A.
Model Pembelajaran Untuk Anak
Berbakat
Proses atau
metode penyampaian materi adalah cara kedua untuk mendeferensiasi kurikulum
bagi siswa yang memiliki kemampuan atau kecerdasan luar biasa. Siswa ini sering
menunjukkan kemelitan yang tidak dapat dibendung, hasrat untuk mendalami subyek
yang diminati, keinginan untuk belajar mandiri, kapasitas dan komitmen untuk
melakukan penelitian dan kemampuan untuk berpikir dengan cara-cara yang berbeda
dari siswa lainnya. “Kemampuan-kemampuan ini jika digandeng dengan tujuan
pendidikan bertujuan untuk menyiapkan siswa belajar mandiri dan belajar seumur
hidup, menuntut guru untuk memodifikasi cara penyampaian konten dan cara siswa
belajar”[1].
Program yang memungkinkan guru untuk membuat
modifikasi proses tanpa mengganggu kelancaran pembelajaran di dalam kelas, adalah
antara lain program yang menggunakan teknik pertanyaan tingkat tinggi,
simulasi, membuat kontrak belajar, menggunakan mentor, buku-buku yang sesuai
untuk siswa berbakat, dan pemecahan masalah masa depan. Namun, seperti halnya
dengan modifikasi konten, struktur program semata-mata tidak cukup untuk
menjamin kurikulum yang tepat untuk siswa berbakat. Perubahan dalam cara
penyampaian materi dan peran baik guru maupun siswa perlu disesuaikan.
Fleksibilitas merupakan kunci keberhasilan
dalam modifikasi proses dan metode pembelajran. Hanya menggunakan salah satu
metode penyamapain, apakah itu metode penemuan sendiri tidaklah tepat. Guru
yang berpengalaman dapat membantu siswa memahami materi yang dipelajari. Mereka
dapat menyesuaikan metode pembelajaran yang paling bermanfaat bagi setiap
siswa, karena gaya belajar siswa dapat berbeda-beda. Oleh karena itu, beberapa
metode yang berbeda dapat digunakan pada saat yang sama.
1. Modifikasi produk belajar
Produk belajar siswa merupakan bidang lain
yang didiferensiasi untuk siswa berbakat di dalam kelas. Siswa berbakat dapat
menggunakan kemampuan mereka untuk mendalami topik dan menunjukkan kreativitas
dan komitmen dalam merancang produk-produk divergen berdasarkan
pengalaman belajarnya.
Guru memberikan beberapa alternalif kepada
siswa mengenai produk yang akan dihasilkan dan kesempatan untuk merancang
produknya sendiri. Siswa membuat jurnal, menulis untuk koran sekolah, melakukan
drama, wawancara dan kritik untuk menyimpulkan dan menyampaikan pengetahuan
yang telah mereka peroleh dalam satuan pokok bahasan mata pelajaran tertentu.
Siswa sering memerlukan dorongan untuk menciptakan produk divergen.
2. Modifikasi lingkungan belajar
Jika di dalam kelas biasa akan ada program
untuk siswa berbakat, maka perlu diciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan
semua siswa merasa bebas untuk belajar dan dapat belajar dengan caranya
sendiri. Lingkungan belajar amat menentukan keberhasilan siswa. Siswa akan
lebih banyak mengajukan pertanyaan di dalam lingkungan dimana dia merasa aman.
Siswa cenderung menjadi belajar seumur hidup dalam lingkungan yang menghargai
belajar, dan mengajar siswa bagaimana menggunakan bahan, sumber, waktu dan
bakat mereka sendiri untuk menjajaki bidang-bidang minatnya sendiri.
Agar program siswa berbakat berhasil,
diperlukan lingkungan yang berpusat pada siswa. Lingkungan yang berpusat pada
siswa menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut[2]:
a. Siswa menjadi mitra dalam membuat keputusan tentang
kurikulum.
b. Pola duduk yang memudahkan siswa.
c. Kegiatan dan kesibukan di dalam kelas.
d. Rencana belajar yang diindividualkan.
e. Keputusan dibuat bersama oleh guru dan siswa jika
mungkin.
