BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Masalah
Aliran sesat sejak awal kemunculannya
sampai hari ini seperti menambah komplit deretan orang atau kelompok yang hati
mereka dipenuhi kedengkian untuk mengotori kemurnian Islam. Awalnya aliran
sesat hanya terdiri dari beberapa orang saja yang tidak menyukai kebenaran yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Rasa tidak suka tersebut memenuhi semua
ruang yang ada di hati mereka sehingga menjadi dinding tebal yang menghalangi
masuknya cahaya kebenaran. Tetapi tahun-tahun berikutnya aliran sesat
berkembang begitu cepat tidak hanya kedengkian yang menjadi faktor utama,
aliran sesat menjadi wadah untuk memfasilitasi kepentingan individu dan
kelompok sekaligus menjadi lahan subur yang bisa dimanfaatkan untuk memecah
belam umat Islam menjadi kelompok-kelompok kecil yang mudah untuk dihancurkan.
Seperti dikondisikan, aliran sesat
berjalan seakan mengikuti skenario seorang sutradara yang berada di balik
layar, sementara sang aktor memainkan peran masing-masing dengan baik sehingga
mampu mempengaruhi orang lain untuk ikut hanyut di dalamnya. Ironis memang,
tetapi begitulah gambaran aliran sesat yang meresahkan tersebut. Mereka seperti
menunggu momen yang tepat untuk menegaskan diri bahwa mereka ada, kemudian
setelah itu baru umat Islam seperti terkejut dalam meresponnya. Itu membuktikan
betapa rapuhnya antisipasi yang dilakukan oleh umat Islam dan pihak pemerintah
sehingga membuat aliran sesat aktif di dalam komunitas Islam..
.
BAB II
P E M B A H A S A N
A. Latar Belakang Timbulnya Aliran Sesat
Jika ditarik jauh ke belakang maka kita
akan melihat aliran sesat sebagai bentuk dari perlawanan logika/akal yang
sangat keras dengan iman. Mengangkat tinggi-tinggi argumen tentang Tuhan yang
berhak menghakimi sesat atau tidaknya seseorang ternyata menjadi awal yang membuat mereka makin jatuh lebih dalam
ke lubang kesesatean. Islam pada
dasarnya bukanlah agama yang kaku sehingga tidak bisa berdialog dengan
akal/logika untuk memahami ad-Din dan hukum-hukumnya. Tetapi Islam
mendampingi perjalanan logika/akal agar tetap pada jalur yang benar karena
kalau tidak, logika/akal tidak akan menemukan muara tetapi justru akan
berputar-putar dalam lingkaran setan yang tidak berpangkal dan berujung.
Islam
adalah dogma, akan tetapi Islam menyediakan ruang perdebatan yang cukup luas
untuk umatnya. Mengetahui di mana wilayah abu-abu dan wilayah merah itu sangat
penting, agar tidak terjadi kekeliruan dalam memanfaatkan ruang perdebatan
tersebut sehingga tidak timbul
kerusakan. Pada saat berbicara tentang Tuhan dan firman-firman suci-Nya maka
itu menjadi terlarang di mana akal tidak punya pilihan kecuali mengikuti dan
tunduk pada-Nya. Pangkal utama kesesatean adalah karena akal tidak tunduk pada
wahyu, akal tidak dibekali dengan ilmu yang benar, dan akal tidak
mengikuti penafsiran yang benar, yaitu
penafsiran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw atau para
sahabat-sahabatnya.[1]
Faktor-faktor itu masih pula diliputi dengan hawa nafsu dan aneka ragam kepentingan
sehingga semakin jauh dari kebenaran.
Bila diteliti,
kemunculan aliran-aliran tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal:
- Karena mencari hidayah Allah dengan cara yang salah.[2]
Seperti bertapa dan merenung, Islam tidak mengenal bertapa. Ibadah yang
dianjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dapat melalui shaum,
tahajud dan zikir. Justru ketika bertapa atau merenung, setan akan lebih
mudah masuk, sampai-sampai ada orang yang mengaku menjadi nabi.
- Karena ada orang yang dipuji secara berlebihan,
dikultuskan, dianggap suci.[3]
Jebakan setan ini bahkan dapat menimpa para ulama. Ketika doa sering
dikabulkan, makin banyak orang yang datang untuk meminta pertolongan, baik
untuk disembuhkan dari penyakit maupun untuk hal-hal yang lain.
