Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Landasan Teoritis Tentang Aplikasi Metode Diskusi


BAB II

Landasan Teoritis Tentang Aplikasi Metode Diskusi



A.    Pengertian Metode Diskusi

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah,maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan[1]. Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat di perlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Metode belajar yang mampu membangkitkan motif, minat atau gairah belajar murid dan menjamin perkembangan kegiatan kepribadian murid adalah metode diskusi. Metode diskusi merupakan suatu cara mengajar yang bercirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pertanyaan atau problem. Di mana para anggota diskusi dengan jujur berusaha mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama[2]. Dalam metode diskusi guru dapat membimbing dan mendidik siswa untuk hidup dalam suasana yang penuh tanggung jawab, msetiap orang yang berbicara atau mengemukakan pendapat harus berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang dapat diperanggungjawabkan. Jadi bukan omong kosong, juga bukan untuk menghasut atau mengacau suasana. Menghormati pendapat orang lain, menerima pendapat yang benar dan menolak pendapat yang salah adalah ciri dari metode yang dapat digunakan untuk mendidik siswa berjiwa demokrasi dan melatih kemampuan berbicara siswa. Agar suasana belajar siswa aktif dapat tercapai, maka diskusi dapat menggunakan variasi model-model pembelajaran menarik dan memotivasi siswa. Dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, model pembelajaran jigsaw cocok untuk digunakan dalam metode diskusi. Model pembelajaran jigsaw membantu murid untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan sekaligus siswa mampu menjadi nara sumber bagi satu sama yang lain.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi adalah cara belajar atau mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi.[3]” Namun tidak semua kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Menurut Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. diskusi pada dasarnya adalah suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.[4] Dalam pengertian yang umum, metode adalah cara-cara penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Imamnsyah Ali Pane mengemukakan metode atau metodik adalah cara yang sistematis yang digunakan oleh guru dalam menyajikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan.[5]
Pengertian metode juga dikemukakan oleh Abu Ahmadi yang menyatakan bahwa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.[6] Menurut Ramayulis, pengertian metode adalah “Langkah-langkah strategi dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.”[7] Maka dari kutipan ini dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara dalam melakukan atau mempersiapkan proses belajar mengajar. Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara sistematis yang digunakan oleh guru dalam menyajikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh siswa dalam kegiatan belajar. Dengan demikian, bahwa metode itu merupakan suatu cara yang ditempuh dengan sistematis di mana dalam fungsinya terletak suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut.[8] Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa metode sebenarnya berarti jalan untuk mencapai tujuan.[9] Jalan untuk mencapai tujuan itu bermakna ditempatkan pada posisinya sebagai cara untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan ilmu atau tersistematisasikannya suatu pemikiran. Dengan pengertian yang terakhir ini, metode lebih memperlihatkan sebagai alat untuk mengolah dan mengembangkan suatu gagasan sehingga menghasilkan suatu teori temuan. Dengan metode serupa itu, ilmu pengetahuan apapun dapat berkembang.
Dari pendekatan kebahasaan tersebut nampak bahwa metode lebih menunjukkan kepada jalan dalam arti jalan yang bersifat non fisik. Yakni jalan dalam bentuk ide-ide yang mengacu kepada cara yang mengantarkan seseorang untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Namun demikian, secara terminologis atau istilah kata metode bisa membawa kepada pengertian yang bermacam-macam sesuai dengan konteksnya. Hasan Langgulung mengatakan, karena pelajaran agama sebagaimana diungkapkan di dalam Al-Qur’an itu bukan hanya satu segi saja, melainkan bermacam-macam, yaitu ada kognitifnya seperti tentang fakta-fakta sejarah, syarat-syarat syah sembahyang, ada aspek afektifnya, seperti penghayatan pada nilai-nilai keimanan dan akhlak, dan ada aspek psikomotorik seperti praktek-praktek shalat, haji, dan sebagainya, maka metode untuk mengajarkannya pun bermacam-macam, sehingga metode tarbiyah Islamiah itu dapat diartikan sebagai metode pengajaran yang disesuaikan dengan materi atau pelajaran yang terdapat dalam Islam itu sendiri.[10]
Sedangkan menurut Zuhairini dkk., yang dimaksud metode diskusi ialah suatu metode didalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid.[11] Metode diskusi adalah salah satu cara memecahkan persoalan secara bersama-sama, dengan mengemukakan dan pertukaran pengetahuan yang ada pada guru dengan murid, sehingga akan menemukan jawaban yang tepat. Metode diskusi adalah cara yang baik untuk merangsang murid-murid berpikir dan mengeluarkan pendapat sendiri, serta ikut mengembangkan pikiran dalam satu masalah bersama.[12] Metode diskusi ini pada umumnya akan membuat suasana kelas lebih hidup, karena siswa lebih aktif dan bersemangat di mana setiap siswa mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapat mereka masing-masing. Jadi metode diskusi ini merupakan proses pembelajaran yang menyebabkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
Metode diskusi adalah cara penyampaian pelajaran di mana siswa diharapkan masalah yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dipecahkan bersama.[13] Dari uraian ini dapat diketahui bahwa metode diskusi sangat cocok untuk diterapkan terutama untuk melihat kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat di depan orang banyak khusus sesama kawan mereka sendiri.
Dalam pembelajaran aqidah akhlak metode ini sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana ilmu yang telah diajarkan dapat dikuasai oleh siswa, dan apabila terdapat perbedaan pendapat dapat diselesaikan secara bersama-sama. Dalam al-Qur’an, Allah menganjurkan kepada kita untuk berdiskusi dan bermusyawarah secara baik dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi bersama, dalam ayat-Nya yang berbunyi :[14]
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ) آل عمران: ١٥٩(
Artinya:  Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut ter-hadap mereka. Sekiranya kamu bersikeras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah me-reka, mohonlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarah dengan me-reka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan te-kad, maka bertawakallah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah me-nyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS. Ali Imran: 159).

