Pengertian dan Tujuan Pendidikan Keluarga
BAB III
PENDIDIKAN KELUARGA MUSLIM
A.
Pengertian
dan Tujuan Pendidikan Keluarga
Lapangan pendidikan
Islam identik dengan ruang lingkup pendidikan Islam, yaitu bukan sekedar proses
pengajaran (face to face), tetapi mencakup segala usaha penanaman (internalisasi)
nilai-nilai Islam ke dalam diri subjek didik. Usaha tersebut dapat dilaksanakan
dengan mempengaruhi, membimbing, melatih, mengarahkan, membina dan
mengembangkan kepribadian subjek didik. “Tujuannya adalah agar terwujudnya manusia muslim yang berilmu, beriman dan beramal
salih. Usaha-usaha tersebut dapat dilaksanakan secara langsung ataupun secara tidak langsung”.[1]
Dalam bahasa Arab
pendidikan diistilahkan dengan tarbiyah, istilah ini berarti mengasuh,
memelihara, membuat, menjadikan bertambah dalam pertumbuhan, membesarkan,
memproduksi hasil-hasil yang sudah
matang. Pemahaman yang lebih rinci
mengenai tarbiyah ini harus mengacu kepada substansial yaitu
pemberian pengetahuan, pengalaman dan kepribadian. Karena itu pendidikan Islam harus dibangun dari perpaduan
istilah 'ilm atau 'allama (ilmu, pengajaran). 'adl (keadilan), 'amal (tindakan), haqq
(kebeenaran atau ketetapan hubungan dengan
yang benar dan nyata, nuthq
(nalar), nafs (jiwa), qalb (hati), 'aql (pikiran atau
intelek), meratib dan darajat (tatanan hirarkhis), ayat
(tanda-tanda atau simbol), tafsir dan ta'wil
(penjelasan dan penerangan), yang secara keseluruhan terkandung dalam istilah adab.[2]
Secara keseluruhan
definisi yang bertemakan pendidikan
keluarga itu mengacu kepada suatu pengertian bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan keluarga adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan membina
anak-anak yang dilakukan secara sadar
dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai
ajaran Islam. Tujuan ini secara herarkhis bersifat ideal bahkan universal.
Tujuan tersebut dapat dijabarkan pada tingkat yang lebih rendah lagi, menjadi tujuan yang bercorak nasional, berpokok ajaran,
sampai dengan setiap kali melaksanakan kegiatan pendidikan rumah tangga.[3]
Sementara
itu, tujuan pendidikan keluarga dalam Islam mempunyai tujuan umumnya adalah
menjadikan manusia sebagai abdi atau hamba Allah, mengingat Islam adalah
risalah samawi yang diturunkan kepada seluruh manusia sejak detik-detik pertama
turunnya Islam. Tujuan strategis ini, sesuai dengan firman Allah sebagai
berikut:
اِنْ هُوَ اِلاَّ ذِكْرٌ
لْلعَالَمِيْنَ (التكوير: ٢٧)
Artinya: Al-Quran tidak lain hanyalah
peringatan bagi semesta alam. (Qs. at-Takwir: 27).
Bahkan sebelum turun
ayat ini keharusan da'wah merupakan tugas untuk memperingatkan seluruh manusia
terhadap kufur dan syirik serta menyuruh mereka supaya mengagungkan dan membesarkan Asma Allah, dengan meneladani
Muhammad sebagai Rasul.[4]
Di samping itu secara
rinci tujuan pendidikan keluarga dalam Islam adalah:
Pertama, untuk membentuk akhlak yang mulia, karena akhlak inti pendidikan
keluarga untuk mencapai akhlak yang sempurna harus melalui pendidikan. Kedua,
Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan keluarga
bukan hanya menitikberatkan pada
keagamaan saja, atau pada keduniaan saja tetapi pada kedua-duanya. Ketiga,
Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi manfaat atau lebih dikenal
dengan prefosionalisme. Tujuan ini adalah menyiapkan anak-anak dari segi
propesionalisme, supaya dapat menguasai profesi tertentu, dan keterampilan
pekerjaan agar dapat mencari rezeki dalam hidup di samping memelihara segi
kerohanian dan keagamaan. Keempat, menumbuhkan semangat ilmiyah pada
anak-anak dan memuaskan keingintahuan (curiosity) dan memungkinkan ia
mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri. [5]
Secara psikologi tujuan
pendidikan keluarga dalam Islam adalah:
1. Pendidikan akal dan persiapan pikiran, Allah
menyuruh manusia untuk merenungkan kejadian langit dan bumi agar dapat beriman
kepada Allah.
2. Menumbuhkan potensi-potensi dan bakat-bakat
terutama pada manusia karena Islam adalah agama fitrah sebab ajarannya tidak
asing dari tabi'at manusia, bahkan ia adalah fitrah yang manusia diciptakan
sesuai dengannya.
3. Menaruh perhatian pada kekuatan dan
potensi generasi muda dan mendidik
mereka sebaik-baiknya, baik lelaki maupun perempuan.
4. Berusaha untuk menyeimbangkan segala
potensi-potensi dan bakat-bakat manusia.[6]
Berdasarkan gambaran
di atas dapat dipahami, bahwa dalam AlQuran tujuan pendidikan keluarga adalah: pertama,
mengarahkan manusia agar menjadi
khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik-baiknya, yaitu melaksanakan
tugas-tugas memakmurkan dan mengelola bumi sesuai dengan kehendak Tuhan. Kedua,
mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahannya di muka bumi
dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut
terasa ringan dilaksanakan. Ketiga, membina dan mengarahkan potensi
akal, jiwa dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan
yang semua ini dapat digunakan untuk mendukung tugas pengabdian dan
kekhalifahan. Keempat, mengarahkan manusia agar berakhlak mulia,
sehingga tidak menyalahkan fungsi kekahlifahannya. Kelima, mengarahkan
manusia agar dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
[2]Khursyid Ahmad,
Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, terj. A.S Robith (Surabaya:
Pustaka Progresif, 1992), hal. 14.
[3]Abudin
Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta :
RajaGrafindo Persada, 2000), hal. 292.
[4]Abdul
Fatah Jalal, Azas-azas Pendidikan
Islam, (Bandung: Diponegoro, 1988), hal. 119.
[5]Azis
Abbas, Filsafat Pendidikan,
(Jakarta: Sumber Widya, 1995), hal. 71.
[6]Hasan
Langgulung, Manusia dan Pendidikan
Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Al-Husna Zikra,
1995), hal. 61.