Dengan modifikasi lingkungan belajar
tradisional yang berpusat pada guru ke lingkungan belajar yang berpusat pada
siswa, siswa menjadi pelajar yang aktif, madiri, dan bertanggung jawab, dan
semua siswa termasuk siswa berbakat dimungkinkan untuk memperoleh pembelajaran
yang sesuai dengan minat dan tingkat kemampuan mereka.
3. Pembelajaran Induktif.
Salah satu kepedulian yang menjadi bagian
integrasi dari permasalahan anak berbakat adalah metode pembelajarannya.
Srategi pembelajaran bagi anak berbakat harus terfokus pada belajar bagaimana
seharusnya belajar. Strategi itu harus sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektual dan social siswa serta tuntutan dan kesempatan dalam situasi
belajar.
Metode yang paling sesuai dengan tuntutan
patokan itu adalah metode pembelajaran induktif, divergen dan berfikir evaluative.
Berfikir induktif biasanya bertolak dengan berfikir deduktif, sebenarnya kedua
pendekatan tersebut perlu dalam setiap pembelajaran. Namun yang terjadi di
berbagai sekolah pada umumnya mengggunakan pembelajaran deduktif saja. Berfikir
deduktif siswa hanya dituntut atau diarahkan pada satu jawaban yang benar
(berfikir konvergen). Sebaliknya pembelajaran induktif mengarahkan siswa
untuk berfikir divergen, sebenarnya tidak ada satu jawaban.
Pembelajaran yang bersifat induktif memiliki
rasional yang kuat untuk meningkatkan:
a. Penggunaan intelegensi secara optimal dengan memanfaatkan
secara penuh berfungsinya kedua belahan otak
b. Kemampuan mengarahkan diri pembelajaran dan tanggung
jawab untuk memperoleh kemajuan dalam mencapai sasaran jangka panjang atau
jangka pendek
c. Kemampuan untuk mensintesis, informasi perolehan konsep dan
generalisasi
d. Kemampuan mentrasfer belajar dalam situasi berbeda
4. SEM (schoolwide enrichement mode)
Program ini di dasarkan atas konsep
pengembangan berbakatan yang menggunakan kriteria jamak (multiple criteria)
pada proses seleksinya dan tidak pada asas ya atau tidak diterimanya siswa itu.
Adapun ciri utama model ini adalah memberi tanggung jawab yang lebih besar pada
guru kelas atau orang yang ditugasi menangani program. Ini disebabkan karena
sebagian besar kegiatan siswa tetap ada di dalam kelas dengan guru yang ada di
kelas. Kegiatan berorientasi proses harus sejauh mungkin dapat berjalan
bersamaan dengan kurikulum umum yang sedang berjalan, karena hal itu dapat juga
mengurangi eksklusivisme.
5. Pengelompokan kemampuan belajar
Telah banyak disinggung tentang pengelompokan
anak-anak berbakat dalam proses belajar. Meskipun ada yang berbeda pendapat
dengan metode pengelompokan ini. Namun, satu hasil yang jelas tampak, anak
berbakat mendapat perolehan yang lebih banyak dalam program yang sifatnya
khusus dari pada mereka dicampur dengan anak lainnya. Ada dua ciri khas program
yang menjadikan dampak efektif ini terjadi, yaitu:
a. Siswa diseleksi secara amat ketat. Mereka secara homogen
memiliki bakat akademis yang luar biasa. Adaptasi dari pembelajaran harus
disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
b. Guru yang pada umumnya memiliki keterlekatan tugas dalam
memenuhi kebutuhan anak itu dan akan menggunakan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan luar biasa anak berbakat itu.
0 Comments
Post a Comment