Pendidikan Spritual Dalam Surat al-Isra Ayat 1 - 5
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Masalah
Al-qur’anul karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya
selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia
diturunkan Allah kepada Rasulallah, Muhammad SAW untuk mengeluarkan manusia
dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan
yang lurus.[1]
Di sisi lain al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad saw. sebagai salah satu rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta.
Di dalam terkumpulnya wahyu Ilahi ini yang menjadi petunjuk, pedoman dan
pelajaran bagi siapa saja yang mempercayai serta mengamalkannya. Bukan saja
itu, tetapi juga al-Qur'an itu adalah kitab suci yang paling penghabisan diturunkan Allah,
yang sisinya mencakup segala pokok-pokok syari'at yang terdapat dalam
kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang yang
mempercayai al-Qur'an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan
memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkannya sampai merata
rahmatnya dirasai dan dikecap oleh penghuni alam semesta.[2]
Dalam al-Qur’an memuat begitu banyak aspek
kehidupan manusia. Tak ada rujukan yang lebih tinggi derajatnya
dibandingkan dengan al-Qur’an yang hikmahnya meliputi seluruh alam dan isinya
baik yang tersurat maupun yang tersirat tak akan pernah habis untuk digali dan
dipelajari. Ketentuan-ketentuan hukum yang dinyatakan dalam al-Qur’an dan al-Hadist berlaku secara
universal untuk semua waktu, tempat dan tak bisa
berubah, karena memang tak ada yang mampu merubahnya.
Al-Qur’an sebagai ajaran suci
umat Islam, di dalamnya berisi petunjuk menuju ke arah kehidupan yang lebih
baik, tinggal bagaimana manusia memanfaatkannya. Menanggalkan nilai-nilai yang
ada di dalamnya berarti menanti datangnya masa kehancuran. Sebaliknya kembali
kepada al-Qur’an
berarti mendambakan ketenangan lahir dan bathin, karena ajaran
yang terdapat dalam al-Qur’an berisi kedamaian.
Ketika umat
Islam menjauhi al-Qur’an
atau sekedar menjadikan al-Qur’an hanya sebagai bacaan keagamaan maka sudah
pasti al-Qur’an akan kehilangan relevansinya terhadap
realitas-realitas alam semesta. Kenyataannya orang-orang di luar Islamlah yang
giat mengkaji realitas alam semesta sehingga mereka dengan mudah dapat
mengungguli bangsa-bangsa lain, padahal umat Islamlah yang seharusnya memegang
semangat al-Qur’an.[3]
Namun nampaknya
melihat fenomena yang terjadi kehidupan umat manusia pada zaman sekarang ini
sudah jauh dari nilai-nilai al-Qur’an. Akibatnya bentuk penyimpangan
terhadap nilai tersebut mudah ditemukan di lapisan masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dari berbagai peristiwa yang terjadi, yang menunjukkan penyimpangan
terhadap nilai yang terdapat di dalamnya. Minimnya pengetahuan masyarakat
terhadap pemahaman al-Qur’an, akan semakin memperparah kondisi masyarakat
berupa dekadensi moral. Oleh karena itu, untuk memurnikan kembali kondisi yang
sudah tidak relevan dengan ajaran Islam, satu-satunya upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan kembali kepada ajaran yang terdapat di dalamnya. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup dalam
konteks makna yang lebih luas. Orang yang masuk dalam kategori memiliki kecerdasan spiritual biasanya memiliki
kepedulian terhadap sesama.
