Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Menyusui dan Kaitannya dengan Perkembangan Anak


A.    Menyusui dan Kaitannya dengan Perkembangan Anak


Hamka menyebutkan bahwa dari hasil penelitian para ahli kedokteran modern menyebutkan air susu ibu (ASI) lebih baik daripada susu lain.[1] Allah SWT mewajibkan kepada para ibu untuk menyusukan bayinya guna membuktikan bahwa air susu si ibu mempunyai pengaruh yang besar kepada si anak. Dari hasil penelitian pemeriksaan para ahli medis menunjukkan bahwa air susu ibu (ASI) tersusun dari saripati yang benar-benar murni, juga air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling baik untuk bayi, dan tidak disangsikan lagi oleh para ahli gizi. Disamping ibu dengan fitrah kejadiannya yang memiliki rasa kasih sayang yang mendalam sehingga penyusuan langsung dari ibunya. Berhubungan erat dengan perkembangan jiwa dan mental anak.[2]
Tubuh manusia diperkirakan membutuhkan 50 macam unsur dan senyawa yang harus diperoleh dari makanan dengan jumlah tertentu setiap hari. Bila gizi yang diperlukan oleh tubuh tidak memenuhi standar atau berlebihan, maka kesehatan yang optimal tidak akan dapat tercapai, karenanya dianjurkan mendiversifikasikan pangan dalam berbagai jenis pangan dan makanan. Dan bagi bayi pendiversifikasian tersebut harus diberikan melalui air susu ibu (ASI) sebagai makanan terlengkap dan termurah didunia.[3]
Dalam contoh sehari-hari bila seseorang mengubah pola pangan dari tradisional seperti beras, jagung, kacang-kacangan dan sayur-sayuran hijau yang kaya akan serat menjadi pola pangan modern seperti fast food (steak, ice cream, dll) yang miskin serat salah satu dampaknya bagi kesehatan tubuh manusia adalah mudahnya terkena penyakit. Zat gizi yang diperoleh dari mengkonsumsikan 300 gram nasi tidak sama dengan 300 gram jagung, juga tidak sama dengan 300 gram campuran singkong ditambah tempe, papaya dan susu. Dari berbagai jenis makanan, tidak satu jenis bahan makananpun yang sama dan mempunyai kandungan unsur gizi yang dibutuhkan tubuh kecuali air susu ibu (ASI) untuk bayi.
Sejalan dengan itu, Ibu Endang Sukara dari Puslitbang Bioteknologi LIPI yang mencoba menciptakan sapi-sapi perahan dengan kualitas air susu yang mendekati air susu ibu (ASI). Walaupun demikian Ibu Endang mengakui bahwa untuk menyamai air susu ibu (ASI) tidak akan bisa, paling tidak hanya bisa mendekati komponen utama dari air susu ibu (ASI).[4] Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi serta informasi secara global yang lewat berbagai saluran informasi baik melalui media cetak maupun media elektronik sering menyinalir bahwa susu formula atau susu buatan lebih unggul dan lebih murah biaya. Hal ini hanya dimanfaatkan oleh segolongan orang dan berbagai perusahaan susu untuk memasarkan produknya. Karena bagaimanapun air susu ibu (ASI) jauh lebih baik dari susu formula. Maka para produser mencoba mensejajarkan susu yang mereka hasilkan sama dengan susu asli. Ini kita lihat dari berbagai iklan susu formula yang seolah-olah mutunya dalam konteks pertumbungan bayi tidak ada bedanya.
Mensejajarkan air susu ibu (ASI) dengan susu formula dan mengiring masyarakat pada pengertian susu formula sama mutunya dengan air susu ibu (ASI) adalah upaya membodohkan masyarakat banyak demi kepentingan pemasaran produk yang dibuat oleh perusahan-perusahaan susu formula.
Data UNICEF sebagai lembaga yang menyantuni pengembangan anak dapat dijadikan pedoman menyangkut keunggulan air susu ibu (ASI). Menurut para pakar di badan dunia tersebut, air susu ibu (ASI) dapat menyelamatkan bayi dari resiko kematian terutama dinegara-negara berkembang. Bayi yang tidak disusui pada empat bulan pertama berisiko meninggal sepuluh sampai lima belas kali dibandingkan dengan bayi yang mengkonsumsikan air susu ibu (ASI) secara teratur minimal empat bulan setelah kelahiran.[5]
