Pengertian ASI dan Kandungannya
BAB II
PEMBERIAN ASI DALAM ISLAM
A. Pengertian ASI dan Kandungannya
Air susu ibu (ASI) adalah
hasil laktasi (sekresi susu) yang mempunyai komponen utama laktosa, air dan lemak dan antibody untuk melawan virus dan bakteri
sehingga secara tidak langsung bisa menjadi imunitas pasif bagi anak.[1] Sementara pendapat lainnya mengatakan bahwa air
susu ibu (ASI) merupakan cairan hidup yang berubah dan berespon terhadap
kebutuhan bayi seiring dengan pertumbuhannya.[2] Tidak diragukan lagi bahwa menyusui adalah pilihan tepat
bagi ibu dan anak. Menyusui juga merupakan cara alami memberi makan bayi. Sejak
terjadinya pembuahan, tubuh ibu telah mempersiapkan diri untuk menyusui,
payudara bereaksi terhadap hormon kehamilan dan mulai mengembangkan jaringan
baru untuk menghasilkan dan menyimpan susu serta darah dan pembuluh getah
bening.
Pada masa sekarang ini,
dengan semakin banyaknya susu pengganti air susu ibu (ASI) dan berbagai bentuk
botol susu, semakin banyak para ibu yang enggan menyusui bayinya. Hal ini
dikarenakan takutnya kehilangan kecantikan dan kesibukan pekerjaan sehingga
menyusui menjadi hal yang dianggap remeh bagi sebagian kaum ibu. Sehingga
bertolak belakang dengan konsep Islam yang sebenarnya jika seorang ibu tidak
mau memberikan atau menyusui bayi sendiri. Dalam hal ini Allah telah berfirman:
وَاعْلَمُواْ
أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّهَ عِندَهُ أَجْرٌ
عَظِيمٌ) الأنفال: ٢٨(
Artinya: Dan Ketahuilah, bahwa
hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi
Allah-lah pahala yang besar (QS. Al-Anfal:28).[3]
Padahal Tuhan telah
menciptakan air susu ibu (ASI) pada diri ibu itu sendiri tanpa perlu
mengeluarkan biaya. Selain itu harus diingat bahwa menyusui sendiri bayi yang
dilakukan oleh ibu adalah bentuk usaha pertama yang dapat dilakukan oleh ibu
untuk mengenal anaknya dan sebaliknya. Bahan-bahan yang terkandung dalam air susu ibu (ASI) berbeda dengan bahan
kandungan dalam susu formula, misalnya susu sapi mengandung protein dua kali
lebih banyak daripada air susu ibu (ASI). Rasio bahan-bahannya juga amat
berbeda, karena susu ibu lebih kaya asam lemak tak jenuh ganda dibandingkan
dengan susu formula.
Banyak zat dalam air susu
ibu (ASI) yang tidak terdapat sama sekali atau hanya ada dalam jumlah kecil
pada susu formula. Air susu ibu (ASI) mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan lainnya.[4] Susu apapun mengandung zat
gizi seperti karbohidrat, lemak dan protein. Ada juga mineral dan sejumlah
unsur-unsur kimia tertentu. Namun jumlah dan jenisnya sangat berbeda jika
dibandingkan dengan ASI. Kandungan yang terdapat dalam ASI yang sangat tepat
untuk bayi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Karbohidrat
Karbohidrat terbanyak yang
ada dalam ASI adalah laktosa.
Jumlahnya juga lebih banyak daripada susu sapi. Laktosa diperlukan dalam pertumbuhan otak. Laktosa memiliki struktur kimia berupa sepasang gula yaitu glukosa dan galaktosa. Galaktosa
inilah makanan utama dalam pengembangan jaringan otak. Jumlah galaktosa dalam ASI lebih banyak dari
mamalia lain seperti sapi, karena manusia memiliki ukuran otak yang lebih besar
sehingga memerlukan makanan yang lebih banyak daripada mamalia lainnya.
Laktosa juga berperan membantu
dalam penyerapan kalsium yang berguna untuk pembentukan tulang sehingga bayi
yang mengkonsumsi ASI tubuhnya akan lebih kuat dan tulangnya pun lebih kuat.
2.