Pendidikan keimanan berarti melindungi aspek
keimanan dari segala hal yang bisa mengotori keindahannya dan menimbulkan
penyakit bagi pemiliknya, sekaligus
membangun diri dari berbagai ibadah yang di syariatkan, membersihkannya dari
kotoran-kotoran, dan menghiasinya dengan bermacam – macam keutamaan yang
beragam. Pendidikan keimanan juga dapat berarti mendidik anak-anak untuk melaksanakan
berbagai ibadah dengan menyelami spiritnya, dan bukan dengan sekadar formailtas
pelaksanaannya semata. Bukan pula dengan menakut-nakuti atau memaksa
mereka, melainkan dengan menguatkan perasaan diawasi Allah, takut dan cinta
kepadanya di dalam dirui anak, juga dengan menakut-nakuti akan siksaan di
akhirat, dan membujuknya dengan iming -iming syurga.[4]
Kitab al-Quran telah mengikrarkan bahwa
tauhid adalah akidah universal (syamil).
Maksudnya, akidah yang yang mengarahkan seluruh aspek kehidupan dan tidak
mengotak-ngotakkannya. Seluruh aspek dalam hidup manusia hanya dipandu oleh
hanya satu kekuatan, yaitu tauhid. Konsekuensinya ialah penyerahan (Islamisasi)
manusia secara total mulai dari kalbu, wajah, akal pikiran, qaul (ucapan),
hingga amal kepada Allah semata-mata.[5]
Berjalan
di bumi dengan lagak yang sombong ialah berjalan dengan gaya takabur dan tidak
mempedulikan manusia, yaitu satu lagak yang dibenci Allah dan juga oleh manusia.
Gerak-gerik dan lagak yang seperti ini adalah membayangkan seseorang itu
ditimpa penyakit takabur “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri.”[6] Perkataan Mukhtal
disifatkan kepada orang yang berjalan dengan gaya sombong dan takabur
termasuklah gaya berjalan yang melenggang-lenggok karena kegembiraan mendapat
nikmat yang banyak. Sedangkan fakhur berarti orang yang selalu memuji-muji diri
sendiri dan menghina orang lain yang tidak sama seperti dirinya.[7]
Berdasakan
latar belakang masalah yang penulis bahas diatas, maka penulis tertarik untuk
membuat kajian dengan judul “ Pendidikan Spritual Dalam Surat al-Isra Ayat 1
- 5”
B. Rumusan Masalah
Adapun
yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana nilai
pendidikan aqidah dalam surat al-Isra Ayat 1 - 5?
2.
Bagaimana nilai
pendidikan ibadah dalam surat al-Isra Ayat 1 - 5?
3.
Bagaimana nilai pendidikan akhlak dalam surat al-Isra Ayat 1 - 5?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui nilai
pendidikan aqidah dalam surat al-Isra Ayat 1 - 5.
2.
Untuk mengetahui nilai pendidikan
ibadah dalam surat al-Isra Ayat 1 - 5.
3.
Untuk mengetahui nilai pendidikan akhlak dalam surat al-Isra Ayat 1 - 5.
D. Kegunaan Pembahasan
Adapun yang
menjadi kegunaan pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah:
Secara
teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pendidikan spritual
dalam surat al-Isra Ayat 1 - 5. Selain
itu hasil pembahasan ini dapat di
jadikan bahan kajian bidang study pendidikan.
Secara
praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan niliai tambah dalam
memperbaiki dan mengaplikasikan pendidikan spritual dalam surat al-Isra Ayat 1 - 5 ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan
dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia
pendidikan Islam.
E. Penjelasan Istilah
Agar terhindar
dari kesimpangsiuran
dan kesalahpahaman dalam pemakaian istilah merupakan salah satu hal yang sering
terjadi, sehingga mengakibatkan penafsiran yang berbeda. Maka untuk menghindari
hal tersebut di atas, penulis merasa perlu mengadakan pembatasan dari istilah-istilah
yang terdapat dalam judul skripsi ini.
Adapun istilah
yang penulis anggap perlu dijelaskan adalah: nilai, pendidikan dan al-Qur’an.
