Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Manajemen Kurikulum Dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman pelajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Di bawah pengaruh orang dewasa agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan, tugas-tugas sosialnya dalam bermasyarakat.[1] Maka terjadilah proses perubahan tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada.
Dengan demikian terlihat bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama orang dewasa. Oleh karena itu setiap orang dewasa terutama dewasa yang berprofesi sebagai pendidik maupun bergerak di bidang pendidikan dalam arti luas kiranya perlu memahami situasi umum pendidikan dewasa ini, menetapkan apa yang mereka harapkan di masa depan.
Dalam proses globalisasi yang sedang dan akan dihadapi oleh masyarakat dan bangsa Indonesia semakin lama semakin intens, maka pertanyaan segera muncul, bagaimanakah mengelola sistem pendidikan nasional agar dapat sejalan dengan dinamika yang sedang dan akan terjadi.[2] Salah satu tantangan besar lembaga-lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan Islam adalah bagaimana cara mengoptimalkan semua sumber daya yang dimilikinya.[3]
Seiring perkembangan tatanan masyarakat yang ditandai oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, tuntutan adanya teknologi yang sesuai dengan zaman menjadi relevan.[4] Dengan demikian kurikulum itu cukup elastis, sehingga terbuka untuk murid pada saat dan tempat tertentu.
Dalam hal ini guru menempuh kedudukan sentral, sebab perananya sangat menentukan. Ia harus bisa menerjemahkan dan menyebarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum, kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses pengajaran di sekolah. Guru tidak membuat atau menyusun kurikulum, tetapi ia menggunakan kurikulum, menjabarkan serta melaksanakannya melalui suatu proses pengajaran. Kurikulum diperuntukan bagi siswa, melalui guru secara nyata memberi pengaruh pada siswa pada saat terjadinya proses pengajaran.[5]
Menunjuk pada fungsi kurikulum pada proses pendidikan yang menyatakan sebagai alat untuk mencapai pendidikan, maka komponen-komponen yang saling mendukung satu sama lainya. Salah satu komponen kurikulum adalah komponen content atau isi. Komponen isi struktur program atau materi yang diprogramkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan isi atau materi yang dimaksud biasanya berupa materi bidang-bidang studi.[6] Salah satu bidang tersebut adalah Pendidikan Agama Islam.
Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan pendidikan, kurikulum berfungsi sebagai sarana pemberi arah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebab kurikulum merupakan landasan yang harus dilewati oleh seluruh lembaga pendidikan. Melihat hal tersebut, kurikulum memiliki fungsi tersendiri. Menurut S. B. Djamarah “kurikulum berfungsi sebagai alat untuk memberikan arah dan tujuan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam setiap lembaga pendidikan formal pencapaian kurikulum sangat menentukan dalam meningkatkan keberhasilan pembelajaran”.[7]
Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu studi di sekolah umum mempunyai peranan yang sangat strategis dan signifikan dalam pembentukan moral, akhlak dan didik yang sekarang ini berada pada titik terendah dalam perkembangan masyarakat Indonesia. Kegagalan Pendidikan Agama Islam untuk membuat dan menciptakan peserta didik dan berkarakter atau berkepribadian Islam tidak di kelas, yakni kelemahan guru agama Islam dengan mengemas dan mendesain serta membawakan mata pelajaran ini kepada peserta didik. Ditambah lagi disebabkan ketiadaan penguasaan manajemen modern bagi guru agama pendidik agama Islam dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, sehingga sampai saat ini sulit di kontrol dan dievaluasi keberhasilan dan kegagalanya. Padahal “quality control itu seharusnya menjadi pegangan dalam melaksankan proses Pendidikan Agama Islam, sejak ditingkat input kemudian di proses sampai pada outputnya”.[8]
