BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu sebagai pengalaman pelajar yang berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hidup. Di bawah pengaruh orang dewasa agar mempunyai kemampuan
yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan, tugas-tugas
sosialnya dalam bermasyarakat.[1] Maka
terjadilah proses perubahan tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa
yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam
sekitar dimana individu itu berada.
Dengan demikian terlihat bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
orang dewasa. Oleh karena itu setiap orang dewasa terutama dewasa yang
berprofesi sebagai pendidik maupun bergerak di bidang pendidikan dalam arti
luas kiranya perlu memahami situasi umum pendidikan dewasa ini, menetapkan apa
yang mereka harapkan di masa depan.
Dalam proses globalisasi yang sedang dan akan dihadapi oleh masyarakat dan
bangsa Indonesia semakin lama semakin intens, maka pertanyaan segera muncul,
bagaimanakah mengelola sistem pendidikan nasional agar dapat sejalan dengan
dinamika yang sedang dan akan terjadi.[2] Salah
satu tantangan besar lembaga-lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan
Islam adalah bagaimana cara mengoptimalkan semua sumber daya yang dimilikinya.[3]
Seiring perkembangan tatanan masyarakat yang ditandai oleh perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi, tuntutan adanya teknologi yang sesuai
dengan zaman menjadi relevan.[4] Dengan
demikian kurikulum itu cukup elastis, sehingga terbuka untuk murid pada saat
dan tempat tertentu.
Dalam hal ini guru menempuh kedudukan sentral, sebab perananya sangat
menentukan. Ia harus bisa menerjemahkan dan menyebarkan nilai-nilai yang
terdapat dalam kurikulum, kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut
kepada siswa melalui proses pengajaran di sekolah. Guru tidak membuat atau
menyusun kurikulum, tetapi ia menggunakan kurikulum, menjabarkan serta
melaksanakannya melalui suatu proses pengajaran. Kurikulum diperuntukan bagi
siswa, melalui guru secara nyata memberi pengaruh pada siswa pada saat
terjadinya proses pengajaran.[5]
Menunjuk pada fungsi kurikulum pada proses pendidikan yang menyatakan
sebagai alat untuk mencapai pendidikan, maka komponen-komponen yang saling
mendukung satu sama lainya. Salah satu komponen kurikulum adalah komponen
content atau isi. Komponen isi struktur program atau materi yang diprogramkan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan isi atau materi yang
dimaksud biasanya berupa materi bidang-bidang studi.[6] Salah
satu bidang tersebut adalah Pendidikan Agama Islam.
Oleh karena itu,
dalam setiap kegiatan pendidikan, kurikulum berfungsi sebagai sarana pemberi
arah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebab kurikulum merupakan landasan yang
harus dilewati oleh seluruh lembaga pendidikan. Melihat hal tersebut, kurikulum
memiliki fungsi tersendiri. Menurut S. B. Djamarah “kurikulum berfungsi sebagai
alat untuk memberikan arah dan tujuan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
dalam setiap lembaga pendidikan formal pencapaian kurikulum sangat menentukan
dalam meningkatkan keberhasilan pembelajaran”.[7]
Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu studi di sekolah umum mempunyai
peranan yang sangat strategis dan signifikan dalam pembentukan moral, akhlak
dan didik yang sekarang ini berada pada titik terendah dalam perkembangan
masyarakat Indonesia. Kegagalan Pendidikan Agama Islam untuk membuat dan
menciptakan peserta didik dan berkarakter atau berkepribadian Islam tidak di
kelas, yakni kelemahan guru agama Islam dengan mengemas dan mendesain serta
membawakan mata pelajaran ini kepada peserta didik. Ditambah lagi disebabkan
ketiadaan penguasaan manajemen modern bagi guru agama pendidik agama Islam
dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, sehingga sampai saat ini
sulit di kontrol dan dievaluasi keberhasilan dan kegagalanya. Padahal “quality
control itu seharusnya menjadi pegangan dalam melaksankan proses Pendidikan
Agama Islam, sejak ditingkat input kemudian di proses sampai pada outputnya”.[8]
Namun demikian dalam
pendidikan formal, pembelajaran diberikan melalui interaksi antara guru dengan
murid seperti yang terjadi di sekolah baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
atau sekolah-sekolah lainnya. Materi pelajaran
pendidikan diberikan berdasarkan kurikulum yang disusun secara sistematis
berdasarkan kelas-kelas yang dibuka dengan acuan Garis-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP).
