Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Nilai Pendidikan Islam dalam Pemberian ASI bagi bayi


A.    Nilai Pendidikan Islam dalam Pemberian ASI bagi bayi


Para ibu telah menyusui bayinya dari generasi kegenerasi. Kini, alternatif lain dari ASI telah tersedia secara luas dan mudah, tetapi kebanyakan ibu memilih menyusui sendiri paling tidak selama masa-masa awal karena mereka merasa itulah yang terbaik bagi diri dan bayinya. Memberi makan bayi dengan ASI bukan saja memberinya awal kehidupan yang sehat dan bergizi, tetapi juga merupakan cara hangat, penuh kasih sayang dan menyenangkan dan mengandung nilai-nilai pendidikan lainnya. Bayi akan merasa aman, terlindungi dan disayang. Untuk nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam pemberian ASI dapat dijelaskan sebagai berikut:

a.      Nilai Kasih Sayang
Pada masa menyusui kejiwaan anak sangat dipengaruhi oleh cinta kasih ibu yang pertama yang merupakan insting keibuan terhadap anaknya. Oleh karenanya si ibu itu bukanlah karena terpaksa harus menyusukan anaknya sampai 2 tahun, tetapi karena adanya insting keibuan baginya. Firman Allah dalam surat Al-Luqman ayat 14:
وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ) لقمان: ١٤(

Artinya: Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada dua orang ibu bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kembalimu (QS. Al-Luqman: 14).

 Jika ada orang tua yang merasa terpaksa menyusui anaknya, maka orang tersebut dapat dimasukkan kedalam golongan abnormal. Pada zaman sekarang dengan adanya kemajuan dibidang peradaban modern, banyak ibu yang memperkosa hak anak-anaknya, karena si ibu merasa tidak senang air susunya itu dihabiskan oleh anak-anaknya, karena merasa tubuhnya akan hilang (luntur) kecantikannya sehingga sebagai gantinya diberi susu buatan. Padahal mereka tidak tahu bahwa susu ibu itulah yang dapat menanam kasih sayang ibu dan rasa gembira yang dapat memuaskan seluruh keluarga. Karena perkembangan anak dengan susu ibu berbeda perkembangan anak dengan susu buatan.
Anak lebih gembira dan senang kelihatannya jika ia dibesarkan dengan susu ibunya bila dibandingkan dengan kegembiraan dan senang jika ia dibesarkan dengan susu buatan. Pertumbuhan anak pada masa bayinya sangat mempengaruhinya nanti terutama dalam mempersiapkan dan memperkembangkan pertumbuhan otak. Dalam hal ini tentu pemeliharaan dan kesiapan dalam memberikan kasih sayang sangat dibutuhkan disamping juga dalam memelihara dan mengembangkan inderanya. Perilaku yang dapat ditanamkan dalam masa ini adalah perilaku yang tampak dalam insting keibuan, artinya kegiatan ibu secara ikhlas dalam menanam rasa kasih sayang, menanam rasa gembira keluarga, penyesuaian/pengenalan luar dan bahasa ibu serta pengontrolan air besar dan kecil sianak.[1]
Semua gambaran perilaku dan kegiatan tersebut akan menjadi penyempurnaan dalam membentuk otak anak dan menjadi dasar pula dalam usaha pengembangan akal secara sempurna. Orang yang tidak sempurna akalnya akan menjadi hambatan dalam proses perkembangan. Menyusui anak oleh ibunya sendiri merupakan awal dari sebuah usaha untuk menanggulangi kekrisisan pada remaja. Ini disebabkan oleh ikatan antara anak dan ibu erat, sianak merasakan langsung curahan kasih sayang ibu sehingga ia tidak perlu mencari-cari bukti dan itu sudah tertanam secara alami melalui ASI yang ia minum. Hal ini akan membina sebuah sikap mulia pada diri anak pada masa dewasanya kelak, sebagaimana sikap sang ibu kepada ibunya sendiri yang telah melahirkannya. Semua yang masuk pada diri ibu baik yang positif maupun yang negatif akan langsung dirasakan oleh anak. Jika ibu terbiasa dengan perasaan baik, makanan yang baik, hubungan yang dekat itu akan memberikan pengaruh langsung kepada anak. Sehingga anak akan selalu mengingat pengorbanan para orang tuanya,[2] hal ini senada dengan firman Allah dalam surat Al-Isra ayat 24:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً) لإسراء: ٢٤(

Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil (QS. Al-Isra:24).