1. Nilai
Menurut Noor Syam, nilai adalah "suatu penetapan atau suatu kualitas
sesuatu objek yang menyangkut suatu jenis apresiasi atau minat”.[8]
Menurut pandangan idealisme nilai itu bersifat normatif dan objektif. Maksudnya
bahwa “sikap”, “tingkah laku” dan “ekspresi” parasaan juga mempunyai hubungan
dengan kualitas baik dan buruk, secara fundamental tidak berubah dari generasi
kegenerasi”.[9] Nilai diartikan
dengan kandungan yang berharga. Sedangkan pendidikan diartikan dengan bimbingan
atau pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada si terdidik
dalam perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan.[10]
Adapun nilai yang penulis maksudkan adalah
kandungan yang terkandung dalam surat al-Isra ayat 1-5.
2. Pendidikan Spritual
Pendidikan
berasal dari kata didik yang artinya ”Memelihara, memberi latihan, dan
pimpinan, kemudian kata didik itu mendapat awalan pe- akhiran- an sehingga
menjadi pendidikan yang artinya perbuatan mendidik.”[11] Menurut ensiklopedia pendidikan
menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha manusia untuk membawa anak yang belum
dewasa dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala perbuatannya
secara moral.[12] Oemar
Muhammad at-Tomy al-Syaibani dalam
buku ”Filsafat Pendidikan” mengemukakan bahwa ”Pendidikan adalah usaha-usaha
untuk membina pribadi muslim yang terdapat pada pengembangan dari segi
spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial.[13]
Dari pengertian di
atas maka yang penulis maksudkan dengan pendidikan Islam adalah suatu usaha membimbing dan membina pribadi muslim baik
jasmani ataupun rohani menuju terbentuknya akhlak yang mulia sesuai dengan Al-qur’an dan sunnah.
Sedangkan
spritual menurut Dessy Anwar dalam kamus lengkap bahasa Indonesia adalah
mental, akhlak, moral dan tingkah laku[14] Hoetomo dalam Kamus Lengkap bahasa Indonesia menjelaskan “jiwa adalah roh
manusia, roh yang ada dikehidupan batin manusia,kejiwaan,seutuhnya yang terjadi
dari perasaan batin, pikiran, angan-angan dan sebagainya.[15]
Dari pengertian
di atas maka yang penulis maksudkan dengan spritual adalah kejiwaan seseorang.
F. Metode Penelitian
Adapun metodelogi dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1.
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif: suatu penelitian yang menggambarkan pendidikan
spritual dalam surat Al-Isra Ayat 1 - 5. dalam hal ini Sukardi menjelaskan
bahwa: metode kuantitatif merupakan suatu metode yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan, apakah pengaruh tingkat satu variabel atau
lebih”.[16]
Selanjutnya Sukardi, mengatakan pula bahwa:
Penelitian kuantitatif adalah suatu
metode penelitian yang menggunakan angka-angka dalam menjelaskan hasil
penelitian atau metode yang menunjukkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya
tentang situasi yang diambil suatu hubungan dengan kesehatan, pandangan, sikap
yang nampak atau kecenderungan yang sedang nampak, pertentangan yang sedang meruncing
dan sebagainya.[17]
Penelitian ini akan menjelaskan pendidikan
spritual dalam surat Al-Isra Ayat 1 - 5.
2.
Ruang lingkup pembahasan
Adapun ruang lingkup pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah:
Tabel Ruang Lingkup Pembahasan
No
|
Ruang Lingkup
|
Hasil Yang
Diharapkan
|
1
|
Pendidikan ketauhidan
|
a)
Ketaatan
b)
Iman
c)
Aqidah
|
2
|
Pendidikan Spritual
|
a)
Jasmani
b)
Rohani
c)
Akhlak
|
3
|
Syukur nikmat
|
a)
Ibadah
b)
Sedekah
c)
Infaq
|
4
|
Larangan sombong
|
a)
Dengki
b)
Iri Hati
c)
Khianat
|
3.
Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1)
Sumber
data primer adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber
data dan penyelidik untuk tujuan penelitian.[18].