Perlunya memberi air susu ibu (ASI) segera setelah bayi lahir sampai batas ditentukan tersebut dalam jangka panjang dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang seutuhnya. Peningkatan kualitas manusia tersebut akan lebih baik lagi jika dilakukan lebih dini sejak janin dalam kandungan. Walaupun demikian tidak dapat dipungkiri lagi bahwa masih terjadi penurunan penggunaan air susu ibu (ASI) pada masa sekarang ini. Sehingga dengan pernyataan demikian lahirlah komitmen secara nasional maupun global yang salah satu sasarannya adalah memotivasi penyusuan bayi secara eksklusif sampai bayi berumur enam bulan.
Demikian pula bahwa menyusui anak secara eksklusif yang biasa dilakukan para wanita ternyata dapat menentukan pada tingkat kecerdasan akal. Jika empat bulan bayi setelah masa kelahiran bayi menyusui maka otaknya bisa berkembang 7 cm, sedangkan setelah empat bulan setelah kelahiran bayi baru disusui maka perkembangan otaknya hanya 3 cm. Dan juga selain menentukan tingkat kecerdasan akal, menyusui bayi secara eksklusif ditinjau dari segi psikologis juga dapat meningkatkan bimbingan antara anak dan ibu.
Pengaruh air susu ibu (ASI) pada rohani lebih kuat ketimbang pada jasmaninya, sehingga besar pula pengaruhnya terhadap akal, perasaan dan karakter. Seorang ibu pada waktu menyusui anak tidak Cuma sekedar menyusui, tetapi disertai dengan perasaan kelembutan, kasih sayang dan penuh belaian sehingga dengan demikian perasaan kasih sayang itu akan tumbuh dalam diri seorang anak. Patut disayangkan bagi para ibu-ibu yang tidak mau memberi air susu ibu (ASI) kepada bayinya karena takut kehilangan kecantikan, padahal apalah artinya kecantikan yang dijaga tersebut yang suatu saat nanti juga akan hilang ditelan ketuaan bila dibandingkan dengan balasan yang diberikan oleh anak kelak jika mendapat air susu ibu (ASI) ketika kecilnya. Pemberian air susu ibu (ASI) bukan sekedar untuk kebutuhan fisik saja tapi juga yang lebih penting adalah pembentukan kepribadian anak.
Sehubungan dengan tugas yang mulia nan suci itu Islam memberikan dispensasi (kelonggaran) bagi ibu yang sedang menyusukan anaknya untuk tidak berpuasa pada bulan ramadhan, meskipun perlu menggantikannya pada bulan yang lain. Rasulullah juga pernah mencegah seseorang yang ingin menceraikan isterinya pada waktu bayinya masih sedang umur menyusui.[6]
Harus diingat oleh para ibu, air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi yang sudah siap diimunisasikan, anti segala penyakit anak sehingga ia dapat terhindarkan dari segala penyakit yang biasa menyerang bayi yang menghisap susu dari botol. Selain itu komponen air susu ibu (ASI) juga tidak akan tertandingi oleh jenis susu apapun, baik susu lembu, kambing maupun susu formula lainnya. Air susu ibu (ASI) memang diciptakan oleh Allah SWT lengkap dengan seluruh unsur yang dibutuhkan oleh pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.















[1]Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), Tafsir …, hal. 290.

[2]Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid I, (Jakarta: Proyek Pengembangan Kitab Suci Al-Qur’an, 1984), hal. 414.

[3]Roesli Utami, Mengenal Air susu ibu (ASI) Eksklusif, Cet. III, (Jakarta: Trubus Agriwidya, 2005), hal. 18.
[4]Endang Sukara, LIPI Kembangkan Sapi dengan Susu Mendekati ASI, (Jakarta: Puslitbang LIPI, 1994, hal. 4.
[5]Ibid., hal. 4.
[6]Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Bulan Bintang, 2001), hal. 851.