Selama ini, sistem pengajaran terlihat pada
lemahnya penerapan kurikulum yang di dalamnya mencakup materi pelajaran sebagai
penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Sedangkan guru sebagai
pengajar yang melakukan pembelajaran serta program-program pembelajaran yang
dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam usaha pembentukan kepribadian
siswa.
Pembelajaran merupakan proses
berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan kegiatan inti sekolah.
Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi antara guru dan siswa dalam rangka
penyampaian bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran,
cara pengelolaan kelas yang baik, interaksi belajar mengajar dan cara menutup
pelajaran.[9] Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di Madrasah Aliyah. Ia termasuk katagori mata pelajaran Agama. Tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini diharapkan agar siswa dapat mengetahui cita, rasa dan
karsa yang Islami dan dapat mengambil manfaat positif untuk dapat
direalisasikan dalam segala segi kehidupan pribadi mereka masing-masing.
Dalam
agama Islam segala sesuatu tidak boleh dikerjakan secara asal-asalan. Semuanya
harus teratur dan dikerjakan secara tertib. Terlebih lagi proses-prosesnya,
semuanya harus terencana dengan baik dan teratur. Arah pekerjaan yang jelas
juga landasan yang jelas dan cara-caranya yang transparan akan menjadikan
perbuatan yang dikerjakan mendapatkan ridha dan hidayah dari Allah.
Sebenarnya
manajemen dalam arti mengatur agar sesuatu itu teratur dan berjalan secara
efektif dan efisien merupakan sesuatu yang disukai Allah, dan merupakan hal
yang dianjurkan dalam syariat islam, bahkan boleh dikatakan hal itu termasuk
kategori sunnah. Karena Nabi Muhammad Saw. tidak pernah melakukan sesuatu
secara asal-asalan apalagi tanpa rencana. Memang manusia hanya bisa
merencanakan, tetapi tanpa rencana maka tatanan segala sesuatu akan menjadi
tidak karuan.
Terlebih
lagi dalam melakukan proses pembelajaran yang hal tersebut merupakan perbuatan
yang mulia, yang banyak hadist memujinya sampai-sampai mengatakan kegiatan
tersebut lebih utama daripada ibadah sunnah, segala sesuatunya harus serba
teratur dan transparan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik,
efektif dan efisien. Segala komponen-komponen yang ada dalam kegiatan tersebut
harus diatur secara baik oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya.
Kurikulum
yang merupakan inti dan isi dari pembelajaran tersebut juga harus diatur
melalui manajemen agar pelaksanaannya dapat lebih signifikan, maka jika
kurikulum tidak diatur dengan manajemen, proses pembelajaran tidak dapat
berlangsung dengan maksimal dan akan menjadi tersendat-sendat. Lebih-lebih
dalam proses pembelajaran Islam, kurikulum harus ditata dengan manajemen yang
teratur agar dapat menghasilkan manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan
Islam yaitu insan kamil. Apalagi pada sekarang ini, dimana kurikulum sering
berubah dengan seiringnya perubahan zaman dan kemajuan teknologi. Kurikulum
pendidikan Islam diharapkan mampu bersaing dengan pendidikan non islam dan juga
lulusannyapun diharapkan tidak kalah dengan pendidikan non islam.
Maka dari
itu disamping kurikulum pendidikan Islam ditambah atau diperkaya lagi, karena
hal itu lebih baik seperti perkataan ulama yaitu tradisi islam ialah
mempertahankan yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik,
juga manajemennya diatur agar pelaksanaan pembelajaran islam berhasil. Karena
tanpa manajemen kurikulum yang baik, tidak mungkin pelaksanaan pembelajaran
dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Rasulullah
Saw bersabda sebagai berikut:
عَنْ عَمْرِوبْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ :
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مُرُوا اَوْلاَدَكُمْ بِااصَّلاَةِ
وَهُمْ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ اَبْنَاءُ عَشْرٍ،
وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِالْمَضَاجِعِ ،(رواه ابوداود(
Artinya: Dari Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari neneknya ra
berkata: Rasulullah SAW bersabda : Suruhlah anakmu shalat pada waktu umur tujuh
tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan sholat jika telah berumur
sepuluh tahun. Dan pisahkan
anak laki- laki dengan anak perempuan dalam tempat tidur mereka (HR. Abu Daud). [10]
Hadits ini menegaskan
bahwa, ketika seorang anak menginjak usia 10 tahun maka instink yang
dimilikinya sedang menuju ke arah perkembangan dan ingin membuktikan eksistensi
dirinya. Oleh karena itu, ia harus diperlakukan secara hati-hati dengan
menyangkal semua penyebab kerusakan dan arah penyimpangan. Caranya antara lain
dengan memisahkan tempat tidur mereka (putra dan putri).