Dalam upaya menghidupkan proses pembelajaran yang efektif maka tujuan metode diskusi antara lain:
Pertama, Mendorong anak didik berpikir dan mengeluarkan pendapatnya dengan dasar argumentasi yang kuat dan akurat. Kedua, Mendorong anak didik untuk mengembangkan daya imajinasi dan intuitif serta daya pikir yang kritis. Ketiga, Mendorong anak didik menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan masalah bersama. Keempat, Mengambil satu atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.[15]
Dari uraian di atas jelas bahwa metode pembelajaran aqidah akhlak bermacam-macam, ini berarti tidak ada satu metode pun yang sempurna. Dengan demikian metode mengajar tersebut akan saling menutupi kelemahan masing-masing sehingga hasil pengajaran yang diperoleh akan mencapai sasarannya.
Jadi seorang guru harus menggunakan metode yang bermacam-macam dan tidak akan berhasil dengan baik pembelajaran aqidah akhlak jika guru hanya menggunakan satu metode saja. Dengan demikian sangatlah dituntut kemampuan guru aqidah akhlak agar memiliki dan memahami berbagai metode mengajar, dan seorang guru hendaklah lebih selektif dalam memilih metode sesuai dengan materi yang diajarkan, tujuan yang ingin dicapai serta situasi dan kondisi kelas di mana pembelajaran sedang berlangsung.
Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan sesuatu masalah bersama. Diskusi baik dilaksanakan bila mempermasalahkan :
-        Hal-hal yang menarik minat dan perhatian siswa/urgen. Siswa akam memiliki motivasi yang jkuat dalam memecahkan soal, kalau mereka berminat dan menaruh perhatian terhadap masalah itu.
-        Masalah itu harus mengandung banyak kemungkinan jawaban, dan masing-masing jawaban dapat dijamin kebenarannya.
-        Harus merangsang pertimbangan, kemampuan berpikir logis dan usaha memperbandingkan”.[16]

Seiring dengan itu, metode diskusi berfungsi untuk merangsang murid berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan wawasan/ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik (alternatif terbaik). Dari beberapa jawaban atau jalan keluar yang ada bagaimana mendapatkan jawaban yang paling tepat untuk mendekati kebenaran sesuai dengan ilmu yang ada pada kita. Jadi, metode diskusi tidak hanya percakapan atau debat, melainkan cara untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang dihadapi.
B.    Pola Pembelajaran Metode Diskusi