Rasulullah SAW juga menganjurkan bahkan beliau memerintahkankan dengan perintah yang wajib untuk berbakti kepada orang tua, karena keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua pula. Hal ini sesuai dengan hadist beliau sebagai berikut:
عن ابن مسعد رضى الله عنه عن لنبى صلى الله عليه وسلم قال رضى الرّبّ في رضى الوالدوسخط الرّبّ في سخط الولد(متفق عليه)
Artinya: Dari Ibnu Mas’ud RA. Bahwa Nabi SAW bersabda: Ridho Tuhan terletak pada ridho orang tua, demikian juga kemurkaan Tuhan terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Al-Bukhari ).[3]

b.     Nilai Kecerdasan
Saat lahir, otak bayi relatif kecil ukurannya. Tapi selama dua tahun pertama kehidupannya, otak bayi bertumbuh sangat pesat dibandingkan masa lain dalam hidupnya. ASI mengandung rangkaian rantai panjang asam lemak tak jenuh (LCP) yang amat kompleks, yang diketahui sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, khususnya dibagian yang berhubungan dengan intelegensia.[4] LCP kini ditambahkan kebeberapa merk susu formula dan sejumlah penelitian menunjukkan adanya perbedaan karena LCP ini berasal dari sumber bukan manusia, zat ini tetap tak dapat menyamai apa yang terkandung dalam ASI, dan fungsinya juga berbeda.
Bayi yang disusui lebih cerdas daripada bayi yang diberi susu botol, meski mengukur tingkat intelegensia adalah tugas yang sulit dalam riset medis, apakah kegiatan menyusui yang mendorong perkembangan intelegensia, melalui kontak mata yang terjadi dan interaksi antara ibu dan bayinya ataukah karena bahan-bahan yang terkandung dalam ASI. Tampaknya bahan yang terkandung dalam ASI berperan dalam meningkatkan intelegensia dan sebagian mungkin hasil interaksi antara ibu dan bayinya.[5]
Sekarang sangat banyak iklan-iklan susu yang menggambarkan khasiat susu yang mampu membuat bayi menjadi pintar bahkan menjadi juara dalam berbagai hal. Sejumlah zat dengan nama-nama ilmiah  disebar luaskan:. Omega-3, omega-6, AA, DHA, dan lain-lain. Dengan zat-zat yang terdengar Asing ditelinga masyarakat umum itu disampaikan pesan kalau dengan minum susu itu (susu formula) anak akan menjadi sehebat Enstein. Intinya masyarakat diajak berbondong-bondong pindah ke susu formula.
Otak terdiri atas sekitar 60 % lemak dan sebagian besar diantaranya terdiri atas asam lemak, omega-3, termasuk didalamnya DHA. Sebagian besar mereka berada dalam membran sel dari neuron yang berada dalam otak. Kecerdasan otak manusia ditentukan sejak dalam kandungan dan pada tahun-tahun awal hidupnya. DHA sangat berperan untuk perkembangan otak bayi dan anak pada saat itu. Para ilmuwan menunjukkan bahwa air susu ibu menyumbang DHA dalam jumlah besar.[6] Itu sebabnya menyusui jelas mendorong peningkatan intelegensia bayi.
Para ilmuwan juga telah menemukan bahwa sejumlah penyakit mental termasuk parkinson, depresi, alzheimer dan skizofrenia berhubungan dengan defisiensi/kekurangan asam lemak esensial dan tidak seimbangnya asam lemak omega-3 dan omega-6.[7] Dalam membentuk otak anak akan menjadi dasar pula dalam usaha pengembangan akal secara sempurna. Orang yang tidak sempurna akalnya akan menjadi hambatan dalam proses perkembangan. Untuk ini diperhatikan ayat 5 surat An-Nisa’:
وَلاَ تُؤْتُواْ السُّفَهَاء أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللّهُ لَكُمْ قِيَاماً وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُواْ لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفا     ) النساء: ٥(
Artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (yang berada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupannya. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (QS. An-Nisa’: 5)

