Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Model Penilaian Untuk Anak Berbakat


A.    Model Penilaian Untuk Anak Berbakat


Proses penilaian anak berbakat tidak berbeda dari penilaian anak lainnya. Namun, karena kurikulum anak berbakat berbeda dalam cakupan tujuan, terdapat perbedaan pula dalam penerapan penilaian itu. Penerapan penilaian itu mencakup ciri-ciri belajar yang berkenaan dengan tingkat berfikir tinggi dan keterampilan intelektual tinggi pula.
Berbagai alat penilaian anak berbakat sering mengandung tesis bahwa anak berbakat mampu menilai hasil kinerjanya secara kritis. Selain itu, setiap anak harus memperoleh umpan balik tentang hasil kinerjanya secara terbuka. Setiap assessment sebenarnya merupakan bagian dari suatu proses penyerahan (referral), yang mengarahkan anak pada suatu program atau latihan tertentu. Biasanya penilaian yang menunjuk pada suatu assessment dilakukan oleh guru yang bukan saja mengenal muridnya, melainkan juga melatih, mendidik dan mengamatinya sehari-hari. Assessment ini merupakan langkah dalam proses referral-placement (penyerahan-penempatan) tertentu dan merupakan rangkaian upaya perolehan informasi dan bukan semata-mata hasil proses itu.
Pengukuran ada dua macam yaitu: pengukuran dengan acuan norma (norm-reference) dan pengukuran acuan kriteria (criterion-reference). Tujuan pengukuran berbeda-beda. Bila kita hedak membandingkan anak tertentu, maka kita perlakukan pengukuran acuan norma (norm-reference) dengan :
a.      Membandingkan anak berbakat tersebut dengan seluruh populasi
b.     Membandingkan anak berbakat dengan teman sebaya
c.      Membandingkan anak berbakat dengan populasi anak berbakat saja
d.     Membandingkan anak berbakat dengan dirinya sendiri.
Sebaliknya, proses dan produk belajar yang mengacu pada ketuntasan belajar (criterion-reference) menggunakan instrument dan prosedur yang merupakan:[1]
a.      Pengejawantahan dari kekhususan layanan pendidikan anak berbakat
b.     Hasil umpan balik untuk keperluan tertentu
c.      Pemantulan tingkat kemantapan penguasaan sautu materi sesuai dengan sifat, keterampilan, kemampuan atau kecepatan belajar seseorang.
Sesungguhnya skor yang diperoleh dari dua cara pengukuran ini menghasilkan dua jenis keterangan, yaitu (a) derajat keberhasilan peserta didik dalam mencapai kriterion, (b) urutan relatif dari individu berdasarkan hasil kinerja masing-masing dalam tes yang pertama menggunakan kriterion kinerja tertentu sebagai standar mutu, dan yang kedua menggunakan norma kelompok sebagai standar yang bersifat relatif.
Sebenarnya konsep pengukuran hasil belajar harus dilihat sebagai suatu kontinum dari perolehan pengetahuan dari rentang tidak adanya penguasaan sampai dengan perbuatan dan kinerja penguasaannya. Hasil belajar seseorang terletak pada suatu titik pada garis lanjut ini, seperti ditandai oleh kinerjanya. Cara penilaian ataupun pengukuran ini tidak selalu menunjuk pada hasil akhir yang diinginkan, melainkan merupakan petunjuk tahap kriterion titik mana yang dikuasai individu, sehingga memberikan keterangan mengenai taraf kemampuan yang dicapai tanpa bergantung pada kinerja temannya. Sebaliknya, pengacuan aturan norma terutama membandingkan keberhasilan seseorang dengan temannya.
Unsur-unsur agar penilaian efektif bagi anak berbakat yaitu:[2]
1.     Pra-penilaian (pre-assessment)
Pra-penilaian adalah suatu metode, strategi, atau proses yang digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan atau ketertarikan siswa saat ini untuk menyusun pembelajaran yang tepat. Pra-penilaian:
a.      Memberikan data dan informasi yang bisa menentukan pilihan atau tingkat pembelajaran bagi siswa dalam kelas terpisah.
b.     Membantu pengajar memahami sifat perbedaan-perbedaan pembelajaran pada siswanya sebelum menyusun pembelajaran
c.      Memungkinkan siswa untuk menampilkan penguasaan, menandakan perlunya untuk penyusunan, atau untuk menunjukkan dimana perbaikan diperlukan sebelum pembelajaran dimulai.
2.     Penilaian Formatif (formative assessment)
Penilaian formatif dilakukan oleh para pendidik untuk menentukan pengaruh aktivitas pembelajaran untuk membuat keputusan tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya bagi seorang siswa. Tipe penilaian ini seringkali dilakukan selama pengajaran pelajaran aktual atau pemantauan praktik mandiri, meskipun ini bisa dilakukan juga ketika pengajar mencerminkan pada periode pengajaran paling terbaru. Penilaian formatif:
a.      Memberikan data tentang apakah siswa memahami tugas yang diberikan dan bisa menyelesaikannya dengan baik
b.     Memungkinkan pengajar untuk melakukan penyesuaian pada tugas atau pelajaran pada siswa cakap dan berbakat lebih baik atau memenuhi kebutuhan pembelajaran khusus mereka.
c.      Mendorong perencanaan jangka pendek yang terbuka pada performa siswa terbaru.
3.     Penilaian Sumatif (summative assessment)
Penilaian sumatif dilakukan ketika data performa siswa diringkas untuk komunikasi pada penyimak yang tertarik, meliputi siswa, orangtua, pegawai sekolah lain, para penyandang dana, dan masyarakat umum. Penilaian performa paling umum diluar kelas siswa adalah laporan hasil tes pencapaian standar. Tipe laporan ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi area-area khusus kurikulum atau populasi siswa khusus yang mencapai sasaran kurikulum atau tidak. Bagi populasi berbakat, seringkali berguna untuk menentukan jumlah siswa yang selalu mendapat nilai mendekati sempurna. Ini bisa menjadi indikator ketidaktepatan pendekatan kurikulum dan pembelajaran yang diterapkan dalam kelas umum. Bentuk yang paling umum dari penilaian sumatif yang diberikan pada tingkat siswa adalah angka. 



               [1] Utami Munandar, Mengembangkan....., hal. 49.
               [2] Ibid., hal. 50.