Metode mengajar adalah suatu teknik penyampaian bahan pelajaran kepada siswa, dengan tujuan agar siswa dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh siswa dengan baik, oleh karena itu terdapat beberapa cara yang ditempuh dalam pemilihan metode pengajaran yaitu: metode sebagai alat motivasi extrinsik (rangsangan dari luar); sebagai strategi pembelajaran dan metode sebagai alat untuk mencapai tujuan.[17]
Metode juga merupakan salah satu komponen pembelajaran dan menempati peranan yang tidak kalah penting dari komponen lainnya di dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran tidak semua siswa berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Faktor intelegensi sangat mempengarihu daya serap siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan guru. Oleh karena itu untuk meningkatkan daya serap siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, diperlukan strategi pengajaran yang tepat dan jawaban untuk memecahkan permasalahan itu adalah metode pembelajaran.
Pada hakikatnya metode mengajar itu adalah membangkitkan rasa ingin tahu dan dapat memuaskan rasa keingintahuan siswa, begitu juga dalam hal menggunakan metode pembelajaran itu dalam mengajar materi aqidah akhlak. Seorang guru yang mengajar mata pelajaran itu harus mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap pelajaran PAI yang dipaparkannya sehingga dapat diharapkan hasil yang baik.
Metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi suatu persoalan (masalah) kepada siswa, dan para siswa diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya.[18] Diskusi juga termasuk salah satu metode mengajar yang dapat mengembangkan kreatifitas siswa, karena dalam metode ini siswa diharuskan mengembangkan wawasan berfikir secara lebih luas. Pada dasarnya diskusi adalah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.[19]
Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah. Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat difahami bahwa dengan menerapkan metode diskusi, maka siswa dengan sendirinya akan merasa terpanggil untuk mencari solusi yang dihadapkan kepadanya, sehingga guru hanya bertugas untuk memberikan arahan saja. Dalam penggunaan metode ini, guru juga turut aktif menyampaikan materi pelajaran yang tidak sanggup dipecahkan oleh siswa. Karena itu, dengan metode antara siswa dan guru sama-sama dibutuhkan keaktifan bersama.
Dengan melaksanakan metode diskusi, maka diharapkan suasana kelas akan semakin hidup, setiap anak diharapkan dapat berparstisipasi secara aktif. Mereka diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, mempertahankan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan usul-usul dan mengajukan saran-saran dalam rangka memecahkan masalah yang ditinjau dari berbagai segi.[20]
Dari keterangan di atas, maka terlihat dengan jelas bahwa menggunakan metode diskusi memang akan meningkatkan kreatifitas siswa, karena dalam metode ini siswa berparstisipasi aktif untuk menyelesaikan masalah yang diajukan guru secara bersama. Oleh karena itu, dalam rangka meningkat kreatifitas siswa, maka guru diharuskan menggunakan metode diskusi, walaupun guru diwajibkan menentukan topik dan arahan yang jelas kepada siswa.
Diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru) hendak memberi kesempatan kepada siswa: untuk mengekspresikan kemampuannya, berpikir kritis, menilai perannya dalam diskusi, memandang masalah dari pengalaman sendiri dan pelajaran yang diperoleh di sekolah, memotivasi, dan mengkaji lebih lanjut. Melalui diskusi dapat dikembangkan keterampilan mengklarifikasi, mengklasifikasi, menyusun hipotesis, menginterpretasi, menarik kesimpulan, mengaplikasikan teori, dan mengkomunikasikan pendapat. Disamping itu, metode diskusi dapat melatih sikap anak menghargai pendapat orang lain, melatih keberanian untuk mengutarakan pendapat, mempertahankan pendapat, dan memberi rasional sehubungan dengan pendapat yang dikemukakannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan metode diskusi, antara lain sebagai berikut: Pertama: Perumusan masalah atau masalah-masalah yang didiskusikan agar dilakukan bersama-sama dengan siswa. Kedua, Menjelaskan hakikat masalah itu disertai tujuan mengapa masalah tersebut dipilih untuk didiskusikan. Ketiga, Pengaturan peran siswa yang meliputi pemberian tanggapan, saran, pendapat, pertanyaan, dan jawaban yang timbul untuk memecahkan masalah. Keempat, Memberitahukan tata tertib diskusi. Kelima, Pengarahan pembicaraan agar sesuai dengan tujuan. Keenam, Pemberian bimbingan siswa untuk mengambil kesimpulan.
Langkah-langkah diskusi sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan. Hal ini dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing-masing. Seminar memiliki karakteristik yang berbeda dengan simposium, brain storming, debat, panel, sindikat group dan lain-lain. Demikian pula siposium dan yang lain-lain tersebut juga memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Akibat perbedaan karakteristik tersebut, maka langkah dan atau prosedur pelaksanaannya berbeda satu dengan yang lain. Meskipun demikian, secara umum untuk keperluan pembelajaran di kelas, langkah-langkah diskusi kelas dapat dilaksanakan dengan prosedur yang lebih sederhana. Moedjiono, dkk menyebutkan langkah-langkah umum pelaksanaan diskusi sebagai berikut ini:
Pertama, Merumuskan masalah secara jelas. Kedua, Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya sesuai dengan tujuan diskusi. Tugas pimpinan diskusi antara lain: (1) mengatur dan mengarahkan diskusi, (2) mengatur "lalu lintas" pembicaraan. Ketiga, Melaksanakan diskusi. Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak bicara yang sama. Keempat, Melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberi alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut. Kelima, Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap kelompok[21].
Strategi mengajar dengan berdiskusi adalah salah satu strategi belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan  masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pemdengar saja.
Mengajar dengan strategi berdiskusi dapat diterapkan dengan cara:
a.      Kelas dibagi dalam beberapa kelompok.
b.     Dapat mempertinggi partisipasi siswa secara individual.
c.      Dapat memperrtinggi kegiatan kelas sebagai keseluruhan dan kesatuan.
d.     Rasa sosial mereka dapat dikembalikan, karena bisa saling membantu dalam memecahkan soal, mendorong rasa kesatuan.
e.      Memberi kemungkinan untuk saling mengumukakan pendapat.
f.      Merupakan pendekatan yang demokratis.
g.     Memperluas pandangan.
h.     Menghayati kepemimpinan bersama-sama.
i.       Membantu mengembangkan kepemimpinan.[22]