Berikut adalah pandangan ulama tentang manfaat ASI bagi kecerdasan bayi adalah sebagai berikut:
1)     Padangan Ibnu Khaldun
ASI mengandung nilai nutrisi yang secara kuantitas seimbang serta secara kualitas sangat unggul. Komposisi nutrien atau zat gizi yang terkandung di dalam ASI sangat tepat dan ideal untuk tumbuh kembang anak. Di samping itu, komposisi ASI juga menyebabkan bayi dan anak yang mengonsumsi terjaga kesehatannya. ASI bukan merupakan tempat penularan dari sebagian besar infeksi pada ibu. Oleh karena itu, menyusui merupakan tindakan terbaik bagi ibu dan bayi.[8]
2)     Pandangan Al-Ghazali
Kecerdasan anak ditentukan oleh interaksi sejumlah faktor. Salah satu faktor penting penentu kecerdasan adalah nutrisi, terutama pemberian ASI sejak lahir untuk waktu cukup lama atau eksklusif enam bulan. ASI juga dapat memenuhi semua kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang. ASI sebagai makanan bayi paling ideal dan tidak dapat digantikan oleh susu formula sudah tidak dapat disangkal lagi, ujarnya.[9]
c.      Nilai Komunikasi
Pada saat bayi baru lahir kedunia merupakan saat-saat yang paling tepat untuk mengenalkan bayi pada payudara ibunya sekaligus menjadi pembuka keran untuk alat produksi ASI. Proses ini lebih dikenal dengan nama inisiasi dini. Penyusuan pertama biasanya dilakukan setelah bayi lahir tanpa perlu dimandikan terlebih dahulu. Dan bayi dibiarkan untuk mencari sendiri puting susu ibu karena ibu dan bayi akan sama-sama mendapatkan banyak manfaat. Proses tersebut akan membuat ikatan batin antara ibu dan anak untuk pertama kalinya. Inilah saat-saat pertama bayi berkomunikasi dengan ibunya melalui sentuhan batin.[10]
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk menyusui dengan kelengkapan fisik dan kemampuan biologis untuk melakukan kegiatan menyusui. Tubuh ibu didesain sedemikian rupa agar bisa melaksanakan tugas itu dengan baik. Jika ibu menolak untuk menyusui sama kiranya dengan menolak kodrat Ilahi menjadi makhluk menyusui.
Menyusui bukan sekedar aktifitas menyuapi makanan dan minuman. Bukan juga sekedar rutinitas seorang ibu sesudah melahirkan. Menyusui juga pembentukan ikatan antara ibu dan anak melalui kontak fisik maupun hati. Bagi ibu, inilah awal pendidikan untuk anaknya. Pendidikan yang dilandasi oleh kasih sayang sekaligus penyaluran kasih sayang dari Allah Yang Maha Pengasih. Bagi anak, inilah simbol perlindungan dan pelajaran hidup. Kelak setelah remaja ia tak akan kekurangan kasih sayang dan mencari-cari ke jalanan yang tak jelas arahnya. Hal ini akan sejalan dengan harapan para ibu yang difirmankan Allah dalam surat Al-Furqan ayat 74 yang berbunyi:
... رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاما ً) الفرقان: ٧٤(

Artinya:   ...Ya Allah yang memelihara kami, anugerahkanlah kepada kami dari pasangan kami dan keturunan kami sebagai permata penyejuk hati kami. Dan jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al-Furqan:74)