- Ujung-ujungnya duit, atau hal porno.[4]
Ada pula aliran sesat yang tujuannya mengumpulkan harta, salah satunya
LDII. Mereka punya baiat setelah syahadat, harus patuh kepada imam jauh di
atas kepatuhan terhadap orang tua dan kepada suami (bagi wanita). Bentuk
kepatuhan tersebut juga dapat berupa pengalihan nama surat-surat tanah
menjadi milik imam atau guru, sehingga si imam menjadi orang yang sangat
kaya dengan kekayaan yang berasal dari muridnya. Ada pula aliran di Jawa
Barat yang cara ibadahnya di dalam kegelapan, cenderung kepada perdukunan.
Setelah diteliti, ternyata mereka beribadah tanpa busana, sungguh hal yang
sangat jauh dari petunjuk Allah swt. Ujung-ujungnya tentu agar si imam
dapat memilih wanita sesuka nafsunya, sangat jauh dari ajaran Islam.
- Penyebaran dakwah belum merata. Bila ada yang
mengaku sebagai nabi, pastilah ia berbohong, karena Rasulullah Muhammad
saw adalah rasul terakhir.[5]
Bila ada yang mengingkari al-Qur’an, mengingkari sunah atau menambahkan
sumber hukum sendiri selain al-Qur’an, as-Sunnah, dan Ijtima’ para ulama
maka dapat dipastikan kesesateannya.
B. Paham Aliran sesat ditinjau dari Berbagai Aspek
Fenomena munculnya aliran sesat seperti
membongkar kembali masa lalu umat Islam. Banyak pihak menghubungkan antara
aliran sesat dengan aliran kalam, karena aliran sesat dianggap sebagai
pemberontakan terhadap nilai-nilai substansi keagamaan gaya baru yang pernah
dilakukan oleh aliran kalam. Tentang Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah dan
lain-lain.[6]
Kesamaan yang tidak bisa dibantah begitu saja oleh generasi berikutnya adalah,
tentang nabi-nabi palsu dan mengkafirkan kelompok lain yang berbeda pemahaman
dengan mereka. Semangat mempertahankan ukhuwah ternyata telah menyentuh titik
paling rendah sehingga perpecahan antara kelompok tidak bisa dihindari, maka lahirlah
Syi’ah, Khawarij dan Mu’tazilah yang menjadi pembuka jalan untuk munculnya
aliran berikutnya. Berikut tentang beberapa aliran-aliran kalam:
a.
Syi’ah
Pada awal kemunculannya aliran-aliran
kalam bukanlah disebabkan oleh faktor agama, akan tetapi karena faktor politik
yang berkenaan dengan masalah siapa yang paling berhak menjadi khalifah setelah
Nabi Muhammad saw wafat. Golongan Syi’ah memandang bahwa yang berhak menjadi
khalifah untuk menggantikan rasul adalah Ali bin Abi Thalib.[7] Oleh
karena masalah agama dan politik tidak bisa dipisahkan begitu saja, maka Syi’ah
menganggap masalah penentuan khalifah bagian dari akidah. Secara bahasa Syi’ah
berarti golongan, sahabat, pengikut dan penolong. Syi’ah meyakini bahwa Ali bin
Abi Thalib merupakan pengganti nabi yang tepat. Keyakinan tersebut ternyata
membawa Syi’ah pada kesesatean yaitu menganggap Ali ma’sum dari kesalahan, oleh karena itu menurut mereka menaati dan
mengikuti Ali termasuk rukun iman. Adapun khalifah-khalifah sebelumnya adalah
khalifah-khalifah yang merampas hak Ali, dan kekhalifahan mereka tidak sah.[8]
b.
Mu’tazilah
Secara bahasa Mu’tazilah berarti
memisahkan diri asal kata “i’tktizal”. Sebutan ini diberikan oleh Hasan
Al-Basri kepada salah seorang muridnya yang bernama Washil bin ‘Atha karena ia
mengasingkan diri dari pengajiannya. Washil mengasingkan diri karena tidak
sependapat dengan gurunya dalam persoalan orang yang melakukan dosa besar dan
mati sebelum taubat masih disebut mukmin, tetapi mukmin yang maksiat.[9]
Secara umum ajaran Mu’tazilah mencakup lima prinsip yang disebut dengan “Ushul al-Khamsah” yaitu, ketauhidan,
keadilan, posisi di antara dua posisi, janji dan ancaman, dan amar makruf nahi
mungkar.
