BAB II
PEMBERANTASAN SIFAT MUNAFIK
A. Pengertian
Sifat Munafik
Nifaq (munafik) secara bahasa merupakan jenis penipuan, makar, menampakkan kebaikan
dan memendam kebalikannya.[1] Kata
nifak berasal dari kata naafaqa-yunafiqu-munafaqatan-wanifaaqan, diambil
dari kata naafiqa’ yang artinya lubang tikus yang dicari satu lubang, maka akan
keluar pada lubang lain. Abu Ubaid berkata: disebut kata almunafiqu-munafiqan
linnafaqi yaitu suatu lubang didalam tanah, dan ada yang mengatakan bahwa
kata munaafiqan karena naafaqa seperti tikus yang masuk pada sebuah lubang.
Munāfiq atau Munafik
(kata benda, dari bahasa Arab: منافق, plural munāfiqūn) adalah terminologi dalam Islam untuk merujuk pada
mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama namun sebenarnya tidak
mengakuinya dalam hatinya. “Munafik (المنافق) artinya adalah orang yang nifaq
(النفاق). Nifaq secara
bahasa berarti ketidaksamaan antara lahir dan batin. Jika ketidaksamaan itu
dalam hal keyakinan, hatinya kafir tetapi mulutnya mengatakan beriman, maka ia
termasuk nifaq i'tiqadi”[2].
Pada zaman Rasulullah Saw, di Madinah ada munafik-munafik jenis ini dengan
gembongnya bernama Abdullah bin Ubay bin Salul. Nifaq jenis ini seperti firman
Allah Swt dalam surat Al-Baqarah :
وَمِنَ
النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم
بِمُؤْمِنِينَ) البقرة: ٨(
Artinya: Di antara manusia ada yang
mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian ," pada hal
mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.(Qs. Al-Baqarah: 8).
Karena kemunafikan itu masalah hati yang tersembunyi,
maka tidak seorangpun yang bisa memastikan seseorang itu munafik atau bukan.
Bahkan sahabat sekaliber Umar bin Khatab pun tidak mengetahuinya. Hanya seorang
sahabat yang tahu satu per satu orang-orang munafik di Madinah waktu itu.
Dialah Hudzaifah Ibnul Yaman. Hudzaifah mengetahui siapa orang-orang munafik
karena Rasulullah Saw memberitahukan kepadanya. Itu merupakan salah satu
keutamaan Hudzaifah sehingga ia dijuluki pemegang rahasia Rasulullah.
Ibnul Arabi berkata: tikus menggali tanah kemudian
menutupi lubangnya dengan tanah, tanah yang untuk menutupinya disebut Addaamaaa’.
Kemudian ia menggali lubang lain disebut Annaafiqa’, melubanginya tanpa
menembusnya. jika ia telah menempatinya ia kembali ketempat semula lalu memukul
dengan kepalanya dan keluar darinya.[3] Dengan
demikian, karakter orang munafik itu menipu, bolak balik, bimbang dan membuat
siasat, memperlihatkan sesuatu yang berbeda dengan yang disembunyikan dihati.
Itulah sisi kesamaannya dengan tikus atau biawak.[4]
[1] Syaikh Abdul Aziz bin Baz et.al, Fatwa-Fatwa
terkini , terj, Cet: 3, (Jakarta: Darul
Haq, thn: 2007), hal. 624.
0 Comments
Post a Comment