Namun demikian dalam pendidikan formal, pembelajaran diberikan melalui interaksi antara guru dengan murid seperti yang terjadi di sekolah baik yang diselenggarakan oleh pemerintah atau sekolah-sekolah lainnya. Materi pelajaran pendidikan diberikan berdasarkan kurikulum yang disusun secara sistematis berdasarkan kelas-kelas yang dibuka dengan acuan Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Selama ini, sistem pengajaran terlihat pada lemahnya penerapan kurikulum yang di dalamnya mencakup materi pelajaran sebagai penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Sedangkan guru sebagai pengajar yang melakukan pembelajaran serta program-program pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam usaha pembentukan kepribadian siswa.
Pembelajaran merupakan proses berlangsungnya belajar mengajar di kelas yang merupakan kegiatan inti sekolah. Pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi antara guru dan siswa dalam rangka penyampaian bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, cara pengelolaan kelas yang baik, interaksi belajar mengajar dan cara menutup pelajaran.[9] Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di Madrasah Aliyah. Ia termasuk katagori mata pelajaran Agama. Tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini diharapkan agar siswa dapat mengetahui cita, rasa dan karsa yang Islami dan dapat mengambil manfaat positif untuk dapat direalisasikan dalam segala segi kehidupan pribadi mereka masing-masing.
Dalam agama Islam segala sesuatu tidak boleh dikerjakan secara asal-asalan. Semuanya harus teratur dan dikerjakan secara tertib. Terlebih lagi proses-prosesnya, semuanya harus terencana dengan baik dan teratur. Arah pekerjaan yang jelas juga landasan yang jelas dan cara-caranya yang transparan akan menjadikan perbuatan yang dikerjakan mendapatkan ridha dan hidayah dari Allah.
Sebenarnya manajemen dalam arti mengatur agar sesuatu itu teratur dan berjalan secara efektif dan efisien merupakan sesuatu yang disukai Allah, dan merupakan hal yang dianjurkan dalam syariat islam, bahkan boleh dikatakan hal itu termasuk kategori sunnah. Karena Nabi Muhammad Saw. tidak pernah melakukan sesuatu secara asal-asalan apalagi tanpa rencana. Memang manusia hanya bisa merencanakan, tetapi tanpa rencana maka tatanan segala sesuatu akan menjadi tidak karuan.
Terlebih lagi dalam melakukan proses pembelajaran yang hal tersebut merupakan perbuatan yang mulia, yang banyak hadist memujinya sampai-sampai mengatakan kegiatan tersebut lebih utama daripada ibadah sunnah, segala sesuatunya harus serba teratur dan transparan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien. Segala komponen-komponen yang ada dalam kegiatan tersebut harus diatur secara baik oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya.
Kurikulum yang merupakan inti dan isi dari pembelajaran tersebut juga harus diatur melalui manajemen agar pelaksanaannya dapat lebih signifikan, maka jika kurikulum tidak diatur dengan manajemen, proses pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan maksimal dan akan menjadi tersendat-sendat. Lebih-lebih dalam proses pembelajaran Islam, kurikulum harus ditata dengan manajemen yang teratur agar dapat menghasilkan manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yaitu insan kamil. Apalagi pada sekarang ini, dimana kurikulum sering berubah dengan seiringnya perubahan zaman dan kemajuan teknologi. Kurikulum pendidikan Islam diharapkan mampu bersaing dengan pendidikan non islam dan juga lulusannyapun diharapkan tidak kalah dengan pendidikan non islam.
Maka dari itu disamping kurikulum pendidikan Islam ditambah atau diperkaya lagi, karena hal itu lebih baik seperti perkataan ulama yaitu tradisi islam ialah mempertahankan yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik, juga manajemennya diatur agar pelaksanaan pembelajaran islam berhasil. Karena tanpa manajemen kurikulum yang baik, tidak mungkin pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Rasulullah Saw bersabda sebagai berikut:
عَنْ عَمْرِوبْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مُرُوا اَوْلاَدَكُمْ بِااصَّلاَةِ وَهُمْ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ اَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِالْمَضَاجِعِ ،(رواه ابوداود(
Artinya: Dari Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari neneknya ra berkata: Rasulullah SAW bersabda : Suruhlah anakmu shalat pada waktu umur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan sholat jika telah berumur sepuluh tahun. Dan pisahkan anak laki- laki dengan anak perempuan dalam tempat tidur mereka (HR. Abu Daud). [10]