Tauhid menurut Mu’tazilah yaitu
menafsirkan secara filosofis sehingga mereka mengklaim bahwa merekalah yang
mengesakan Tuhan, misalnya dalam mengesakan Tuhan mereka mengatakan “Allah yang
Maha Esa”, tidak ada yang menyamai-Nya, bukan jisim (benda) bukan jauhar (pribadi). Pemahaman keesaan yang
demikian merupakan penyebab Mu’tazilah tidak mengakui adanya sifat pada Tuhan,
sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan zat sekaligus mengingkari adanya
arah bagi Tuhan sehingga Tuhan tidak bisa dilihat pada hari kiamat, serta
menganggap bahwa Quran adalah makhluk.[10]
Konsep keadilan yang dipahami oleh
Mu’tazilah bahwa manusia berbuat atas kehendaknya sendiri tanpa ada campur
tangan Tuhan maka keadilan Tuhan yaitu memasukkan orang baik ke dalam surga dan
memasukkan orang yang jahat ke dalam neraka.[11]
Mu’tazilah juga meyakini bahwa ada
tempat khusus yang disediakan Tuhan untuk pelaku dosa besar, karena pelaku dosa
besar bukanlah mukmin mutlak dan bukan kafir mutlak, tetapi di satu tempat
(manzillah) antara dua tempat.
c.
Khawarij
Munculnya golongan Khawarij dalam
sejarah Islam telah membawa perubahan besar terhadap kaitan politik dengan
agama, sehingga golongan ini tidak saja disebut sebagai golongan politik tetapi
juga sebagai partai agama. Akibatnya semua peristiwa politik yang terjadi
antara mereka dengan lawan-lawannya telah berubah warnanya menjadi peristiwa
agama atau akidah. Mereka menganggap hanya diri mereka saja sebagai mukmin yang
sejati sedangkan lawannya dipandang sebagai kafir. Dan perang yang mereka
lakukan adalah perang melawan golongan kafir.
Khawarij merupakan imbas dari tahkim yaitu peristiwa perebutan
kekuasaan antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah untuk menyelesaikan masalah
siapa yang pantas dan berhak menjadi khalifah.[12] Khawarij menolak tahkim dengan mengatakan “tidak ada
hukum selain hukum Allah” sehingga mereka lebih berpihak pada Muawiyah dan
melemahkan kedudukan Ali, sehingga mereka keluar dari barisan Ali yang
sebelumnya mereka berperang melawan
Muawiyah. Dan dengan penuh keyakinan akan kebenaran pendiriannya serta
menganggap musuhnya sebagai orang kafir, mereka mulai mengutuk golongan yang
tidak sepaham dengan mereka, yaitu Saidina Ali dan Muawiyah serta para pengikut
mereka.[13]
Malah tuduhan kafir juga ditujukan untuk Khalifah Usman yang mereka anggap
telah melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam pada
bagian terakhir dari masa kekuasaannya sebagai khalifah. Demikian juga hukum
kafir diberikan kepada Siti Aisyah, Thalhah dan Zubeir yang berperang dengan
Saidina Ali dalam perang Jamal.[14]
Jika
dipetakan, maka kita akan menemukan aliran sesat tidak hanya disebabkan karena
penyimpangan yang terjadi pada akidah dan syariat, tetapi ada faktor lain yaitu
berupa campur tangan pihak luar Islam yang ingin memenangkan pertarungan ideologi yang telah berlangsung cukup
lama. Ketika Islam berhasil direduksi sampai ke tingkat agama ritual,
spiritual, sekaligus personal, maka Islam hanya hidup sebagai sebuah entitas
saja tetapi mati sebagai sebuah ideologi, yang dianggap tidak mampu menawarkan
solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi dalam hidup manusia. Sehingga
yang keluar sebagai pemenang adalah orang-orang yang benci dengan Islam sebagai ideologi
tanpa tanding.
Menyusuri
jejak perjalanan beberapa aliran sesat yang muncul dan berkembang di Indonesia,
maka dugaan terhadap adanya kepentingan yang bermain di belakang semua itu
tidak terbantahkan lagi.
