BAB III
KANDUNGAN SURAT AL – AHZAB AYAT 21
A.
Teks Ayat dan Terjemahan
لقد
كان لكم فى رسول الله أسوة حسنة لمن كان ير جو الله واليوم الإخر وذكر الله
كثيرا )الأحزاب :٢١(
Artinya: Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.( Qs. Al-ahzab : 21 )
B.
Asbabun Nuzul
Ibnu Katsir
dalam kitab Tafsirnya Al-Qur’anul
‘Adhim menjelaskan
bahwa:
Turunnya ayat di atas secara khusus
dengan peristiwa perang Khandaq yang sangat memberatkan kaum muslimin saat itu.
Nabi dan para Sahabat benar-benar dalam keadaan susah dan lapar, sampai-sampai
para Sahabat mengganjal perut dengan batu demi menahan perihnya rasa lapar.
Mereka pun berkeluh kesah kepada Nabi. Adapun Nabi, benar-benar beliau adalah
suri teladan dalam hal kesabaran ketika itu. Nabi bahkan mengganjal perutnya
dengan dua buah batu, namun justru paling gigih dan sabar. Kesabaran Nabi dan
perjuangan beliau tanpa sedikitpun berkeluh kesah dalam kisah Khandaq,
diabadikan oleh ayat di atas sebagai bentuk suri teladan yang sepatutnya
diikuti oleh ummatnya. Sekali lagi ini adalah penafsiran yang bersifat khusus
dari ayat tersebut, jika ditilik dari peristiwa yang melatar belakanginya.[1]
Adapun jika dikaji
secara lebih mendalam, ayat di atas -di mata para ulama- merupakan dalil
bahwasanya teladan Nabi berupa perbuatan dan tindak tanduk beliau bisa menjadi
landasan atau dalil dalam menetapkan suatu perkara, karena tidak ada yang dicontohkan
oleh Nabi kepada ummatnya melainkan contoh yang terbaik. Hal ini dijelaskan
oleh Syech Abdurrahman bin Nashir Ash-Sha’adi,dalam kitab tafsirnya Taisiirul Karim Ar-Rahman Fii Tafsiir Kalam Al-Mannan. Beliau berkata:
"Para ulama
ushul berdalil dengan ayat ini tentang ber-hujjah (berargumen) menggunakan
perbuatan-perbuatan Nabi. (Karena) pada asalnya, ummat beliau wajib menjadikan
beliau sebagai suri teladan dalam perkara hukum, kecuali ada dalil syar'i yang
mengkhususkan (bahwa suatu perbuatan Nabi hanya khusus untuk beliau saja secara
hukum, tidak untuk ummatnya)."[2]
C.
Pendapat Para Ahli Tafsir Tentang Kandungan
Ayat
Menurut al-Qurthubi sebagaimana yang di kutip oleh
Muhammad Quraisy Shihab dalam kitab tafsirnya Al-Misbah Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an, beliau mengemukakan bahwa, dalam soal-soal agama,
ketelanan itu merupakan kewajiban, tetapi dalam soal-soal keduniaan ia
merupakan anjuran. Dalam soal keagamaan, beliau wajib diteladani selama tidak
ada bukti yang menunjukkan bahwa ia adalah anjuran.[3]
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “ayat dalam surat al-ahzab
di atas adalah dasar yang paling utama dalam perintah meneladani Rasulullah
shalallahu 'alaihi wasallam baik dalam perkataan, perbuatan dan keadaannya,[4]
oleh karena itu Allah Ta'ala menyuruh manusia untuk meneladani Rasulallah
shalallahu 'alaihi wasallam baik dalam kesabaran, keteguhan, ribath dan
kesungguh-sungguhannya, oleh karena itulah Allah berfirman untuk orang yang
takut, goncang dan hilang keberaniannya dalam urusan mereka pada perang Ahzab.
Az-Zamarkasyi ketika menafsirkan ayat ini mengemukakan
bahwa: ada dua kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapat pada diri
Rasulullah SAW. Pertama dalam arti kepribadian beliau secara totalitas adalah teladan.
Kedua dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal–hal yang patut
diteladani.[5]
Ayat di atas sangat berhubungan dengan firman Allah
dalam surat Al-baqarah ayat 214 sebagai berikut:
أم
حسبتم أن تدخلوا الجنّة ولمّا يأتكم مّثل الّذين خلوْا من قبلكم مّسّتهم البأساء
والضّرّاء وزلزلوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ مَعَهُ مَتَى
نَصْرُ اللّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللّهِ قَرِيبٌ) البقرة: ٢١٤(
Artinya: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan
masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya
orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah
datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat.(Qs. Al-baqarah: 214)
Ayat ini adalah rumus ilahi yang akurat bagi siapa saja
yang merindukan pertemuan dengan robbnya, selamat dari siksa-Nya dan mendapat
kesenangan surga abadi yaitu dengan cara meneladani dan mengikuti figur pilihan
Allah Ta'ala rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.tidak ada jalan lain.
Sementara pakar tafsir dan hukum berpendapat bahwa dapat
bahwa, dalam persoalan-persoalan keduniaan, Rasulullah SAW. Telah menyerahkan
sepenuhnya kepada para pakar dibidang masing-masings sehingga keteladan beliau
yang dibicarakan ayat ini bukanlah dalam hal-hal yang berkaitan dengan
keduniaan.[6]
Ketika beliau menyampaikan bahwa pohon kurma tidak perlu dikawinkan “dikawinkan” untuk membuahkannya dan ternyata
bahwa informasi beliau tidak terbukti dikalangan sekian banyak sahabat, Nabi
menyampaikan bahwa: “apa yang aku sampaikan menyangkut ajaran agama, maka
terimalah, sedang kamu lebih tau persoalan keduniaanmu.
[1] Ibnu Katsir, Tafsir
Al-Qur’anul ‘Adhim, terj, Farizal Tarmizi, Cet,( Jakarta Selatan: Pustaka azzam, 2004).Hal. 726
[2] Syech Abdurrahman bin Nashir Ash-Sha’adi, Taisiirul Karim Ar-Rahman Fii Tafsiir Kalam Al-Mannan, Cet. I, (Jam’iyyah Ihya at-Turats
Al-Islami, 2001), halo. 176.
[3] Muhammad Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (
Jakarta: Lentera Hati, 2002 ), hal. 243
[4] Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adhim, jilid IV (Beirut:
al-Maktabah al-Ashriyah,
, 2000), hal. 278
[5] Muhammad Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah..............., hal.242
[6] Muhammad Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah..............., hal.243
0 Comments
Post a Comment