendidikan doa pada anak
usia pra sekolah ini adalah salah satu cara untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional yang tertera dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yaitu menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Doa sehari-hari adalah doa yang
diajarkan di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Kabupaten Bireuen. Selain doanya
yang pendek-pendek anak pun mudah menghafalkannya. Mengajarkan anak usia dini
untuk menghafal doa tidaklah mudah. Untuk itu dibutuhkan stimulasi yang tepat
dalam proses pembelajaran anak usia dini Raudhatul Athfal Nurul
Hilal Kota Juang Kabupaten Bireuen.
Penulis tertarik untuk meneliti kegiatan
pendidikan RA tersebut di atas dengan judul “Kendala
Terhadap Penguasaan Doa Sehari-Hari Di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kabupaten
Bireuen.”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.
Bagaimana gambaran umum Raudhatul
Athfal Nurul Hilal Kota Juang Kabupaten Bireuen?
2.
Apa sajakah usaha-usaha guru terhadap penguasaan doa
sehari-hari bagi santri di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kabupaten Bireuen?
3.
Apa sajakah kendala yang
dihadapi santri terhadap penguasaan doa sehari-hari di Raudhatul Athfal Nurul
Hilal Kabupaten Bireuen?
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian dalam
penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui gambaran umum Raudhatul
Athfal Nurul Hilal Kota Juang Kabupaten Bireuen.
2.
Untuk mengetahui usaha-usaha guru terhadap penguasaan doa
sehari-hari bagi santri di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kabupaten Bireuen.
3.
Untuk mengetahui Kendala yang dihadapi santri terhadap
penguasaan doa sehari-hari di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kabupaten Bireuen.
D. Kegunaan
Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memperluas wawasan dan perspektif kajian ilmu pendidikan dalam memahami Kendala
Terhadap Penguasaan Doa Sehari-Hari di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kabupaten
Bireuen. Kegunaan praktis dari penelitian ini antara lain:
a)
Memperoleh berbagai informasi tentang kendala
yang dihadapi santri terhadap penguasaan doa sehari-hari di Raudhatul Athfal
Nurul Hilal Kabupaten Bireuen.
b)
Bagi pihak Raudhatul Athfal Nurul Hilal
Kabupaten Bireuen memberikan informasi baru dan memberikan masukan untuk
memahami dan mengerti kendala yang dihadapi santri terhadap penguasaan doa
sehari-hari.
c)
Sebagai bahan masukan bagi sekolah
dalam rangka penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan pembelajaran di
sekolah agar prestasi belajar siswa lebih meningkat.
E. Penelitian
Terdahulu
Pembahasan tentang
problematikan pendidikan RA pernah ditulis oleh Nama: Adrami Nim: A. 284316/3266
(Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2011
dengan judul skripsi Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Anak usia Dini Dalam
Mengatasi Problematika Remaja. Sedangkan metode yang digunakan dalam
penelitiannya adalah library research atau kepustakaan. Denga
kesimpulannya sebagai berikut:
1.
Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan Agama Islam ini sangat erat
kaitannya dengan sistem hidup Islam. Sebagai bagian yang menyatu (integral)
dari sistem kehidupan Islam, pendidikan memperoleh masukan dari supra sistem,
yakni keluarga dan masyarakat atau lingkungan, dan memberikan hasil/keluaran
bagi suprasistem tersebut.
2.
Fungsi pendidikan Islam dalam membina keluarga merupakan suatu proses untuk
membimbing anak untuk menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan secara optimal agar mampu
mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
3.
Pendidikan anak dimulai dari pendidikan orang tua di rumah dan orang tua
yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap masa depan anak-anak mereka,
Lembaga pendidikan prasekolah hanya merupakan lembaga yang membantu proses
tersebut. Sehingga peran aktif dari orang tua sangat diperlukan bagi
keberhasilan anak-anak.
Penelitian yang disebutkan di atas dapat
disimpulkan bahwa mereka memfokuskan pada problematikan
pendidikan agama islam bagi anak usia dini.
Sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah difokuskan pada pengembagan
guru Raudhatul
Athfal Nurul Hilal Kabupaten Bireuen dalam
menjalankan proses pembelajaran dengan objek atau fokus kajian pada;
perencanaan sistem pembelajaran, mekanisme atau proses pembejaran di kelas,
sistem evaluasi, pembinaan dan pendidikan peserta didik serta berbagai faktor
penghambat terhadap penguasaan doa sehari-hari di Raudhatul Athfal
Nurul Hilal Kabupaten Bireuen.
F. Landasan Teori
Perkembahan
rohani seorang anak di tumbuhkembangkan sejak dari rumah. Pelajaran agama
memang diajarkan sedini mungkin di sekolah.Meskipun anak - anak tidak mengerti
berdoa , berkata - kata terhadap sesuatu pribadi yang tidak kelihatan langsung,
tetapi sikap berdoa itu mungkin yang perlu diajarkan. Disekolah guru mengajarkan sikap
berdoa yang hormat dan dilatih untuk maju ke depan memimpin doa secara
bergiliran agar anak tidak merasa minder. Jangan
ditertawakan bila anak salah mengucapkan doa , sebab celaan akan menyebabkan anak
tidak mau memimpin doa lagi.Ajari anak - anak yang polos selalu berdoa dengan
kejujuran, hati nya merasa dikuatkan dan anak akan lebih berani untuk
mengucapkan doa, meskipun dengan kesalahan - kesalahan yang harap untuk
dimaklumi.
Do’a dalam
Islam merupakan inti dari ibadah, karena do’a itu tidak dapat dipisahkan satu
sama lain dengan ibadah. Sedangkan ibadah yang dimaksud di sini bisa dilihat
sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasbi Ash-Saddiqiy yang mengutip pendapat
para ulama dengan arti sebagai berikut. Para fuqaha mengartikan ibadah
dengan: Apa yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan
mengharap pahala diakhirat.[5]
Dengan memahami definisi tersebut jelaslah bahwa ibadah tidak hanya terbatas
pada satu definisi saja seperti pengertian sembahyang, puasa, zakat, haji
melainkan mencakup semua yang diridhai oleh Allah SWT.
Do’a suatu
pertanda dalam rangka memperhambakan diri kepada Allah. Doa yang dipersembahkan
kepada Allah adalah suatu pertanda pengakuan bahwa kepada Allahlah yang berhak
dipersembahkan hajat dan keperluan kita. Ibadah manusia tidak terlepas dari
permohonan kepada sang Khaliq (Allah), dan ibadah yang paling pokok adalah shalat.
Demikian
keutamaan sembahyang lima waktu yang di dalamnya terkandung do'a-do'a, yang
barang siapa mengerjkannya akan terhapuslah dosa-dosanya. Begitu juga
ibadah-ibadah lainnya seperti ibadah haji, zakat, dan perbuatan lainnya, selalu
disertai dengan do'a kepada Allah agar ibadahnya diterima oleh Allah dan
mendapat maghfirah dari-Nya.
Fungsi do’a
adalah sebagai otak ibadah, maka manusia harus memohon segala sesuatu kepada
Allah SWT, tidak boleh memohon atau berdo’a kepada selain dari pada Allah Swt,
seperti kepada manusia, kepada benda benda yang di anggap keramat, karena
penyembahan selain Allah Swt, termasuk perbuatan syirik dan orang yang
melakukannya adalah golongan musyrik.
Do’a
merupakan suatu anjuran karena setiap anjuran dari Allah pasti adap
manfaat dan syafaatnya. Maka dengan
memohon kepada Allah Swt oleh setiap individu dengan sendirinya akan ada hikmah
dalam kehidupan manusia dunia dan akhirat. Adapun hikmah berdo'a adalah lebih
mendekatkan diri dengan Allah juga dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani,
terhindar dari kekecewaan atau kegelisahan dalam hidup.
G. Metodologi
Penelitian
1.