Hadits ini menegaskan bahwa, ketika seorang anak menginjak usia 10 tahun maka instink yang dimilikinya sedang menuju ke arah perkembangan dan ingin membuktikan eksistensi dirinya. Oleh karena itu, ia harus diperlakukan secara hati-hati dengan menyangkal semua penyebab kerusakan dan arah penyimpangan. Caranya antara lain dengan memisahkan tempat tidur mereka (putra dan putri).
Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan Mahmud Junus bahwasanya aspek rohani termasuk dimensi yang harus dijadikan sebagai isi kurikulum dalam pendidikan melalui perintah shalat pada usia 7 (tujuh) tahun dan juga bersinggungan dengan dasar psikologis yang ditawarkan al-Syaibani sebagai dasar pokok dalam kurikulum pendidikan Islam[11].
MAS Syamsudduha Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam dituntut kontribusinya dalam memajukan dunia pendidikan Islam serta lebih meningkatkan kualitas baik input dan output, terlebih dengan adanya konteks otonomi dan desentralisasi pendidikan yang mana madrasah dituntut untuk mandiri dalam mengelola lembaga pendidikannya termasuk dalam manajemen kurikulum yang melibatkatkan seluruh komponen madrasah. Tujuan pendidikan yang diprioritaskan selama ini terkadang hanya terfokus pada aspek kognitif saja, semestinya aspek afektif dan psikomotorik juga harus diperhatikan.
Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul Manajemen Kurikulum Dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam Pada MAS Syamsudduha Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara.”
B.    Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.       Bagaimana fungsi manajemen kurikulum MAS Syamsudduha Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara dalam mencapai tujuan pendidikan Islam?
2.       Bagaimana langkah-langkah guru dalam mengembangkan manajemen kurikulum MAS Syamsudduha Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara?
3.       Apa sajakah keberhasilan yang dicapai dalam pengembangan kurikulum di MAS Syamsudduha Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara?
C.    Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.     Untuk mengetahui fungsi manajemen kurikulum MAS Syamsudduha Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara dalam mencapai tujuan pendidikan Islam.
2.       Untuk mengetahui langkah-langkah guru dalam mengembangkan manajemen kurikulum MAS Syamsudduha Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara.
3.       Untuk mengetahui keberhasilan yang dicapai dalam pengembangan kurikulum di MAS Syamsudduha Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara.
D.    Penjelasan Istilah
Adapun istilah yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
1.     Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti "seni melaksanakan dan mengatur."[12] Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.Manajemen adalah proses pengkoordinasian dan pengintegrasian kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efektif dan efisien melalui orang lain[13].
Manajemen merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah dirumuskan sebelumnya yang kegiatannya banyak terdapat pada organisasi perusahaan, bisnis, kesehatan dan pendidikan.[14] Dalam konteks skripsi ini manajemen diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka panjang.
Kata penting yang saling terkait di sini adalah pengkoordinasian orang lain dan efektif efisien. Pengkoordinasian orang lain artinya melibatkan orang lain, sedangkan efektif dan efisien untuk menunjukkan berdaya guna dan berhasil guna. Pengkoordinasian orang lain tidak berarti kegiatan tidak dapat dilakukan sendiri, hanya saja dalam pertimbangan efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara optimal dilibatkan tersebut, perlu dikelola atau ada proses atau upaya pengkoordinasian yang disebut manajemen.
2.     Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curure yang berarti tempat berpacu. Jadi istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish.[15] Dalam bahasa Arab kurikulum bisa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan.[16] Sedangkan arti ”manhaj”/kurikulum dalam pendidikan Islam sebagaimana terdapat dalam qanus at-Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.[17] Kurikulum merupakan segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luarnya, ataupun segala kegiatan di bawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak dalam pendidikannya.[18]
Adapun menurut penulis, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
3.     Mencapai
Mencapai berasal dari kata “capai” yang berarti raih, gapai, dan sebagainya.[19] Kemudian kata tersebut diberikan imbuhan “pe” dan “an” menjadi “pencapaian” yang berarti usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.
4.     Pendidikan Islam
Dalam Ensiklopedi pendidikan dijelaskan bahwa pendidikan adalah ”usaha menusia untuk membawa si anak yang belum dewasa dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala perbuatannya secara normal.”[20] Dalam bahasa Inggris pendidikan identik dengan education atau educ berarti pendidik.[21] Educ berarti menghasilkan dan mengembangkan, mengacu kepada segala sesuatu yang bersifat fisik dan material, yang meliputi spesies hewan dan tidak terbatas pada hewan yang berakal atau manusia.[22]
Istilah pendidikan dalam pendidikan Islam disebut al-Ta’lim. Al-Ta’lim biasanya diterjemahkan dengan pengajaran. Pendidikan juga disebut dengan      al-Ta’dib. Al-Ta’dib secara etimologi diterjemahkan dengan perjamuan makan atau pendidikan sopan santun.[23] Sedangkan Al-Ghazali menyebutkan pendidikan dengan sebutan al-Riyadhat. Al-Riyadhat dalam arti bahasa diterjemahkan dengan olah raga atau pelatihan.[24]