C. Penyebab Munculnya Aliran Sesat
Ada beberapa aspek yang menyebabkan
lahirnya aliran sesat dalam Islam. Kita akan mulai dengan faktor paling dekat
dengan Islam, mengapa aliran sesat bisa muncul.
a. Akidah ( Tauhid)
Akidah
adalah kepercayaan yang perlu didahului sebelum yang lain-lain. Akidah
hendaknya bulat dan penuh tanpa di sisipi oleh syak, ragu dan kesamaran.[15]
Akidah (Tauhid) merupakan bentuk ke tundukan sepenuhnya yang dilakukan oleh
manusia terhadap Tuhan dan yang diperintahkan-Nya tanpa ada pembantahan sedikit
pun. Jika kesepakatan itu dilanggar maka dengan sendirinya dia keluar dari
Islam maka sejak saat itu dia menjadi murtad.
b. Syariat
Syariat
adalah susunan, peraturan dan ketentuan yang disyariat Tuhan dengan lengkap
atau pokok-pokoknya saja, agar manusia mempergunakannya untuk mengatur hubungan
dengan Tuhan dan saudaranya, serta dengan alam semesta.[16] Melanggar syariat sama
fatalnya dengan menodai akidah, hubungan timbal balik yang terjalin di dalamnya
membentuk satu kesatuan yang tidak bisa ditolak untuk kemudian diambil salah
satunya. Syariat berisikan hukum-hukum dan aturan-aturan yang dicontohkan oleh
Nabi dan para sahabat-sahabatnya. Dalam prakteknya manusia menerima risalah dan
perintah tidak secara utuh sebagaimana yang disampaikan Allah SWT melalui Nabi Muhammad saw dalam hadits dan sunahnya.
Maka penolakan itu merupakan pembangkangan yang melahirkan penalaran-penalaran
yang tidak terbimbing maka berakhir pada kesimpulan yang sesat.
Syariat tidak membuat ruang kreativitas umat
menyempit apa lagi mati, tetapi syariat memberitahukan tapal batas agar tidak
terjerembab dalam kreativitas yang tanpa batas yang dibenci Tuhan karena
mengikuti hawa nafsu bukan Firman-Nya dan Sunah rasul-Nya.
c. Kepentingan
Bukti-bukti yang sampai pada kita
semakin memperkuat argumen bahwa aliran sesat tidak berdiri sendiri.[17]
Dominasi hawa nafsu telah membuat jalan mereka terlalu ke kiri, tetapi di luar
itu hampir tidak ada yang bisa menolak bahwa aliran sesat muncul tidak jauh
dari campur tangan pihak-pihak di luar Islam. Aliran sesat menjadi dilematis
bagi umat Islam sepanjang sejarah perjalanannya, masalah yang ada di dalamnya
sangat komplet, sehingga membuat kita bingung harus memulai dari mana untuk
mengurai masalah ini. Ahmadiyah Qadiyan contohnya, aliran sesat yang dipelopori
oleh Mirza Ghulam Ahmad merupakan salah satu dari aliran sesat yang ditolak di
Indonesia, kucuran dana yang melimpah dari Inggris sebagai sentral dari aliran
tersebut membuat mereka sangat kuat.[18] Tidak jauh berbeda dengan
Darul Arkam, aliran sesat yang diimpor dari Malaysia ini mendapat dukungan kuat
dari Zionis yang ada di Singapura.[19] Tentunya
kedua aliran yang tersebut di atas bukan satu-satunya dari aliran sesat yang
mendapat dukungan kuat dari pihak di luar Islam. Tetapi mereka mewakili secara keseluruhan
dari aliran sesat yang muncul di Indonesia, ini merupakan celah yang bisa dimanfaatkan
oleh pihak lain untuk memukul mundur dominasi Islam dari pesaingnya yang telah
menabuh genderang perang sejak berabad-abad yang telah lewat.
.
BAB III
P E N U T U P
Berdasarkan uraian-uraian yang
penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis
dapat mengambil beberapa kesimpulan serta mengajukan beberapa saran.
A.
Kesimpulan
1.
Jika ditarik jauh ke belakang maka kita
akan melihat aliran sesat sebagai bentuk dari perlawanan logika/akal yang
sangat keras dengan iman. Mengangkat tinggi-tinggi argumen tentang Tuhan yang
berhak menghakimi sesat atau tidaknya seseorang ternyata menjadi awal yang membuat mereka makin jatuh lebih dalam
ke lubang kesesatean.
2. Fenomena
munculnya aliran sesat seperti membongkar kembali masa lalu umat Islam. Banyak
pihak menghubungkan antara aliran sesat dengan aliran kalam, karena aliran
sesat dianggap sebagai pemberontakan terhadap nilai-nilai substansi keagamaan
gaya baru yang pernah dilakukan oleh aliran kalam.