Namun demikian strategi mengajar berdiskusi juga ada kelemahannya seperti:
1.     Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang pecah; bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang. Untuk mengatasi hal ini intruktur harus menguasai benar-benar permasalahannya, dan mampu mengarahkan pembiacaraan, seghingga bisa membatasi waktu yang diperlukan.
2.     Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari fakta-fakta; dan tidak merupakan yang hanya dugaan atau coba-coba saja. Maka pada siswa dituntut kemampuan berfikir ilmiah, hal mana itu tergantung kepada kematangan, pengalaman dan pengetahuan siswa.
3.     Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
4.     Peserta mendapat informasi yang terbatas.
5.     Mungkin dikuasai orang-orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.[23]

Dengan demikian berarti bahwa metode belajar dengan berdiskusi mempunyai kelebihan-kelebihan dan juga sekaligus memiliki kelemahan yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik, dan jika kelemahan dari strategi mengajar dengan berdiskusi ini tidak diperhatikan maka kelebihan-kelebihan dari metode ini yang ingin dicapai niscaya hanya menjadi angan-angan belaka.
Tujuan penggunaan strategi mengajar berdiskusi: Pertama, dengan diskusi siswa didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain. Mungkin ada perbedaan segi pandangan, sehingga memberi jawaban yang berbeda. Hal itu tidak menjadi soal; asal pendapat itu logis dan mengdekati kebenaran. Jadi siswa dilatih berpikir dan memecahkan masalah sendiri. Kedua, Siswa mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, karena hal itu perlu untuk melatih kehidupan yang demokratis. Dengan demikian siswa melatih diri untuk menyatakan pendapatnya sendiri secara lisan tentang sesuatu masalah bersama. Ketiga, Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk belajar berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan sesuatu masalah bersama.
Diskusi baik dilaksanakan bila mempermasalahkan :
-  Hal-hal yang menarik minat dan perhatian siswa/urgen. Siswa akam memiliki motivasi yang jkuat dalam memecahkan soal, kalau mereka berminat dan menaruh perhatian terhadap masalah itu.
-  Masalah itu harus mengandung banyak kemungkinan jawaban, dan masing-masing jawaban dapat dijamin kebenarannya.
-  Harus merangsang pertimbangan, kemampuan berpikir logis dan usaha memperbandingkan.[24]

