C. Pendidikan Mental Anak
Dalam Islam, Individu dapat
dikatakan sehat tidak cukup hanya dilihat dari segi fisik, psikologis, dan
sosial saja, tetapi juga perlu dilihat dari segi spiritual atau agama. Jadi
seseorang yang sehat mentalnya tidak cukup hanya terbatas pada pengertian
terhindarnya dia dari gangguan dan penyakit jiwa baik neurosis maupun psikosis,
melainkan patut pula dilihat sejauhmana seseorang itu mampu menyesuaikan diri
dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, mampu mengharmoniskan fungsi-fungsi
jiwanya, sanggup mengatasi problema hidup termasuk kegelisahan dan konflik
batin yang ada, serta sanggup mengaktualisasikan potensi dirinya untuk mencapai
kebahagiaan.
Dalam mendidik
anak, islam menerapkan program pendidikan yang bertujuan untuk merealisasikan
keseimbangan antara dimensi material dan dimensi spritual dalam pribadi
manusia. Karena hanya dengan keseimbangan inilah akan tercipta kepribadian yang
mantap yang pada gilirannya akan menghasilkan kesehatan mental, berhubung
banyak sekali manusia yang cenderung untuk meraih kebahagian akhirat yang lebih
langgeng, maka orang tua harus memberikan pendidikan khusus dalam mendidik
anaknya yaitu pendidikan mental.
Beberapa pakar psikologi mendefinisikan mental sehat
sebagai suatu keadaan di mana individu terbebas dari penyimpangan,
kekhawatiran, kegelisahan, kesalahan dan kekurangan. Individu yang sehat
mentalnya adalah individu yang tidak menyimpang dari norma, tidak berperilaku
salah, tidak menampakkan kekhawatiran dan kegelisahan, individu seperti inilah
individu ideal yang terhindar dari kekurangan dan kelemahan.”25
Pengertian di atas nampak sederhana tetapi maknanya
sangat beragam dan menjadikannya tidak bisa diterima baik secara teoritis
maupun praktis, beberapa pengertian tersebut adalah :
a.
Tidak ada
individu yang terhindar dari penyimpangan, tidak akan pernah dijumpai individu
yang terbebas dari kekhawatiran dan
kekurangan. Manusia bukanlah malaikat yang tidak pernah berbuat salah dan tidak
pernah menyimpang, manusia bisa salah bisa benar, bisa menyimpang bisa lurus.
Nabi memberikan petunjuk kepada manusia bahwa salah adalah watak atau tabiat
yang dimiliki manusia sebagaimana sabdanya:
b.
Terhindarnya
individu dari penyimpangan bukan berarti individu tersebut sehat mentalnya,
sebagaimana tubuh yang tidak sakit bukan berarti semua anggota tubuh mampu
berfungsi dengan baik tanpa adanya kekurangan. Jiwa yang terbebas dari
penyimpangan bukan berarti ia mampu menanggung semua beban
Dengan demikian, agar pengertian ini sesuai dengan
pengertian mental sehat, maka idealnya definisi mental sehat adalah mental yang
terhindar dari penyimpangan yang berat, kekhawatiran yang kuat dan kesalahan
yang banyak. Individu yang sehat mentalnya adalah individu bisa meminimalisir
kesalahan, sedikit penyimpangan dan
kekhawatiran.
Pembentukan mental
islam yang kuat akan menghindarkan anak didik dari penyakit hati seperti benci,
dengki, buruk sangka, sombong, bohong, pesimis, dsb. Jika seseorang telah mampu
mengeliminasi penyakit hati, maka orang tersebut berpotensi besar untuk
sukses. Allah SWT tidak pernah
memerintahkan keimanan kecuali disertai dengan tindakan nyata. Maka berawal
dari kenyataan ini, Rasulullah SWT melakukan penguatan pengetahuan teoritis
dengan aplikasi praktis. Sebab akan bisa didapatkan manfaat hakiki yang lahir
dari aplikasi praktis terhadap pengetahuan teoritis tersebut. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Al-qur’an surat
Ar-ra’d ayat 29:
الذين أمنوا وعملوا الصالحات طوبى
لهم وحسن مأب ) الرعد:٢٩(
Artinya:Orang-orang
yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan
dan tempat kembali yang baik(Qs.Ar-Ra’d : 29)
0 Comments
Post a Comment