A. Problematika Pembelajaran Tahsinul Qiraah
Pendidikan al-Qur’an yang terdapat di
masyarakat belum bisa memenuhi kebutuhan. Terbukti masih banyak generasi muda
Islam yang belum bisa membaca al-Qur’an, apalagi mengetahui artinya dan mau
mengamalkan isinya. al-Qur’an memuat perintah yang harus dilakukan dan larangan
yang harus dijauhi. Hasil belajar yang kurang bagus adalah akibat adanya
problem yang selama iuni belum bisa dipecahkan.[1]
Kesulitan yang dirasakan sebagian orang
dalam mempelajari tahsin al-Quran telah mengantarkan pada satu kesimpulan bahwa
yang paling penting dalam membaca Al-Qur’an adalah berusaha memahaminya agar
mampu diamalkan, bahkan sebagian ada yang berpendapat bahwa kesempurnaan
membaca Al-Quran dengan menerapkan tajwid atau tahsinnya adalah
pelengkap saja atau sekedar hiasan (aksesoris), maka mencapai
kesempurnaan membacanya bukanlah suatu prioritas yang diutamakan, kembali pada
pendapat di atas, tujuan utama membaca Al-Quran adalah memahaminya untuk
diamalkan, sebab kalau tidak demikian, maka fungsi ‘huda’ tidak tercapai,
begitulah kira-kira pendapat sebagian orang tersebut. Terlebih lagi sebagian
orang tua ada yang berkata, lisan kami sudah sangat sulit untuk mencapai pengucapan
huruf yang sempurna, maka interaksi kami dengan Al-Quran cukuplah hanya
berusaha memahaminya agar bisa diamalkan.
[1]
Imansjah Alipandie, Didiktik Metodik Pembelajaran Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), hal. 56.
0 Comments
Post a Comment