Sementara itu Islam berasal dari bahasa Arab yang artinya menyerahkan diri, yaitu menyerahkan diri kepada Tuhan dengan tunduk dan patuh kepada segala peraturan.[25] Sedangkan Muhammad Abduh Memberikan definisi Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan terpelihara dan difahamkan dengan rapi dan teliti sekali oleh para sahabat beliau dengan orang-orang yang hidup pada zaman sahabat itu.[26]
Pendidikan Agama Islam adalah usaha bimbingan secara sadar kepada anak didik untuk mengantarkan menjadi insan yang berkepribadian luhur, mengerti, memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama Islam yang dianutnya sebagai bekal hidup di dunia dan akhirat.[27] Sedangkan yang dimaksud penulis, Pendidikan Agama Islam adalah salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
E.    Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
              Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai Manajemen Kurikulum Dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam Pada MAS Syamsudduha Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang studi pendidikan.
              Secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan Manajemen Kurikulum Dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Islam Pada MAS Syamsudduha Cot Murong Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
F.     Kajian Terdahulu
Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain :
Nama: Syarial Nim: A. 284268/3218 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2009 dengan judul dengan judul skripsi Implementasi Kurikulum KTSP Dalam Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di SD Negeri 3 Bireuen metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode Fiel reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:
1.     Latar belakang penggunaan KTSP di SD Negeri 3 Bireuen adalah: tuntutan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan petunjuk dari dinas pendidikan, kebudayaan, pemuda dan olah raga Kabupaten Bireuen karena kurikulum sebelumnya (KBK) tidak diberlakukan lagi.
2.     Sebagian guru sejak awal sudah terlibat dalam proses penyusunan kurikulum ini, akan tetapi ada juga yang masih memiliki pemahaman yang minim tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hal ini terjadi karena  bagi guru yang bertugas mengajar pada kelas II tahun ini baru pertama kali berhadapan dengan kurikulum tersebut, karena Kurikulum ini sendiri baru disahkan tahun 2006.
3.     Efektivitas implementasi KTSP dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di SD Negeri 3 Bireuen masih kurang efektif, karena guru masih belum paham secara benar tentang KTSP karenan KTSP merupakan kurikulum baru yang masih dalam tahap penerapannya, sehingga dalam mengimplementasinya dalam pelajaran PAI masih dalam tahapan permulaan.
4.     Kendala yang dihadapai guru Aqidah Akhlak dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, antara lain: faktor guru, faktor siswa, faktor sarana, faktor media pembelajaran dan faktor orang tua.
5.     Solusi dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, antara lain: memberikan pelatihan terhadap guru, memberikan sosialisasi KTSP bagi siswa, menyediakan sarana, menyediakan media pembelajaran dan interaksi sekolah dan orang tua.
Selanjutnya Nama: Suryani Nim: A. 275645/3745 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2011 dengan judul dengan judul skripsi implementasi manajemen kurikulum dalam meningkatan mutu pendidikan pada MIN Juli Bireuen metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode Fiel reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:
1.     Penerapan manajemen pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan di MIN Bireuen itu melalui bebetapa tahapan yaitu: a). Perencanaan yaitu: 1) Mengadakan kegiatan “ Raker” yaitu dengan membuat prota promes 2) Merujuk pada tujuan pendidikan dan tujuan sekolah dalam satu dan lima tahun ke depan. b). Pengorganisaian meliputi 1)Membagi tugas mengajar bagi guru sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. 2)Mengupayakan agar guru mengajar 5 hari dalam 1 minggu. 3)Menyususun jadwal kegiatan perbaikan/remidi,mengadakan les dan tryout. 4)Menyususn jadwal kegiaatnektra kurikuler. 5)Menyusun jadwal pengajaran bagi guru tentang IPTEK. 6.)Menyusun jadwal pertemuan guru-guru secara bergiliran. c). Pelaksanaan meliputi 1) seleksi siswa secar ketat. 2). Pengelompokan siswa secara heterogen. 3)Prosesbelajar mengajar d)Evaluasi meliputi menggunakan bentuk evaluasi sumatif  dan formatif.
2.     Usaha-usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan meliputi a). aspek tujuan b). aspek guru c). aspek siswa d). aspek alat e). aspek kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat (3) Kendala-kendala yang dihadapi antara lain a). Aspek anak didik b). Aspek pendidik c). Aspek dana d). Aspek waktu
Selanjutnya Nama: Yusni Nim: A. 252421/2441 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2012 dengan judul dengan judul skripsi Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MTsN Bireuen metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode Fiel reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:
1.     Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. MTsN Bireuen memakai kurikulum KTSP dan melakukan pengembangan kurikulum secara terus menerus dan mengikuti kurikulum pendidikan Agama Islam dari Kementerian pendidikan Nasional.
2.     Pengembangan kurikulum pendidikan Agama Islam di MTsN Bireuen memiliki tujuan yang terpenting adalah mengembang siswa supaya memiliki ahklak yang mulia. Dan kurikulum yang sudah di praktekkan di sekolah.
Penulis sangat menarik terhadap penelitian diatas mengenai manajemen kurikulum, akan tetapi penelitian tersebut belum menjelaskan secara detail tentang manejemen KTSP, sehingga terlihat belum lengkap dalam sebuah penelitian. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah, dalam penelitian ini penulis mendiskripsikan manajemen kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan islam.


