Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar
Belakang Masalah
Dalam Al Qur’an, Allah mengungkapkan bahwa
manusia diciptakan secara ajaib. Untuk menciptakan manusia pertama, Allah
membentuk tanah liat, lalu meniupkan ruh ke dalamnya:
فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي
فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ, فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ
Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” Maka, apabila
telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh (ciptaan)Ku; maka
hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya”. (QS. Shaad, 38: 71-72)
Terlihat di sini bahwa manusia tidak
diciptakan dari kera atau makhluk hidup lainnya, sebagaimana kaum evolusionis
Muslim inginkan kita percayai, namun dari tanah liat, suatu zat yang tak-hidup.
Allah secara ajaib mengubah zat tak-hidup itu menjadi manusia dan meniupkan ruh
ke dalamnya. Tidak ada “proses evolusi alamiah” yang bekerja di sini, melainkan
penciptaan Allah yang ajaib dan langsung. Nyatanya, firmanNya sebagaimana
berikut ini memperlihatkan bahwa manusia diciptakan langsung oleh kekuasaan
Allah:
BAB II
P E M B A H A S A N
A.
Asal Usul Manusia
Dalam Al-qur’an surat Al Hijr ayat 28-29 Allah
SWT, menjelaskan tentang proses penciptaan manusia sebagai berkut
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ
بَشَراً مِّن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ, فَإِذَا سَوَّيْتُهُ
وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُواْ لَهُ سَاجِدِينَ) الحجر: ٢٨ -٢٩(
Artinya: "Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr (15) : 28-29)
Diantara sekian banyak penemuan manusia dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian canggih, masih ada satu
permasalahan yang hingga kini belum mampu dijawab dan dijabarkan oleh manusia
secara eksak dan ilmiah. Masalah itu ialah masalah tentang asal usul kejadian
manusia. Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan
bahwa makhluk hidup (manusia) berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun
kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi
manusia seperti sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan-penemuan
ilmiah berupa fosil seperti jenis Pitheccanthropus dan Meghanthropus.
Di lain puhak banyak ahli agama yang menentang
adanya proses evolusi manusia tersebut. Hal ini didasarkan pada berita-berita
dan informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang
mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama. Yang menjadi pertanyaan adalah
termasuk dalam golongan manakah Adam ? Apakah golongan fosil yang ditemukan
tadi atau golongan yang lain ? Lalu bagaimanakah keterkaitannya ?
B. Asal Usul
Manusia Menurut Islam
Kita sebagai umat yang mengakui dan meyakini
rukun iman yang enam, maka sudah sepantasnya kita mengakui bahwa Al Qur’an
adalah satu-satunya literatur yang paling benar dan bersifat global bagi ilmu
pengetahuan. Hal ini sesuai dengan firmanya dalam Al – qur’an surat Al-
baqarah ayat 2-3:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى
لِّلْمُتَّقِينَ,. الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا
رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ) البقرة: ٢-
٣(
Artinya: "Kitab
(Al Qur’an) in tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib....." (QS. Al Baqarah (2)
: 2-3)
Dengan memperhatikan ayat tersebut maka kita
seharusnya tidak perlu berkecil hati menghadapi orang-orang yang menyangkal
kebenaran keterangan mengenai asal usul manusia. Hal ini dikarenakan mereka
tidak memiliki unsur utama yang dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu Iman kepada
yang Ghaib. Ini sebenarnya tampak pula dalam pernyataan-pernyataan yang
dikeluarkan oleh mereka dalam menguraikan masalah tersebut yaitu selalu diawali
dengan kata kemungkinan, diperkirakan, dsb. Jadi sebenarnya para ilmuwanpun
ragu-ragu dengan apa yang mereka nyatakan.
C. Proses
Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam
diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah
dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan
ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam
firman-Nya :
. الَّذِي
أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنسَانِ مِن طِينٍ) السجدة: ٧(
Artinya: "Yang
membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
Dan diayat yang
lain Allah SWT berfirman:
. وَلَقَدْ خَلَقْنَا
الإِنسَانَ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ) الحجر: ٢٦(
Artinya: "Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara
rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29
. Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda yang Artinya: "Sesunguhnya
manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR.
Bukhari)
D. Proses
Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan
oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian
halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk
dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah satu
firman-Nya :
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا
مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ) يس: ٣٦(
Artinya: "Maha
Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui" (QS. Yaasiin (36) : 36)
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh
Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا
رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ
وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً )النساء: ١(
Artinya: "Hai
sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..."
(QS. An Nisaa’ (4) : 1)
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan : yang artinya "Maka sesungguhnya
perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam" (HR. Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati proses kejadian manusia
kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia laki-laki dan perempuan melalui
perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk yang telah
dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan perkawinan itu
maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.
E. Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua
keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua
keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat
ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis.
Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia
secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن
طِين,ٍ ثُمَّ جَعَلْنَاهُ
نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ, ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ
عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا
الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ
الْخَالِقِينَ) المؤمنون: ١٢-١٤(
Artinya: "Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) :
12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits Rasulullah SAW
bersabda : yang artinya "Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang
benar dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkannya
pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh
hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah.
Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian
diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk
menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya,
dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim)
Ungkapan ilmiah dari Al Qur’an dan Hadits 15
abad silam telah menjadi bahan penelitian bagi para ahli biologi untuk
memperdalam ilmu tentang organ-organ jasad manusia. Selanjutnya yang dimaksud
di dalam Al Qur’an dengan "saripati berasal dari tanah" sebagai
substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita
makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses
metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma),
kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran
antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian
berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan
dalam ayat diatas).
Para ahli dari barat baru menemukan masalah
pertumbuhan embrio secara bertahap pada tahun 1940 dan baru dibuktikan pada
tahun 1955, tetapi dalam Al Qur’an dan Hadits yang diturunkan 15 abad lalu hal
ini sudah tercantum. Ini sangat mengagumkan bagi salah seorang embriolog
terkemuka dari Amerika yaitu Prof. Dr. Keith Moore, beliau mengatakan :
"Saya takjub pada keakuratan ilmiyah pernyataan Al Qur’an yang diturunkan
pada abad ke-7 M itu".
Selain iti beliau juga mengatakan, "Dari
ungkapan Al Qur’an dan hadits banyak mengilhami para scientist (ilmuwan)
sekarang untuk mengetahui perkembangan hidup manusia yang diawali dengan sel
tunggal (zygote) yang terbentuk ketika ovum (sel kelamin betina) dibuahi oleh
sperma (sel kelamin jantan). Kesemuanya itu belum diketahui oleh Spalanzani
sampai dengan eksperimennya pada abad ke-18, demikian pula ide tentang
perkembangan yang dihasilkan dari perencanaan genetik dari kromosom zygote
belum ditemukan sampai akhir abad ke-19. Tetapi jauh ebelumnya Al Qur’an telah
menegaskan dari nutfah Dia (Allah) menciptakannya dan kemudian (hadits
menjelaskan bahwa Allah) menentukan sifat-sifat dan nasibnya."
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian
ilmu genetika (janin) bahwa selama embriyo berada di dalam kandungan ada tiga
selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu, dinding uterus
(rahim), dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan
dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus anak dalam
rahim). Hal ini ternyata sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di
dalam Al Qur’an :
خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ ثُمَّ جَعَلَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَأَنزَلَ لَكُم مِّنْ الْأَنْعَامِ ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ
يَخْلُقُكُمْ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقاً مِن بَعْدِ خَلْقٍ فِي ظُلُمَاتٍ
ثَلَاثٍ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
فَأَنَّى تُصْرَفُونَ) الزمر: ٦(
Artinya: Dia
menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya
dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang
ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan . Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang
mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan? (QS. Az Zumar (39) : 6).
BAB III
P E N U T U P
Berdasarkan uraian-uraian
yang penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab terakhir ini
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan serta mengajukan beberapa saran.
A. Kesimpulan
1.
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari
tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang
sebaik-baiknya.
2.
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia
ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia,
Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup
(isteri).
3.
Sesungguhnya manusia dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya)
dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula
(empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat
puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat
untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat
(macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya)
B. Saran –
Saran
1.
Disarankan kepada
umat islam umumnya dan khususnya kepada mahasiswa STIT untuk mempelajari Al –
qur’an secara detail lengkap dengan
penafsirannya menurut para mufassir
2.
disarankan kepada
Perguruan Tinggi untuk menyediakan Dosen yang ahli dibidang tafsir untuk
meningkatkan mutu para mahasiswa khususnya dalam rangka memahami al – Qur’an
dengan benar
3.
Diharapkan pada
mahasiswa/i agar dapat menampik pemahaman – pemahaman para orientalis ( musuh
islam ) yang berkemabng dikalangan masyarakat modern yaitu dengan memperkaya
diri dengan pengetahuan islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Qur’anulkarim dan
Terjemahan Departemen Agama RI.
Ibnu Katsir, tafsir
al-qur’anul ‘adhim, terj, Farizal Tarmizi, Cet,Pustaka azzam Jakarta selatan, 2004.
Diterjemahkan dari bab 3 buku “Mabani
Ensan Shenasi Dar Quran” (Dasar-dasar Pengenalan Manusia Dalam Al-Quran).
“Aya bih rasti insan zadeh-ye maimun ast?”
(Apakah Benar Manusia Keturunan Kera),
Tafsir Al-Mizan, jilid 32, untuk
menelaah kitab Khelqha-te Insan, rujuk Muhammad Taqi Misbah: Khelqhat-e Insan
az nazare Quran. Murteza Razawi Salduzi: Khelqhat-e Adam wa Bahsi dar Takamul
(Penciptaan Adam Dan Kajian Seputar Kesempurnaan). Mir Abul fath Da’wati: Quran
wa khelqhat-e Insan. Masih Muhajiri: Nazariyeh Takamul az didgah-e Quran.
Rujuk ke kitab Takamul dar Quran.