Lemak
Istilah lemak tidak asing
lagi ditelinga. Lemak tidak hanya berhubungan dengan gemuk atau tidaknya
seseorang. Lemak memiliki berbagai fungsi bergantung pada bentuk dan
keberadaannya dalam tubuh manusia. Lemak sangat penting dalam penyediaan energi
dengan jumlah kalori yang paling banyak diantara zat gizi lain dalam berat yang
sama. Secara kimia, lemak tersusun oleh asam-asam lemak yang tersusun oleh
rantai karbon dengan susunan yang khas. Jumlah dan susunan rantai akan
menunjukkan sifat yang berbeda-beda. Jika lemak dalam tubuh manusia tidak cukup
tubuh manusia akan berkembang dengan gejala perlambatan.[5]
Manusia mampu memproduksi
asam lemak untuk berfungsinya organ-organ tubuh. Namun manusia tidak punya
enzim yang cukup untuk membuat asam lemak tertentu sehingga harus dipenuhi
dengan mengkonsumsi dari bahan tumbuhan dan hewan. Ada beberapa asam lemak yang sangat esensial yang harus
diperoleh dari makanan. Asam lemak omega-3
yang dalam bahasa indonesia biasanya disebut asam linolenat dan asam lemak omega-6
atau asam linoleat yang sangat
berperan besar dalam tubuh manusia. Ada dua asam lemak omega-3 yang sangat berperan besar dalam fungsi tubuh,
yaitu EPA (Eicosa Pentanoic Acid) dan DHA
(Docosa Hexanoid Acid). DHA dapat dibuat dari EPA dan asam inilah yang menguasai otak
dan retina mata. DHA diperlukan bagi
perkembangan otak dan kemampuan melihat.[6]
Asam lemak tersebut
terdapat dalam jumlah cukup dalam ASI. Asam lemak ini berguna dalam proses myelinisasi atau pembentukan selaput
khusus dalam saraf otak yang dapat mempercepat alur kerja saraf. Jika
pembentukan selaput ini sukses saraf bayi tentu akan lebih lancar bekerja,
segala sinyal tubuh yang dikendalikan oleh otak akan berjalan dengan baik. Anak
pun akan lebih sehat, pintar dan aktif. Lemak ini tidak terdapat dalam susu sapi. Ini disebabkan karena otak sapi
tidak sebagus otak manusia yang harus berpikir dalam menjalani hidupnya. ASI
memberi jenis dan jumlah lemak yang tepat untuk pertumbuhan bayi. Lemak dalam
ASI juga unik, lemak ASI lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi karena ASI
juga mengandung enzim lipase yang
mampu memecah dan mencerna lemak. Dengan demikian sebagian besar lemak yang ada
akan dapat dicerna dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan.
Bayi sulit menyerap lemak
jika minumnya susu formula. Susu formula tidak mengandung enzim lipase dikarenakan enzim yang terdapat dalam susu formula
akan rusak dalam pemanasan selama pengolahan dari hewan sumbernya menjadi susu
formula. Kadar lemak dalam ASI dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan bayi pada
saat itu. Bahkan, kadar lemak dalam ASI bisa berbeda pada hari yang sama. ASI yang
keluar pada malam hari cenderung lebih kental dan lebih banyak lemak yang
berguna untuk pemenuhan kalori esok hari. ASI yang keluar pada siang hari
cenderung lebih encer dengan lemak yang lebih sedikit.[7]
3.
Protein
Bayi tumbuh sangat cepat pada awal pertumbuhannya.
Itulah sebabnya bayi sangat membutuhkan protein. Protein adalah zat gizi yang
berguna untuk membentuk sel-sel tubuh bayi dalam masa pertumbuhan. Bayi mendapatkan protein dari ASI. ASI mengandung protein
khusus untuk bayi manusia. ASI mengandung dua macam protein utama yaitu whey dan kasein. Whey adalah
protein halus, lembut dan mudah dicerna. Sebaliknya kasein adalah protein yang kasar, bergumpal dan sukar dicerna oleh
usus bayi.[8] Namun dalam susu sapi juga mengandung kedua protein tersebut, namun susu
sapi mengandung lebih banyak kasein daripada
whey.
Usus adalah bagian yang
menyaring dan menyalurkan protein yang baik kedalam darah dan menahan protein
yang berbahaya atau alergen. Pada
bulan pertama usus bayi lebih terbuka sehingga berlubang dan kurang mampu
menahan bocornya protein asing kedalam darah. Dengan kondisi ini bayi rawan
terkena alergi, namun ASI menyiapkan senjatanya karena ia juga mengandung alfalaktalbumin.