Setiap perbuatan bergantung pada niatnya. Orang yang sering memaknainya sebagai motivasi. Motivasi yang kuat akan menguatkan pelaksanaan setiap pekerjaannya. Sebaliknya motivasi yang lemah akan sering melemahkan pekerjaannya.[11] Demikian pula dalam menyusui, tidak setiap ibu mendapatkan kelancaran air susu sejak hari pertama. Jika ibu yang memiliki motivasi yang kuat akan terus mencoba menyusui berapapun ASI yang didapatnya. Semakin sering bayi menghisapnya produksi susu akan semakin bertambah. Hal tersebut adalah salah satu contoh yang membutuhkan kesabaran pada diri sang ibu dalam menyusui anaknya. Belum lagi jika menggunakan waktu hingga dua tahun. Kesabaran ibu untuk memberikan ASI pada bayi mutlak dibutuhkan.[12]
Periode emas pertama pertumbuhan otak dimulai beberapa saat setelah terjadinya konsepsi. Pada saat ini proses tumbuh-kembang otak melaju dengan pesat. Dan periode emas kedua terjadi pada akhir kehamilan sampai bayi lahir berusia kurang-lebih dua tahun. Pada periode ini, semakin awal sel otak dirangsang semakin banyak terjadi jaringan di antara sel-sel saraf tersebut. Jika bayi segera disusui dan didekap dengan hangat, dia akan menerima berbagai stimulasi seperti sentuhan kulit (skin to skin contact) dan mencium aroma khas ibunya. Dia juga akan merasakan kehangatan dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenalnya sejak masih dalam kandungan. Hasilnya otak dan sistem saraf bayi pun berkembang dengan optimal.[13]
Belum lagi jika ibu mengajaknya berbicara selama menyusui terutama dengan dirinya. Proses demikian akan membentuk komunikasi langsung antara ibu dan sibayi. Ini akan meningkatkan kelekatan antara mereka. Kondisi ini akan menumbuhkan rasa percaya pada sikecil karena dia tahu ada seseorang yang selalu ada apabila dibutuhkan. Menyusui jelas lebih memberikan rasa hangat dan hubungan yang mesra dengan bayi. Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih sering dipeluk sehingga ia merasa aman, dilindungi dan dicintai. Bayi yang baru lahir tentulah memerlukan kehangatan lebih daripada selimut tebal. Kehangatan badan ibu akan menguatkan fisik maupun mentalnya.
Ibu adalah orang yang pertama dikenal oleh bayi. Saat ia masih banyak terpejam, pendengarannya telah mengenali suara ibu. Detak jantung ibu adalah irama yang paling dikenali sekaligus paling disukainya. Dan kehangatan dari ibu adalah hak anak yang wajib diperolehnya dari sang ibu. Dan bagi anak tersebut wajib diberikan hak-haknya walaupun hanya sebatas kehangatan yang lebih mereka butuhkan dari seorang ibu.
Pada saat menyusui tatapan mata bayi sudah mengenali orang dihadapannya. Tampak sekali saat menyusui ia ingin menatap wajah ibunya. Dengan bertambahnya umur bayi makin paham dengan orang yang dihadapinya. Reaksi yang menunjukkan akan kenikmatan menyusui makin tampak. Bayi akan berkomunikasi dengan menggunakan tangannya yang bebas tergerak.[14]  Dengan menyusui ikatan batin antara ibu dan anak akan bertambah erat. Apalagi jika dibandingkan reaksi bayi saat disapa oleh ibu atau oleh anggota keluarga lain. Bayi akan menunjukkan sapaan yang berbeda saat ibunya yang muncul didepan matanya. Apalagi saat ia membutuhkan ASI.
d.     Nilai Kesehatan