B.
Saran - Saran
1.
Disaran Bagi umat islam yang hendak melakukan pengkajian yang
sangat mendalam tentang islam.
2.
Disarankan kepada pihak Perguruan Tinggi Islam untuk dapat
menyediakan Dosen yang ahli dalam ilmu syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf Al-Qardhawi, Pengantar Kajian Islam
Studi Analistik Komprehensif Tentang Pilar-pilar Subtansial, Karakteristik,
Tujuan dan Sumber acuan dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997.
Fatwa MUI, ”Islam Jama’ah/LDII Sesat” Media
Islam, (Online), http://madigol.blogsome.com/2007/03/13/kejahatan-onani-homoseks-dan-aborsi-ditebus-duit-untuk-imam/trackback/.
Diakases 20 Mai 2008.
Ihsan Ilahi Dhahir, Virus Syi’ah, Sejarah
Analisis Sektek, Jakarta: Darul-Falah, 2002.
Ahmad Daudi, Kuliyah
Ilmu Kalam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997
Abdul Hadi
al-Mishri, Manhaj dan Aqidah Ahlusunnah Waljamaah,Jakarta: Gema Insani
Press, 1994.
Muslim Fathoni,
Paham Syi’ah dan Ahmadiyah dalam Persperktif,Jakarta: Gema Insani Press,
2002
Thaib Thahir
Abdul Mu’in, Ilmu Kalam, Cet II,Jakarta: Wijaya, 1973.
Harun Nasution,
Teologi Islam, Jakarta: UI Pres, 1986.
[1]
Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham
Sesat..., hlm. 24.
[2]
Yusuf Al-Qardhawi, Pengantar Kajian Islam
Studi Analistik Komprehensif Tentang Pilar-pilar Subtansial, Karakteristik,
Tujuan dan Sumber acuan dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1997),
hlm. 74.
[3]
Muhammad Abdul Hadi al Mishri. Manhaj dan
Aqidah…,hlm. 24.
[4]
Fatwa MUI, ”Islam Jama’ah/LDII Sesat” Media
Islam, (Online), http://madigol.blogsome.com/2007/03/13/kejahatan-onani-homoseks-dan-aborsi-ditebus-duit-untuk-imam/trackback/.
Diakases 20 Mai 2008.
[5]
Yusuf Al-Qardhawi, Pengantar Kajian
Islam...,hlm. 59.
[6]
Ihsan Ilahi Dhahir, Virus Syi’ah, Sejarah
Analisis Sektek, (Jakarta :
Darul-Falah, 2002), hlm. 25.
[7] Ahmad Daudi, Kuliyah Ilmu Kalam,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm. 33. Lihat juga Abdul Hadi al-Mishri, Manhaj dan Aqidah Ahlusunnah Waljamaah,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), hlm.175. Lihat juga Muslim Fathoni, Paham Syi’ah dan Ahmadiyah dalam Persperktif, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 17.
[8] Thaib Thahir Abdul Mu’in, Ilmu Kalam,
Cet II, (Jakarta: Wijaya, 1973), hlm. 94-95.
[9] Ibid, hlm. 98.
[10] Harun Nasution, Teologi Islam,
(Jakarta: UI Pres, 1986), hlm. 50.
[11] Ahmad Daudi, Kuliyah Ilmu Kalam...,hlm.105
[12] Ibid, hlm. 88. Lihat juga Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja
grafindo Persada, 2005), hlm. 40. Lihat juga Abdul Hadi al-Mishri, Manhaj dan Aqidah Ahlusunnah Waljamaah,
( Jakarta: Gema Insani Press, 1994), hlm.171.
[13] Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2004), hlm.. 66.
[14] Ibid, hlm. 93.
[15] Mahmud Shaltud, Akidah dan syari’ah
Islam, (Jakarta: Bumi Askara, 1994), hlm. 4.
[16] Muhammad Husai Abdullah, Studi
Dasar-dasar Pemikiran Islam, (Bogor: Pustaka Thariqul Izza, 2002), hlm. 79.
[17] Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham
Sesat..., hlm. 41
[18]Ibid, hlm. 56
[19] Ihsan Ilahi Dhahir, Virus Syi’ah,
Sejarah Analisis Sekte...,hlm. 13
0 Comments
Post a Comment