Diskusi (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik mengarah pada suatu tujuan. Demikianlah kedua pihak saling bertukar pendapat tentang suatu perkara tertentu. Kadang kala keduanya sampai kepada suatu kesimpulan, atau mungkin pula salah satu pihak tidak merasa puas dengan pembicaraan yang lain. Namun demikian ia masih dapat mengambil pelajaran dan menentukan sikap baginya. Diskusi mempunyai pengaruh yang sangat dalam terhadap jiwa pendengar atau pembaca yang mengikuti topik percakapan secara seksama dan penuh perhatian. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal : Pertama, permasalahannya disajikan secara dinamis, karena kedua pihak langsung terlibat dalam pembicaraannya secara timbal balik, sehingga tidak membosankan. Malahan dialog seperti itu mendorong kedua pihak untuk saling memperhatikan dan terus mengikuti pola pikirannya, sehingga dapat menyingkap sesuatu yang baru, mungkin pula salah satu pihak berhasil meyakinkan rekan-rekannya dengan pandangan yang dikemukakannya itu. Kedua, metode ini mendorong pendengar tertarik untuk terus mengikuti jalannya percakapan itu dengan maksud dapat mengetahui kesimpulannya. Hal ini juga dapat menghindarkan kebosanan dan memperbaharui semangat. Ketiga, metode ini dapat membangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan dalam jiwa, yang membantu mengarahkan seseorang menemukan sendiri kesimpulannya. Keempat, bila diskusi dilakukan dengan baik, memenuhi akhlak tuntunan Islam, maka cara berdiskusi, sikap orang yang terlibat itu akan mempengaruhi peserta sehingga menimbulkan pengaruh berupa pendidikan akhlak, sikap dalam berbicara, menghargai pendapat orang lain dan sebagainya.[25]
Berdasarkan keterangan yang telah penulis kemukakan di atas, dapat dipahami bahwa menggunakan metode diskusi dalam pengajaran sangat diutamakan, karena dalam metode tersebut guru menyampaikan materi pelajaran dengan tepat sasaran, sehingga siswa atau anak didik tidak merasa jenuh dalam menerima pelajaran yang disajikan tersebut dan anak didik merasa tertarik dengan metode mengajar yang digunakan guru tersebut.
C.    Kelebihan Dan Kekurangan Metode Diskusi

Metode diskusi dalam proses mengajar dan belajar berarti metode mengemukakan pendapat dalam musyawarah untuk mufakat. Dengan demikian inti dari pengertian diskusi adalah meeting of minds. Didalam memecahkan masalah diperlukan bermacam-macam jawaban. Dari jawaban tersebut dipilihkan satu jawaban yang lebih logis dan lebih tepat dan mempunyai argumentasi yang kuat, yang menolak jawaban yang mepunyai argumentasi lemah.
Setiap metode pengajaran tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, karena dalam penerapannya selalu mengalami kendala, baik dari siswa maupun dari guru sebagai pengajarnya. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ramayulis dalam bukunya Metodolagi Pendidikan Agama Islam, bahwa “penggunaan metode pengajaran dalam penerapannya terdapat kebaikan dan kelemahannya.”[26]
Memang dalam diskusi untuk memperoleh pertemuan pendapat diperlukan pembahasan yang didukung oleh argumentasi, argumentasi kontra argumentasi. Adapun kelebihan dan kekurangan metode diskusi adalah sebagai berikut:


1.     Kelebihan Metode Diskusi
Menurut Armai Arief, di dalam bukunya Pengatar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, disebutkan bahwa diantara keunggulan metode diskusi adalah antara lain:
Pertama, Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Kedua, Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya. Ketiga, Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan. Keempat, Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah. Kelima, Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik. Keenam, Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit. Dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan alasan-alasan/pikiran-pikiran orang lain.[27]
Menurut Winarmo Suracmad kebaikan-kebaikan metode diskusi adalah: Seperti juga metode-metode lain, metode diskusi pun mempunyai kebaikan-kebaikan. Kebaikan-kebaikan itu, antara lain adalah : Pertama, Suasama kelas hidup, sebab murid-murid mengarahkan pemikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Partisifasi murid dalam metode ini lebih baik. Kedua, Murid-murid berlatih kritis untuk mempertimbangkan pendapat teman-temannya, kemudian menentukan sikap, menerima, menolak atau tidak berpendapat sama sekali. Ketiga, Dapat menaikkan prestasi kepribadian individual seperti toleransi, sikap demokratis, sikap kritis, berpikir sistematis dan sebagainya. Keempat, Berguna untuk kehidupan sehari-hari terutama dalam alam demokrasi. Kelima, Merupakan latihan untuk memenuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku dalam musyawarah[28].
2.     Kelemahan Metode Diskusi
Menurut Roetiyah N.K., di dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar disebutkan bahwa kekurangan penggunaan metode diskusi antara lain:
Pertama, kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.Kedua, dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari fakta-fakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja. Ketiga, tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. Keempat, Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.[29]
Kelemahan lain dalam metode diskusi adalah kadang-kadang ada siswa yang memonopoli pembicaraan, dan ada pula siswa yang pasif dan tidak acuh. Dalam hal demikian guru hendaknya memperhatikan dan memberi motivasi kepada siswa supaya seluruh siswa ikut serta dalam diskusi. Untuk mengatasi kelemahan atau segi negatif dari metode ini, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran. Kedua, pimpinan diskusi yang diberikan kepada murid, perlu bimbingan dari guru. Ketiga, guru mengusahakan supaya seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi. Keempat, mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran berbicara, sementara siswa lain belajar mendengarkan pendapat temannya. Kelima, mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.[30]
Menurut Winarmo Suracmad kelemahan-kelemahan metode diskusi adalah: Pertama, Disamping kebaikan-kebaikan yang telah dikemukakan diatas metode diskusi tidak luput dari kelemahan-kelemahan, seperti : Diskusi pada umumnya dikuasai oleh murid yang gemar berbicara. Kedua, Bagi murid yang tidak ikut aktif ada kecenderungan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab. Ketiga, Banyak waktu terpakai, tapi hasilnya kadang-kadang tidak seperti yang diharapkan. Keempat, Sukar dapat digunakan di tingkat rendah pada sekolah dasar, tetapi bukan tidak mungkin[31].
D.    Perumusan Hipotesis

Adapun  yang menjadi hipotesis dalam penulisan skripsi  ini adalah sebagai berikut : 
Pertama, penerapan metode diskusi dalam pembelajaran aqidah akhlak di MTsN Matangglumpangdua masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Kedua, strategi penerapan metode diskusi dalam pembelajaran aqidah akhlak di MTsN Matangglumpangdua masih belum tepat. Ketiga, banyaknya kendala-kendala penerapan metode diskusi dalam pembelajaran aqidah akhlak di MTsN Matangglumpangdua. Keempat, keberhasilan yang dicapai siswa dalam  pembelajaran aqidah akhlak di MTsN Matangglumpangdua belum memuaskan.




[1] Oemar Hamalik, Proes Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 14.

[2] Ibid., hal. 15.
[3] Poerwadarminta W. J. S, Kamus ..., hal. 33.

[4] Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S., Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia, Cet. Ke-2, (Jakarta: Erlangga, 1991), hal. 37.

[5]Imansyah Ali Pane, Didakdik Metodik Pendidikan Umum, Cet. III, (Surabaya: Usaha Nasional, 1999), hal. 71

[6]Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1992), hal. 180.

[7]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hal. 155.

[8]Ibid., hal. 83

[9]Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab IV, Pasal 9, hal. 5
[10]Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995). hal. 65.

[11] H. Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Cet. Ke-8, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 89.
[12] Abd. Rahman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama di Sekolah Dasar dan Petunjuk Mengajar Bagi Guru Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), hal. 107.

[13]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 99
[14] Anwar, Metodologi..., hal. 64.
[15] Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Cet. III, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 296.

[16]Ibid., hal. 14.

[17]S. B. Djamarah, Strategi Belajar…, hal. 27
[18]Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi belajar mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hal. 153.

[19]Roestiyah N. K., Strategi...,hal. 5

[20]Soetomo, Dasar-Dasar..., hal. 154.
[21] Ibid., hal. 155.

[22]Tarmizi, Pengantar Metodelogi Pengajaran di Madrasah, (Jakarta: Purnama, 1993), hal. 12
[23]Ibid., hal. 14
[24]Ibid., hal. 14

[25]Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Cet. Ketiga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hal. 117-118.
[26]Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hal. 24

[27] Armai Arief, Pengantar dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. Ke-I, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 148-149.

[28] Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito, 1973), hal. 42.

[29] Roetiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar Cet. Ke-2,, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 6.

[30] Armai Arief, Pengantar..., hal. 149

[31] Winarno Surachmad, Dasar ..., hal. 42.