Payudara diciptakan menjadi bagian tubuh yang pasti ada pada makhluk yang menyusui. Ditengah payudara terdapat puting payudara yang dikelilingi oleh bagian yang berwarna gelap yang disebut areola.[15] Kelenjar-kelenjar kecil disekeliling puting susu menyediakan pelumasan sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi karena kontak payudara ibu saat menyusui bayinya. Susu ibu diproduksi di dalam payudara dan dialirkan ke puting payudara melalui pembuluh air susu.
Pembentukan air susu ibu telah dimulai sejak ibu mulai mengandung. Saat itu hormon-hormon dalam tubuh mulai berubah. Setelah bayi lahir, ketika pertama kali bayi menghisap areola merangsang kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak untuk melepaskan hormon prolaktin dan oksitosin. Prolaktin akan membuat sel pembuat air susu dalam payudara. Sedangkan oksitosin menyebabkan otot-otot halus disekitar sel itu memerah susu menuju ke saluran air susu di sekitar puting payudara. Lalu, keluarlah air susu ke mulut bayi yang sedang menghisap puting payudara ibundanya.[16]
Air Susu Ibu (ASI) hadir secara bertahap sesuai dengan keadaan dan kebutuhan bayi baru lahir yang baru saja terbebas dari kehidupan yang bergantung pada tali pusar. Berikut ini adalah tahap-tahap ketersediaan Air susu ibu (ASI)  dalam payudara seorang ibu:
Pertama, Pada sekitar tiga hari atau empat hari pertama sejak kelahiran, air susu yang dikeluarkan dari payudara ibu disebut kolostrum. Cairan ini terlihat berwarna kekuningan yang didalamnya kaya akan protein, antibodi dan sejumlah zat penguat tubuh yang jumlahnya jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan susu sebenarnya. Kolostrum mengandung lebih sedikit lemak dan karbohidrat, Kedua, setelah beradaptasi dengan perlindungan kolostrum payudara akan menghasilkan susu permulaan atau susu transisi yang lebih bening dan jumlahnya lebih banyak dan Ketiga, kira-kira dua pekan setelah kelahiran keluarlah air susu yang sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan bayi yang mulai berkembang. Jika bayi lahir prematur (belum cukup bulan) ASI yang dihasilkan memiliki komposisi yang berbeda, yaitu lebih banyak mengandung protein. Ini sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan seorang bayi prematur yang biasanya berat badannya kurang dan banyak hal pada tubuhnya belum sempurna.[17]
Dan yang harus diingat oleh seorang ibu adalah bayi harus dibiarkan menyusu sepuas dan sesering mungkin tanpa jadwal yang ketat. Semakin kuat dan semakin sering isapan bayi semakin lancar dan cepat pemantapan proses menyusui yang dilakukan.[18] ASI mengandung berjuta-juta sel hidup yang menyerupai sel darah putih. Sel ini beredar dalam usus bayi dan membunuh kuman-kuman jahat.[19] Sel-sel ini jumlahnya sangat banyak terutama pada minggu-minggu pertama kehidupan bayi. Ini mudah dimengerti karena bayi yang baru lahir baru saja keluar dari kamar yang aman di dalam rahim menuju dunia luar yang rawan diserang kuman penyakit. Selain membunuh kuman sel ini juga mengedarkan enzim dan protein khusus yang membuat kekebalan bayi semakin bertambah.
Sel hidup dan enzim ini tidak akan dijumpai pada susu formula, karena dalam proses menjadi susu formula mengalami pemanasan. Seandainya susu sapi mengandung sel-sel hidup yang berguna atau enzim tertentu, sel itu akan mati dalam pemanasan selama membuat susu formula. Enzim tidak tahan panas dan akan rusak selama pemanasan. Jadi disini ditemui lagi kelebihan ASI bila dibandingkan dengan susu formula.[20]
Dalam hal ini kita dapat melihat firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُواْ لِلّهِ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ) البقرة: ١٧٢(