Hal ini sejalan dengan
teori yang diungkapkan Mahmud Junus bahwasanya aspek rohani termasuk dimensi
yang harus dijadikan sebagai isi kurikulum dalam pendidikan melalui perintah
shalat pada usia 7 (tujuh) tahun dan juga bersinggungan dengan dasar psikologis
yang ditawarkan al-Syaibani sebagai dasar pokok dalam kurikulum pendidikan Islam[11].
MAS Syamsudduha Cot
Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara sebagai salah satu lembaga
pendidikan Islam dituntut kontribusinya dalam memajukan dunia pendidikan Islam
serta lebih meningkatkan kualitas baik input dan output, terlebih dengan adanya
konteks otonomi dan desentralisasi pendidikan yang mana madrasah dituntut untuk
mandiri dalam mengelola lembaga pendidikannya termasuk dalam manajemen kurikulum
yang melibatkatkan seluruh komponen madrasah. Tujuan pendidikan yang
diprioritaskan selama ini terkadang hanya terfokus pada aspek kognitif saja,
semestinya aspek afektif dan psikomotorik juga harus diperhatikan.
Dari latar
belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Manajemen
Kurikulum Dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam Pada MAS Syamsudduha Cot Murong
Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara.”
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagi berikut:
1.
Bagaimana fungsi manajemen kurikulum MAS Syamsudduha Cot Murong Kecamatan
Dewantara Kabupaten Aceh Utara dalam mencapai tujuan pendidikan Islam?
2.
Bagaimana langkah-langkah guru dalam mengembangkan manajemen kurikulum MAS
Syamsudduha Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara?
3.
Apa sajakah keberhasilan yang dicapai dalam pengembangan kurikulum di MAS Syamsudduha
Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara?
C. Tujuan
Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.
Untuk mengetahui fungsi
manajemen kurikulum MAS Syamsudduha Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten
Aceh Utara dalam mencapai tujuan pendidikan Islam.
2.
Untuk mengetahui
langkah-langkah guru dalam mengembangkan manajemen kurikulum MAS Syamsudduha
Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara.
3.
Untuk mengetahui
keberhasilan yang dicapai dalam pengembangan kurikulum di MAS Syamsudduha Cot
Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara.
D. Penjelasan
Istilah
Adapun istilah
yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
1.
Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa
Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan
mengatur."[12]
Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.Manajemen
adalah proses pengkoordinasian dan pengintegrasian kegiatan-kegiatan kerja agar
diselesaikan secara efektif dan efisien melalui orang lain[13].
Manajemen merupakan suatu usaha yang
dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah dirumuskan sebelumnya yang
kegiatannya banyak terdapat pada organisasi perusahaan, bisnis, kesehatan dan
pendidikan.[14]
Dalam konteks skripsi ini manajemen diartikan sebagai segala sesuatu yang
berkaitan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka panjang.
Kata penting yang saling terkait di
sini adalah pengkoordinasian orang lain dan efektif efisien. Pengkoordinasian
orang lain artinya melibatkan orang lain, sedangkan efektif dan efisien untuk
menunjukkan berdaya guna dan berhasil guna. Pengkoordinasian orang lain tidak
berarti kegiatan tidak dapat dilakukan sendiri, hanya saja dalam pertimbangan
efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat
tercapai secara optimal dilibatkan tersebut, perlu dikelola atau ada proses
atau upaya pengkoordinasian yang disebut manajemen.
2.
Kurikulum
Secara
etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya
pelari dan curure yang berarti tempat berpacu. Jadi istilah kurikulum
berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi kuno di Yunani, yang mengandung
pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai
garis finish.[15] Dalam bahasa
Arab kurikulum bisa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang
terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan.[16] Sedangkan arti ”manhaj”/kurikulum
dalam pendidikan Islam sebagaimana terdapat dalam qanus at-Tarbiyah
adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga
pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.[17] Kurikulum merupakan segala usaha
sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, di dalam kelas, di halaman sekolah
maupun di luarnya, ataupun segala kegiatan di bawah tanggung jawab sekolah yang
mempengaruhi anak dalam pendidikannya.[18]
Adapun menurut penulis, Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
3.