               [1] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003), hal. 1-2.

               [2] Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 6.
               [3] Djaswidi al-Hamdani, Pengembangan Kepemimpinan Transformasional Pada Lembaga Pendidikan Islam, (Bandung: Nuansa Aulia, 2005), hal. 11.

               [4] Paul Suparno SJ, dkk., Reformasi Pendidikan; Sebuah Rekomendasi, (Yogyakarta: Kanisus, 2002), hal. 69.

               [5] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Cet. V, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), hal. 10.
               [6] Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Gaya Media Pratama, 1999), hal. 15.

[7]S. B. Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal. 146.
               [8]Abdullah Idi, Pengembangan...., hal. 16.

[9]Surya Subroto B., Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal, 37
               [10] Abu Daud, Sunan Abu Dawud, (Jakarta: Al-fitiyan, 1980), hal. 495.

               [11] Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran (Jakarta: Hidakarya
Agung, 1978), hal. 11.
               [12] Departemen Pendidikan Nasional,  Kamus Besar Bahasa Indanesia Ed. III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal 427.

               [13] Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, 1989), hal. 483.

               [14] Sufyarma M, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan, (Bandung: Delta Pamungkas, 2003), hal. 189.

[15]Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 2000), hal. 176.

[16]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hal. 61.

[17]Ibid., hal. 61.
               [18] Team Didaktif Metodik Kurikulum IKIP Surbaya, Pengantar Didaktif Metodik Kurikulum PBM, Cet. V, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hal. 103.

[19]Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal. 233.

[20]Soeganda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976(, hal. 214.

[21]John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggeris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hal. 207.

[22]Syeh Muhammad al-Nuquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Haidar Bagir, (Bandung: Mizan, 1994), hal. 65.

[23]Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: YP3A, 1973), hal. 149.

[24]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kadar Jaya, 2002), hal. 2.

[25]Aboebakar Atjeh, Filsafat Akhlak dalam Islam, Cet. I, (Semarang: Ramadhani, 1971), hal. 21.

[26]Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Terj. Firdaus AN, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 193.
               [27] Muslam, Pengembangan Kurikulum PAI Teoritis dan Praktis, Cet. III, (Semarang: Pusat Kerajinan dan Pengembangan Ilmu-ilmu Keislaman, 2004), hal. 5.