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah. Jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah (QS. Al-Baqarah: 172).

Rizki yang baik-baik dalam ayat tersebut diatas, oleh ahli tafsir diberi makna makanan yang halal, sehat, bergizi dan diperoleh secara halal. Air susu ibu secara khusus diciptakan menyertai tumbuhnya bayi dalam rahim. Komposisinya akan sesuai dengan bayi yang dilahirkan. Bahkan antara ibu yang satu dengan yang lain ASI nya tidak sama. Salah satu faktornya adalah karena makanan ibu yang berbeda-beda. Ada pendapat ibu yang menyusui jangan makan sambal karena dapat menyebabkan bayi mencret. Atau tidak minum es karena bayi bisa batuk. Pendapat ini tidak benar karena makanan ibu telah diolah di dalam tubuh ibu sebelum menjadi ASI. Tidak ada larangan makanan yang mutlak bagi ibu menyusui. Tapi memang ada sebagian bayi yang tidak kuat terhadap makanan tertentu. Sebaiknya ibu tetap makan makanan sehat dan wajar.[21]
ASI dari seorang ibu yang anaknya lahir cukup umur akan berbeda dengan komposisi ASI ibu yang bayinya lahir prematur. Ini adalah kesetimbangan alam yang didesain oleh Allah. Bayi prematur memerlukan zat gizi yang lebih daripada bayi yang cukup bulan. ASI ibunya lebih mudah diserap dan mengandung protein jauh lebih banyak untuk mengejar pembentukan sel yang kurang sempurna karena bayi lahir lebih cepat sebelum matang umur kelahirannya.[22]
Demikian juga dengan bayi yang berat badan lahir rendah, ASI ibu adalah makanan terbaik untuk mendongkrak berat badan dan pertumbuhannya. Komposisi ASI juga berbeda-beda dari waktu ke waktu. Perubahan komposisi ASI ini terjadi dalam rangka menyesuaikan diri dengan kebutuhan gizi bayi. ASI yang keluar pada hari pertama yang disebut kolostrum berbeda komposisinya dengan ASI pada hari-hari berikutnya. Kolostrum mengandung kadar protein yang lebih tinggi dan kadar lemak serta laktosa yang lebih rendah. Kandungan kolostrum seperti ini akan membantu sistem pencernaan bayi baru lahir yang memang belum berfungsi optimal.[23]
Kolostrum yang sedikit ini memang diciptakan khusus untuk bayi yang baru lahir. Jumlahnya sedikit karena disesuikan dengan kapasitas lambung bayi yang belum berfungsi total. Kolostrum mengandung antibodi yang dapat membunuh kuman penyakit karena bayi baru saja keluar dari tempat terlindung dan hidup didunia luar yang mudah diserbu oleh berbagai kuman.
Kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar yang berguna untuk membersihkan lambung bayi dan menyiapkan saluran pencernaannya agar dapat digunakan pada hari-hari berikutnya. Hari berikutnya ASI yang sebenarnya berangsur mengalir akan berubah sesuai dengan bertambahnya waktu yang disebabkan bayi yang berkembang membutuhkan zat gizi yang terus berkembang pula.[24]
Bahan-bahan yang terkandung dalam ASI berbeda dengan susu formula, misalnya susu sapi mengandung protein dua kali lebih banyak daripada ASI. ASI lebih kaya akan asam lemak tak jenuh ganda dibandingkan susu formula. Banyak zat dalam ASI yang tidak terdapat sama sekali atau hanya ada dalam jumlah yang kecil pada susu formula. Meski pabrik susu telah menambahkan beberapa zat pada sejumlah merk susu formula, zat tersebut bukan berasal dari manusia sehingga tidak identik dengan  dengan kebutuhan bayi secara khusus.
ASI merupakan suatu cairan hidup yang berubah dan berespon terhadap kebutuhan bayi seiring dengan pertumbuhannya. ASI mengandung anti infeksi penting yang membantuk bayi melawan infeksi dan penyakit, dan yang paling utama ASI membuat respon instan terhadap infeksi dengan memproduksi satu set baru imunoglobulin ampuh yang mempercepat sistem imun bayi dengan cara memerangi bakteri dan virus.[25]
Jika seorang ibu mengalami kontak dengan organisme penyebab penyakit seperti yang kita alami setiap hari, organisme tersebut memasuki tubuh melalui sistem pernafasan atau pencernaan. Sebagai reaksi, membran mukosa yang melapisi paru-paru dan ususnya akan memproduksi suatu respon imun yang melindungi dan memasuki peredaran darahnya. Imunoglobulin yang kemudian diproduksi mengalir menuju payudara dan memasuki ASI dalam suatu bentuk yang dapat diproses oleh bayi ketika menyusui sehingga melindunginya dengan cara yang sama seperti ibunya.[26]
Hal ini amat penting karena bayi lahir dengan sistem imunitas/kekebalan yang belum matang, dan perlindungan aktual dan potensia yang diberikan ASI dapat memenuhi jurang imunitas ini.
Bayi yang diberi susu formula kehilangan perlindungan yang diberikan oleh ASI. Selain itu harus ada perawatan khusus untuk menyiapkan susu, mensterilkan botol dan dotnya yang dengan mudah terkontaminasi bakteri jika tidak dibersihkan secara baik. Menyusui juga merupakan alasan yang masuk akal agar bayi tetap dekat dengan ibunya, terutama dihari-hari dan minggu pertama agar respon imun yang khusus ini bekerja maksimal.[27]
Sebuah riset terhadap sejumlah bayi dari lingkungan berbeda termasuk kota-kota industri di Barat menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI lebih jarang terserang: gastroenteritis, infeksi pernafasan, infeksi telinga, alergi, asma, eksim, dll.[28] Riset yang akurat ini menunjukkan manfaat menyusui, dipantau juga latar belakang sosial dan ekonomi bayi-bayi itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh mempunyai hubungan dengan kehidupan bayi-bayi yang diberi ASI, dan bahwa orang tua mereka membuat bayi-bayi itu menjadi lebih sehat karena mereka disusui.