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah Tafsir al-Misbah, karya M Quraish Shihab, Islam dan Kesehatan Mental,
Pokok-Pokok Keinianan, karya Zakiah Daradjat.
2)
Sumber
data skunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer
tersebut yaitu buku “Tafsir fi Zhilalil Qur’an di bawah Naungan Al-Qur’an” karya
Sayyid Quthb, “Metode
Pendidikan Qur’ani ; Teori dan Aplikasi,”, karya Syahidin. Tafsir al-Azhar, karya
Hamka,. Cahaya
al-Qur-an karya M. Ali Ash-Shabuny. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat karya Abdurrahman An Nahlawi.
4.
Tehnik Pengumpulan Data
Adapun tehnik
pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik Library Research yaitu menelaah buku-buku, teks dan
literature-literature yang berkaitan dengan permasalahan di atas.[19]
Suatu metode pengumpulan data atau bahan melalui perpustakaan yaitu dengan
membaca dan menganalisa buku-buku, majalah-majalah yang ada kaitannya dengan
masalah yang penulis teliti. Selain itu juga akan memanfaatkan fasilitas
internet untuk memperoleh literatur-literatur yang berhubungan dengan skripsi
ini.
5.
Tehnik Analisa Data
Teknik analisis data adalah proses kategori urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia
membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap
analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara
dimensi-dimensi uraian.
Menurut Lexy,J. Moleong, analisis data adalah yakni suatu teknik penelitian
untuk membuat inferensi dengan mengidentifikasi karakter khusus secara obyektif
dan sistematik yang menghasilkan deskripsi yang obyektif, sistematik mengenai
isi yang terungkap dalam komunikasi.[20]
G. Sistematika
Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab satu, pendahuluan meliputi :
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, kegunaan
pembahasan, penjelasan istilah, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab dua, pendidikan spiritual dalam Islam meliputi: pengertian
pendidikan, pendidikan spiritual, tujuan pendidikan spiritual dalam Islam dan
kerangka berfikir
Bab tiga, seputar surat Al-isra’ meliputi
: teks ayat, Asbabul
Nuzul, hubungan dengan surat sebelum dan sesudahnya dan pendapat para ahli
tafsir tentang kandungan ayat.
Bab empat, nilai-nilai pendidikan
dalam surat al-Isra’ ayat 1-5 meliputi : nilai pendidikan aqidah, a nilai pendidikan
ibadah, nilai pendidikan akhlak.
Bab lima, penutup yang meliputi:
kesimpulan dan saran-saran.
Sedangkan
dalam penulisan skripsi ini untuk adanya keseragaman dan kesamaan dalam
penulisan pengetikan penulis berpedoman pada buku ” Panduan Penulisan Proposal
dan Skripsi yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Almuslim
Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2009.
[1]
Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, terj. Mudzakir AS,
Cet. III, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 1996), hal. 1.
[3]
Muhammad al-Ghazali, Berdialog dengan al-Qur’an, Cet. IV, (Bandung:
Mizan, 1999),
hal. 21.
[4] Hannan Athiyah
Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan diMasa Kanak -
Kanak, cet. I
(Jakarta: Amzah, 2004), hal. 2.
[5]
Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral, dan Spiritual Anak dalam
Keluarga Muslim, Terj.
Ibnu Murdah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998), hal. 5.
[6]
Wahbah Zuhaily, dalam Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (hati
yang selamat hingga kisah luqman), (Bandung: Marja, 2007), hal. 154.
[8]
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 1997), hal. 113.
[13]
Oemar Muhammad At-Tomy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, Cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal.44.
[14]
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Cet.I, (Surabaya: Karya Abditama, 2001), hal. 325.
[18]
Winarmo Surachmad, Dasar dan Teknik Research Pengantar
Metodologi Ilmiah, (Bandung:
Angkasa, 1987), hal. 163.
[19]Kartini,
Pengantar Metodologi Research Sosial, (Bandung: Alumni, 1980), hal. 28.