Mencapai
Mencapai berasal dari kata
“capai” yang berarti raih, gapai, dan sebagainya.[19]
Kemudian kata tersebut diberikan imbuhan “pe” dan “an” menjadi “pencapaian” yang berarti
usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.
4.
Pendidikan Islam
Dalam Ensiklopedi pendidikan dijelaskan
bahwa pendidikan adalah ”usaha menusia untuk membawa si anak yang belum dewasa
dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala perbuatannya
secara normal.”[20] Dalam bahasa Inggris pendidikan identik dengan education
atau educ berarti pendidik.[21]
Educ berarti menghasilkan dan mengembangkan, mengacu kepada segala
sesuatu yang bersifat fisik dan material, yang meliputi spesies hewan dan tidak
terbatas pada hewan yang berakal atau manusia.[22]
Istilah pendidikan dalam pendidikan Islam disebut al-Ta’lim.
Al-Ta’lim biasanya diterjemahkan dengan pengajaran. Pendidikan juga disebut
dengan al-Ta’dib. Al-Ta’dib secara
etimologi diterjemahkan dengan perjamuan makan atau pendidikan sopan santun.[23]
Sedangkan Al-Ghazali menyebutkan pendidikan dengan sebutan al-Riyadhat.
Al-Riyadhat dalam arti bahasa diterjemahkan dengan olah raga atau
pelatihan.[24]
Sementara itu Islam berasal dari bahasa Arab yang
artinya menyerahkan diri, yaitu menyerahkan diri kepada Tuhan dengan tunduk dan
patuh kepada segala peraturan.[25]
Sedangkan Muhammad Abduh Memberikan definisi Islam adalah agama yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW dan terpelihara dan difahamkan dengan rapi dan teliti
sekali oleh para sahabat beliau dengan orang-orang yang hidup pada zaman
sahabat itu.[26]
Pendidikan Agama Islam adalah usaha bimbingan
secara sadar kepada anak didik untuk mengantarkan menjadi insan yang
berkepribadian luhur, mengerti, memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama
Islam yang dianutnya sebagai bekal hidup di dunia dan akhirat.[27]
Sedangkan yang dimaksud penulis, Pendidikan Agama Islam adalah salah satu mata
pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
E. Kegunaan
Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian
dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
Secara
teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai Manajemen
Kurikulum Dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam Pada MAS Syamsudduha Cot
Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Selain itu hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan
kajian bidang studi pendidikan.
Secara
praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam
memperbaiki dan mengaplikasikan Manajemen Kurikulum Dalam Mencapai
Tujuan Pendidikan Islam Pada MAS Syamsudduha Cot Murong Kecamatan Dewantara
Kabupaten Aceh Utara ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di
harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya
dalam dunia pendidikan Islam.
F. Kajian
Terdahulu
Diantara
para peneliti sebelumnya, antara lain :
Nama: Syarial Nim: A.
284268/3218 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim
Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2009
dengan judul dengan judul skripsi Implementasi Kurikulum
KTSP Dalam Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di SD Negeri 3 Bireuen metode
yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode Fiel reserch dengan
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Latar belakang penggunaan KTSP di SD Negeri 3 Bireuen adalah: tuntutan
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan
petunjuk dari dinas pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olah raga Kabupaten
Bireuen karena kurikulum sebelumnya (KBK) tidak diberlakukan lagi.
2.
Sebagian guru sejak awal sudah terlibat dalam proses penyusunan kurikulum
ini, akan tetapi ada juga yang masih memiliki pemahaman yang minim tentang
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hal ini terjadi karena bagi guru yang bertugas mengajar pada kelas
II tahun ini baru pertama kali berhadapan dengan kurikulum tersebut, karena
Kurikulum ini sendiri baru disahkan tahun 2006.
3.
Efektivitas implementasi KTSP dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di SD Negeri
3 Bireuen masih kurang efektif, karena guru masih belum paham secara benar
tentang KTSP karenan KTSP merupakan kurikulum baru yang masih dalam tahap
penerapannya, sehingga dalam mengimplementasinya dalam pelajaran PAI masih
dalam tahapan permulaan.
4.