Ada pula bukti yang disebut para dokter sebagai respon yang berkaitan dengan dosis, yaitu semakin banyak disusui, semakin baik. Jika dengan sekali menyusui saja dapat melindungi bayi, maka akan lebih baik lagi jika melanjutkannya untuk jangka waktu yang lebih lama. Tak ada aturan khusus kapan harus berhenti menyusui, ASI selalu bergizi dan menyehatkan.[29] Dan banyak para ibu terus menyusui bayinya sekalipun mereka telah diberi makanan tambahan dan minuman lain.
Dalam penelitian banyak radang usus dan radang telinga dapat dicegah dengan menyusui bayi sehingga tidak mengancam jiwanya seperti banyak terjadi dinegara-negara berkembang. Sungguh menyedihkan jika bayi menderita muntah dan diare, dan betapa sedihnya mendengar bayi terus menangis karena radang telinga.[30] Jika bayi sakit tentu ia harus dirawat dirumah sakit dan seluruh keluarga pasti akan turut sedih.
Menyusui bukan hanya baik bagi sibayi karena ia masih begitu muda, dan ia tidak bisa makan dan minum yang lain. Ternyata sistem kekebalan tubuhnya juga terus berlanjut, selain adanya efek positif pada kesehatan dan intelegensianya. Manfaat lainnya bagi ibu yang memberikan ASI adalah:[31]
Pertama, ASI mencegah pendarahan pasca persalinan dan mempercepat pengembalian rahim kebentuk semula. Hal ini karena hormon progesteron yang merangsang kontraksi otot disaluran ASI yang membuat ASI terperah keluar, juga akan merangsang kontraksi rahim. Itulah manfaat menyusui selepas melahirkan sehingga para dokter menyarankan bayi secepat mungkin disusui sehingga tidak terjadi pendarahan setelah persalinan dan rahim kembali mengecil dengan cepat. Kedua, menyusui mencegah anemia karena defisiensi (kekurangan) zat besi. Ini ada hubungannya dengan tidak terjadinya pendarahan pasca persalinan. Jika pendarahan dapat dicegah, resiko kekurangan darah yang menyebabkan anemia juga dapat dicegah. Ketiga, menyusui dapat mempercepat berat badan ibu kembali keberat badan semula sebelum hamil. Dengan menyusui lemak dalam tubuh ibu akan menyusut. Karena lemak yang terbentuk ketika berat badan ibu meningkat memang disediakan untuk cadangan energi selama kehamilan dan energi pembentukan ASI.  Keempat, menyusui dapat menunda kesuburan ibu. Pemberian ASI dapat memperpanjang masa tidak subur sehingga menjarangkan kehamilan dan Kelima, menimbulkan perasaan dibutuhkan. Ini sungguh perasaan yang sulit dilukiskan dan mungkin tidak dirasakan oleh ibu yang sejak pertama tidak memberikan ASI eksklusif. Ini dapat dilihat dimana ketika sianak membutuhkan ASI dia akan merengek-rengek sebelum diberikan ASI oleh ibunya. Dan keenam, mengurangi kanker payudara dan ovarium.
e.      Nilai Ekonomi
Dalam sejarah Islam, ada sejumah nama perempuan yang punya jasa besar dalam perjalanan kehidupan Rasulullah SAW. Selain ibunya sendiri, Siti Aminah, nama perempuan muslimah lain yang sangat sangat populer, adalah Halimatus Sa’diah.[32] Pengorbanannya menjadi ibu susuan Nabi Muhammad SAW, membuat namanya diukir dengan tinta emas oleh umat Islam di penujuru dunia. Dan, tentu jasa besarnya ikut merawat dan mendidik Nabi Muhammad saat masih bayi itu, patut menjadi teladan bagi perempuan muslimah hingga akhir zaman.
Kisah keterlibatan Halimatus Sa’diyah dalam kehidupan dan pendidikan masa kecil Nabi Muhammad berawal ketika kota Mekkah sedang mengalami kemarau panjang yang berdampak pada memburuknya ekonomi masyarakat. Kota Mekkah dilanda paceklik. Kondisi itu membuat para perempuan Bani Baker ikut keluar rumah untuk mencari tambahan nafkah dengan mencari bayi susuan.
Dalam budaya Indonesia, kelahiran bayi adalah keramaian bagi seluruh keluarga besar. Keadaan ini bisa berakibat positif maupun negatif. Positif jika keluarga ikut meringankan kerepotan ayah-ibu bayi. Menjadi negatif jika keluarga justru mempengaruhi ibu untuk tidak memberikan penyusuan ASI eksklusif bagi anak karena berbagai alasan. Pemberian ASI jelas mengurangi biaya rumah tangga. Seperti telah diketahui bahwa biaya untuk membeli susu formula bisa lebih dari separuh jumlah upah seorang pekerja yang mendapatkan gaji sebesar upah minimum yang diterapkan di Indonesia. Dengan menyusui anggaran untuk membeli susu dapat dipergunakan untuk keperluan lain atau tabungan untuk anak sekolah kelak. Apalagi bagi keluarga yang tergolong miskin, menyusui sendiri bayi akan sangat membantu meringankan beban ekonomi keluarga. Bagi orang miskin jika berpikiran untuk menyusui anak dengan susu formula membuat himpitan hidup semakin berat, malah adakalanya karena tidak sanggup membeli susu bagi anak, mereka membuang anak yang telah lahir dari kandungannya. Padahal hal ini jelas sangat dilarang oleh Allah, firmannya:
قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ قَتَلُواْ أَوْلاَدَهُمْ سَفَهاً بِغَيْرِ عِلْمٍ وَحَرَّمُواْ مَا رَزَقَهُمُ اللّهُ افْتِرَاء عَلَى اللّهِ قَدْ ضَلُّواْ وَمَا كَانُواْ مُهْتَدِينَ) الأنعام: ١٤٠(