Sebaliknya susu sapi
mengandung laktoglobulin dan bovine serum albumin yang sering
menyebabkan alergi. Jadi bayi dibawah enam bulan yang mendapatkan susu formula
makin rawan terkena alergi. Memasuki usia enam bulan usus yang berlubang pada bayi mulai tertutup
seiring dengan kondisi usus yang semakin matang. Itulah sebabnya saat yang
tepat untuk pemberian makanan pada bayi adalah saat dia mulai berumur enam
bulan atau saat ususnya sudah siap. Tidak hanya itu, ASI juga mengandung taurin.
Taurin adalah protein otak yang
berguna untuk pertumbuhan otak, susunan saraf dan retina mata. Taurin hanya terdapat dalam ASI ataupun
susu sapi tidak mengandung taurin
sama sekali.[9]
4.
Vitamin dan
Mineral
ASI mengandung vitamin dan
mineral dalam jenis dan jumlah yang lengkap. Meskipun kadar mineralnya rendah,
ia dapat mencukupi kebutuhan bayi. Dan hampir semua vitamin dan mineral yang
terkandung dalam ASI dapat diserap dengan baik oleh tubuh bayi sebagaimana
karbohidrat, lemak dan protein. Jadi kata kuncinya adalah cocok atau sesuai. Zat gizi yang terdapat dalam
ASI adalah gizi yang paling cocok dengan kebutuhan bayi. Kadar ketersediaannya
disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh pertumbuhan dan perkembangan
badan bayi. Hal inilah yang tidak dapat ditiru oleh teknologi manusia.
Sekalipun susu formula ditambah dengan berbagai zat yang diklaim dapat membuat
bayi cerdas, tetapi pada kenyataannya susu ASI dan formula tetap berbeda.
Dengan kata lain bahan sintesis tidak akan pernah sama dengan bahan alami.
Jika bahan sintesis itu
ditambahkan pada susu formula kita tidak dapat meyakini bahwa zat itu dapat
diserap, jadi sekalipun dalam susu formula ditambahkan zat-zat tertentu tidak
menjadi jaminan bayi akan mendapatkan asupan yang sama dengan yang tertulis dikemasannya.
Malah efek buruknya adalah zat pada susu formula yang tidak dapat diserap dapat
memberatkan kerja usus bayi. Hal ini membuat kehidupan dalam usus menjadi tidak
seimbang dalam badan bayi tersebut. Dalam Islam bahkan dijelaskan mengapa air seni bayi yang belum mendapat
minum selain susu ibunya hukum najisnya lebih ringan daripada yang sudah
mendapat minum yang lain. Sehingga dapat diambil kesimpulan secara fisik air
seni bayi ASI dianggap lebih bersih daripada air seni bayi yang minum susu formula.
Hal tersebut berbeda
dengan susu formula yang walaupun pabrik/perusahaan susu telah menambahkan
beberapa zat pada sejumlah merk susu formula untuk menyerupai kandungan air
susu ibu (ASI), zat tersebut bukan berasal dari manusia sehingga tidak identik
dengan manusia itu sendiri.
Secara mudahnya dapat
dikatakan bahwa bahan yang terkandung dalam air susu ibu (ASI) terdapat dalam
jumlah yang tepat untuk bayi manusia, sama halnya seperti susu kucing tepat
untuk anak kucing, susu kambing tepat bagi bayi kambing. Susu lainnya yang biasa diberikan kepada bayi umumnya
dibuat dari susu sapi atau kedelai dan disebut susu formula. Terdengar ilmiah
bagi telinga, karena susu tersebut memang harus diubah formulanya dengan
mempertimbangkan keamanannya bagi sistem pencernaan bayi.
Meskipun susu formula
dimodifikasi dan disesuaikan dengan zat yang terkandung dalam ASI, hasilnya
tidak akan sama dengan air susu ibu (ASI). Manusia memproduksi susu yang sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan keturunan manusia itu sendiri. Susu dari
mamalia lain tentu berbeda walaupun sempurna bagi keturunannya, idealnya tetap
tidak akan bisa disamakan dengan kebutuhan manusia.
[2]Heather
Welford, Menyusui Bayi Anda,
(Jakarta: Dian Rakyat, 2008), hal. 11.
[3]
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penterjemah al-Quran,
1991), hal. 261