Kendala yang dihadapai guru Aqidah Akhlak dalam implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, antara lain: faktor guru, faktor siswa, faktor
sarana, faktor media pembelajaran dan faktor orang tua.
5.
Solusi dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, antara lain:
memberikan pelatihan terhadap guru, memberikan sosialisasi KTSP bagi siswa,
menyediakan sarana, menyediakan media pembelajaran dan interaksi sekolah dan
orang tua.
Selanjutnya Nama: Suryani Nim: A.
275645/3745 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen
Pada tahun 2011 dengan judul dengan judul skripsi implementasi manajemen
kurikulum dalam meningkatan mutu pendidikan pada MIN Juli Bireuen metode
yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode Fiel reserch dengan
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Penerapan manajemen pembelajaran dalam meningkatkan mutu
pendidikan di MIN Bireuen itu melalui bebetapa tahapan yaitu: a). Perencanaan
yaitu: 1) Mengadakan kegiatan “ Raker” yaitu dengan membuat prota promes 2)
Merujuk pada tujuan pendidikan dan tujuan sekolah dalam satu dan lima tahun ke
depan. b). Pengorganisaian meliputi 1)Membagi tugas mengajar bagi guru sesuai
dengan bidang keahlian masing-masing. 2)Mengupayakan agar guru mengajar 5 hari
dalam 1 minggu. 3)Menyususun jadwal kegiatan perbaikan/remidi,mengadakan les
dan tryout. 4)Menyususn jadwal kegiaatnektra kurikuler. 5)Menyusun jadwal
pengajaran bagi guru tentang IPTEK. 6.)Menyusun jadwal pertemuan guru-guru
secara bergiliran. c). Pelaksanaan meliputi 1) seleksi siswa secar ketat. 2).
Pengelompokan siswa secara heterogen. 3)Prosesbelajar mengajar d)Evaluasi
meliputi menggunakan bentuk evaluasi sumatif dan formatif.
2.
Usaha-usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan meliputi
a). aspek tujuan b). aspek guru c). aspek siswa d). aspek alat e). aspek
kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat (3) Kendala-kendala yang dihadapi
antara lain a). Aspek anak didik b). Aspek pendidik c). Aspek dana d). Aspek
waktu
Selanjutnya Nama: Yusni Nim: A.
252421/2441 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen
Pada tahun 2012 dengan judul dengan judul skripsi Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di MTsN Bireuen metode yang digunakan dalam penelitiannya
adalah metode Fiel reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam. MTsN Bireuen memakai kurikulum KTSP dan melakukan
pengembangan kurikulum secara terus menerus dan mengikuti kurikulum pendidikan
Agama Islam dari Kementerian pendidikan Nasional.
2. Pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam
di MTsN Bireuen memiliki tujuan yang terpenting adalah mengembang siswa supaya
memiliki ahklak yang mulia. Dan kurikulum yang sudah di praktekkan di sekolah.
Penulis sangat menarik terhadap
penelitian diatas mengenai manajemen kurikulum, akan tetapi penelitian tersebut
belum menjelaskan secara detail tentang manejemen KTSP, sehingga terlihat belum
lengkap dalam sebuah penelitian. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian diatas adalah, dalam penelitian ini penulis mendiskripsikan manajemen
kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan islam.
[2] Tilaar,
Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 6.
[4] Paul
Suparno SJ, dkk., Reformasi Pendidikan; Sebuah Rekomendasi, (Yogyakarta: Kanisus, 2002), hal.
69.
[5] Nana
Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Cet. V, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), hal. 10.
[6] Abdullah
Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Gaya Media Pratama, 1999), hal. 15.
[9]Surya Subroto B., Proses Belajar Mengajar
di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal, 37
[12] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indanesia Ed. III,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal 427.
[13] Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Balai
Pustaka, 1989), hal. 483.
[15]Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu
Analisa Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 2000), hal. 176.
[18] Team
Didaktif Metodik Kurikulum IKIP Surbaya, Pengantar Didaktif Metodik Kurikulum
PBM, Cet. V, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hal. 103.
[21]John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus
Inggeris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hal. 207.
[22]Syeh Muhammad al-Nuquib al-Attas, Konsep
Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam,
Terj. Haidar Bagir, (Bandung: Mizan, 1994), hal. 65.
[23]Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta:
YP3A, 1973), hal. 149.
[24]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kadar Jaya, 2002), hal. 2.
[26]Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Terj.
Firdaus AN, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 193.
0 Comments
Post a Comment