Artinya: Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rizkikan kepada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. (Qs. al-An’am:140)

Firman Allah tersebut diatas menegaskan tentang kebodohan manusia yang meragukan akan keMahakuasaan Allah dalam memberi rizki kepada makhluk hidup yang telah diciptakannya. Dan mereka meragukan bahwa Allah-lah yang memberi rizki kepada hamba-hambanya, dan dalam hal ini bayi yang telah diciptakan oleh Allah melalui kandungan ibunya telah disediakan rizki makanan dan minumannya melalui ASI ibu. Namun manusia merasa pandai dan berpikir sendiri, pada kasus ini dapat kita betapa banyak orang tua yang lebih memikirkan pada susu formula yang tidak mampu dibeli dibandingkan dengan susu ASI yang telah dikaruniakan oleh Allah.
Selain itu penyusuan ASI bagi bayi juga akan mengurangi biaya pengobatan karena bayi ASI lebih jarang sakit. Seperti yang telah dibahas diatas bahwa ASI mengandung segala zat-zat yang dibutuhkan oleh bayi sesuai dengan kadar kebutuhan badan bayi tersebut. Ini tidak ditemui pada susu formula yang kadarnya tetap sepanjang masa, disamping tidak adanya zat-zat yang seimbang diperlukan oleh bayi.
Dan bila ditinjau lebih luas, negara juga berperan dalam penyediaan fasilitas kesehatan dan perawatan hidup warga negaranya. Sehingga dengan adanya pemberian ASI oleh ibu juga akan memberikan keuntungan bagi negara. Semakin banyak ibu yang menyusui, negara semakin menghemat biaya subsidi untuk perawatan anak sakit dan pemakaian obat-obatan. Angka kematian bayi juga berkurang karena pemberian ASI.[33]
Negara juga menghemat biaya kontrasepsi karena ibu yang memberi ASI eksklusif tertunda kesuburannya sehingga orang menggunakan alat kontrasepsi tidak terlalu banyak. Negara juga akan menghemat biaya membeli atau mengimpor susu formula dan perlengkapan menyusui.[34] Dapat dilihat sekarang ini, bahwa dari sekian banyak susu formula yang tersebar luas di Indonesia adalah lisensi milik perusahaan asing yang beroperasi di dalam negeri. Dan yang terbesar manfaat bagi negara adalah jika anak indonesia minum ASI, negara diuntungkan karena akan memiliki generasi muda yang sehat dan pintar. Lebih baik lagi karena mereka juga berkepribadian baik karena dididik oleh kasih sayang ibunya dengan intensif.





















[1]Wawancara dengan bidan Wardiah Idris (45 Tahun ) Tanggal 01 Juli 2011.

[2]Alfiah Kalsum Ananda dan Muhammad Ridwan, Catatan Kasih Bunda: Pengalaman Mengasuh Bayi dengan Cinta, Cet. I, (Bandung: Al-Bayan Mizan, 2004), hal. 28.

[3] Imam Bukhari, Shahih Bukhary, Juz. II, (Beirut: Maktabah Islami, tt.), hal. 567,.

[4]Ibid., hal. 41.

[5]Ibid., hal. 65.

[6]Roesli Utami, Mengenal ASI Eksklusif, Cet. III, (Jakarta: Trubus Agriwidya, 2005), hal. 27.

[7]Ibid., hal. 35.
[8] http://blog.klikislam.com/author/islamarket-net/page/138/.
[9] http://blog.klikislam.com/tag/bayi/page/3/.

[10]Wawancara dengan bidan Wardiah Idris (45 Tahun) tanggal 03 Juli 2011.
[11]Sukardji, Ilmu Pendidikan dan Pengajaran Agama, (Jakarta: Indra Jaya, t.t.), hal. 16.

[12]Syamsuddin Nur dan Mutia Muthmainnah, Perkawinan yang di Dambakan Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, (Jakarta: An-Nur, 2007), hal. 101.

[13] Utami, Mengenal…, hal. 53.

[14]Ibid., hal. 77.

[15]Ibid., hal. 16.

[16]Ibid., hal. 21.

[17]Hasil Wawancara dengan Bidan Wardiah Idris (45 Tahun)  tanggal 04 Juli 2011.

[18]Hasil Wawancara dengan Bidan Wardiah Idris (45 Tahun)  tanggal 05 Juli 2011.

[19] Utami, Mengenal..., hal. 92.

[20]Ibid., hal. 101.

[21]Hasil Wawancara dengan bidan Wardiah Idris (45 Tahun)   tanggal 04 Juli 2011.

[22] Utami, Mengenal ASI …, hal. 122.

[23]Ibid., hal. 128.

[24]Hasil Wawancara dengan Bidan Wardiah Idris (45 Tahun), Tanggal 05 Juli 2011.

[25]Kun Sri Budiasih, Handbook Ibu Menyusui, (Bandung: Hayati Qualita, 2008), hal. 54.

[26]Ibid., hal. 56.

[27]Hasil Wawancara dengan Bidan Wardiah Idris (45 Tahun)  tanggal 06 Juli 2011.

[28] Ridwan, Catatan…, hal. 46.

[29]Hasil Wawancara dengan bidan Wardiah Idris (45 Tahun)  tanggal 06 Juli 2011.

[30]Hasil Wawancara dengan bidan Wardiah Idris (45 Tahun)  tanggal 07 Juli 2011.

[31]Hasil Wawancara dengan bidan Wardiah Idris (45 Tahun)  tanggal 07 Juli 2011.
[32]http://www.muslimat-nu.or.id/index.php?option=com_content&view= article&id=192:hak-bayi-mendapatkan-asi-&catid=43:fikrah&Itemid=68.
[33] Ahmad, Aiyub, Transaksi Ekonomi, (Jakarta Selatan: Kiswah, 2004), hal. 18.

[34] Ibid, hal. 20