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan (field research), “penelitian lapangan (field
research), adalah bentuk penelitian yang bertujuan mengungkapkan makna yang
diberikan oleh anggota masyarakat pada perilakunya dan kenyataan sekitar”[6].
Metode field research digunakan ketika metode survai ataupun eksperimen
dirasakan tidak praktis, atau ketika lapangan penelitian masih terbentang
dengan demikian luasnya. field research dapat pula diposisikan sebagai pembuka
jalan kepada metode survai dan eksperimen. Sedangkan pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, “yakni pendekatan yang lebih
menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif, serta
pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan
menggunakan logika ilmiah”[7].
Sedangkan pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, “yakni pendekatan yang lebih
menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif, serta
pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan
menggunakan logika ilmiah”[8].
2. Sumber Data
Data adalah keterangan atau bahan
nyata yang dapat
dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Data yang dikumpulkan
dapat berupa data primer yakni
data yang diperoleh secara langsung
dari sumbernya melalui teknik puposive
sampling. Adapun sumber
data dalam penelitian ini adalah:
1) Data primer
adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data dan
penyelidik untuk tujuan penelitian.[9].
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah
a)
Kepala Sekolah
b)
Guru
c)
Santri
2) Data skunder yaitu sumber data yang
mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku:
a)
Tulus Tu’u, Peran
Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia, 2004.
b)
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,
Surabaya: Usaha Nasional, 1994.
c)
Prijodarminto, Disiplin, Kiat Menuju Sukses, Jakarta:
Pradnya Paramita, 1994
d)
Zakiah Daradjat, dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama
Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
e)
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi
Aksara, 2001.
3. Objek Penelitian
“Objek
penelitian adalah sarana ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaa tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang
suatu hal.”[10] Dari
definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa objek penelitian adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan
kegunaan tertentu untuk mendapatkan data
tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda. Objek dalam
penelitian ini adalah guru dan santri Raudhatul
Athfal Nurul Hilal Kabupaten Bireuen.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah “prosedur yang
sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan”.[11]
Karena penelitian ini merupakan penelitian lapangan yaitu langsung terjun ke
lokasi penelitian, sesuai dengan pendapat tersebut untuk mendapatkan data dan
informasi yang akurat demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini, dilakukan
pengumpulan data dengan menggunakan teknik, yaitu field research (penelitian lapangan) merupakan suatu metode
pengumpulan data dengan menggunakan penelitian langsung ke lapangan untuk
memperoleh informasi dan data-data dari objek penelitian, melalui penelitian
ini akan dilaksanakan sebaik mungkin untuk memperoleh data yang valid.
Dalam pelaksanaan penelitian ini juga
dikumpulkan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi
(pengamatan) merupakan “sebuah teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan
dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan
pengarahan”.[12]
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif. Dalam
Observasi partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang
berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau pelatihan. Dalam
Observasi non partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya
berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan.[13]
Metode ini digunakan untuk melihat langsung bagaimana kendala
terhadap penguasaan doa sehari-hari di Raudhatul Athfal Nurul Hilal
Kabupaten Bireuen.
b. Wawancara
Wawancara atau interviu
merupakan “salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan
dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara
dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual”[14].
Metode ini
digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan respon santri terhadap
penguasaan doa sehari-hari. Wawancara ini digunakan untuk menggali data bagaimana respon santri
terhadap penguasaan doa sehari-hari di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kabupaten
Bireuen. Sedangkan obyek yang diwawancarai adalah kepala RA, Guru.
c. Dokumentasi
Metode
dokumentasi, merupakan “suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”[15].
Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.
Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai kendala
terhadap penguasaan doa sehari-hari di Raudhatul Athfal Nurul Hilal
Kabupaten Bireuen.
5. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh
data. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode
ini bertujuan untuk menyajikan deskripsi
(gambaran) secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat
serta hubungan fenomena yang diselidiki. Dengan demikian analisis
ini dilakukan saat peneliti berada di lapangan dengan cara mendeskripsikan
segala data yang telah didapat, lalu dianalisis sedemikian
rupa secara sistematis, cermat dan akurat. Dalam hal ini data yang digunakan
berasal dari wawancara dan dokumen-dokumen yang ada serta hasil observasi
yang dilakukan. Kemudian agar data yang diperoleh nanti sesuai dengan
kerangka kerja maupun fokus masalah, akan ditempuh dua langkah utama
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Tahap Reduksi
Tahap ini hal yang dilakukan adalah menelaah seluruh data
yang telah terhimpun dari lapangan, sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari
objek yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulka data atau
informasi dari catatan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi untuk
mencari nilai inti atau pokok-pokok yang dianggap penting dari setiap aspek
yang diteliti.
2. Tahap Display
Tahap ini dilakukan adalah untuk merangkul data temuan
data temuan dalam penelitian ini yang di susun secara sistematis untuk
mengetahui tentang hal yang diteliti di lapangan, sehingga melalui display
data dapat memudahkan bagi peneliti untuk menginterpretasikan terhadap data
yang terkumpul.
3. Tahap Verifikasi
“Tahap ini
dilakukan untuk mengadakan pengkajian terhadap kesimpulan yang telah diambil
dengan data perbandingan dari teori yang relevan. Pengujian ini dimaksudkan
untuk melihat kebenaran hasil analisa, sehingga melahirkan kesimpulan yang
dapat dipercaya”[16]. “Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti
dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda.
Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif”[17]. Penelitian kualitatif memberikan interpretasi deskriptif ,
verifikasi berupa perluasan, pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi
juga bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain. Semua data yang
terkumpul dari responden diolah dalam bentuk uraian-uraian tentang apa yang
didapatkan di lokasi penelitian.
Teknik penulisan dalam skripsi ini penulis berpedoman
pada Buku Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi yang diterbitkan oleh Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah Almuslim Peusangan Bireuen Aceh tahun 2014. Mengenai
terjemahan ayat Alquran, penulis mengambil Buku Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran
Kementrian agama RI, Alquran dan Terjemahannya Perkata, penerbit Kalim, Jakarta
Tahun 2010.
H. Sistematika Penulisan
Skripsi
Sistematika penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
Bab satu terdapat pendahuluan
meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, penjelasan istilah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Landasan
Teori, Penelitian terdahulu, metode penelitian
dan sistematika
Penulisan skripsi.
Bab dua terdapat Gambaran Umum Raudhatul Athfal Nurul
Hilal Kota Juang Kabupaten Bireuen meliputi: latar belakang
berdirinya Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Kabupaten Bireuen, letak geografis
Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Kabupaten Bireuen, visi dan misi
Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Kabupaten Bireuen , struktur organisasi Raudhatul
Athfal Nurul Hilal Kota Juang Kabupaten Bireuen ,
kurikulum Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Kabupaten Bireuen, sumber
daya manusia pada Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Kabupaten Bireuen dan sarana dan prasarana pada
Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Kabupaten Bireuen.
Bab tiga terdapat Usaha-usaha guru terhadap penguasaan doa sehari-hari bagi
santri di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kabupaten Bireuen meliputi: pengajaran,
penghafalan, penerapan dan evaluasi.
Bab empat terdapat Kendala yang dihadapi santri terhadap
penguasaan doa sehari-hari di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kabupaten Bireuen meliputi: Metode Pembelajaran, Media Pembelajaran, Waktu Pembelajaran
dan Lingkungan.
Bab lima
terdapat Penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saran-saran.
[1] Abdurrahman
An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press. 1995),
hal. 28.
[5]M.
Hasbi Ash-Shiddiqy, Kuliah Ibadah, Cet V, (Jakarta: Bulan Bintang,
1976), hal. 19.
[9]
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,
(Bandung:
Angkasa, 1987), hal. 163.
[11]
Nazir, Metode Penelitian Sosial,
(Jakarta: Rajawali Press, 1999), hal. 127.
[17]Nana
Syoadih Sukmadita, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 8.