BAB I
P E N D A H U L U A N
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam undang-undang pendidikan menyebutkan: “bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[1] Definisi
tersebut dapat difahami bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang
diberikan orang dewasa terhadap peserta didik yang berupa suatu proses
bertujuan mendewasakan anak sehingga kelak akan menjadi generasi yang berguna
bagi nusa dan bangsa.
Dalam
konteks pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti, yaitu pembaruan
kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektivitas metode
pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan
responsif terhadap dinamika sosial, relevan, dan mampu mengakomodasikan
keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus
ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan, harus ditemukan strategi atau pendekatan
pembelajaran yang efektif, untuk lebih memberdayakan potensi siswa.[2] Ketiga
hal itulah yang sekarang menjadi fokus pembaruan pendidikan di Indonesia .
Pembelajaran yang optimal yang dimaksudkan adalah guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran mampu mengelola kelas dengan baik,
menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan metode mengajar bervariasi,
mampu melaksanakan evaluasi yang baik bagi semua kegiatan positif ini hanya
mampu dilaksanakan oleh guru yang efektif.
Guru yang efektif adalah guru yang berhasil mencapai sasaran yang
dituntut berdasarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimilikinya.
Untuk mengukur keefektifan itu sendiri kita tidak mampu melaksanakan ciri-ciri
saja antara lain memiliki kecerdasan latar belakang yang tinggi. Menurut
Burhani dan Hasbi Lawrens kata “Kompetensi” diartikan dengan kecakapan, kewenangan, kekuasaan dan
kemampuan."[3]
Dalam pembelajaran sangat
diperlukan suatu strategi untuk melakukan proses pembelajaran yang baik. Karena
strategi pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam
penggunaannya. Seorang guru memiliki peranan yang sangat penting dalam
menentukan strategi pembelajaran yang berupa metode, media, peralatan dan
lainnya. Pebelajaran kontekstual adalah salah satu dari sekian banyak strategi
yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran tidak terlepas dari metode yang digunakan guru. Guru dapat memilih
metode yang sesuai untuk setiap kegiatan pembelajaran, sehingga tercapainya
tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Penggunaan suatu metode harus
sesuai dan relevan dengan materi yang diajarkan.
Kontekstual merupakan suatu
konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.[4]
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dam
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran
diharapkan lebih dipentingkan dari pada hasil belajar. Hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan, berfikir
kritis, dan melaksanakan observasi serta manarik kesimpulan dalam kehidupan
jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar,
apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan,
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pengajaran dilakukan. “Dalam proses pembelajaran itu terdiri dari tiga komponen
yaitu pengajar, siswa dan bahan ajar.”[5] Peran pengajar sangat
penting karena ia berfungsi sebagai komunikator, begitu pula peran siswa yang
berperan sebagai komunikan. Bahan ajar yang diberikan oleh pengajar merupakan
pesan yang harus dipelajari oleh siswa dan seterusnya diadopsi sebagai bekal
siswa setelah penyelesaian studinya.
Al-Qur’an kitab suci dan
sebagai mu'jizat Nabi Muhammad SAW. yang terbesar ternyata tidak ada seorangpun
yang mampu membuat atau menulis semisal al-Qur’an. Pada mulanya seluruh manusia
ditanding untuk mencoba membuat tandingan yang serupa dengan Al-Qur’an, akan tetapi
tak seorangpun yang mampu menandinginya dan melakukannya.[6]
Dalam pembelajaran, guru harus memiliki
strategi, agar santri dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada
tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah
harus menguasai teknik penyajian pelajaran atau biasa disebut metode mengajar. Setiap
jenis metode mengajar hanya tepat atau sesuai untuk mencapai suatu tujuan yang
tertentu pula. Jadi untuk tujuan yang berbeda guru harus menggunakan metode
mengajar yang berbeda pula, oleh sebab itu seorang guru harus mengenal dan
menguasai banyak metode mengajar agar dapat digunakan secara bervariasi,
sehing-ga guru mampu menjalankan proses pembelajaran.
Dan
seperti yang telah diketahui bahwasannya di Indonesia banyak terdapat
metode-metode yang digunakan dalam rangka pembelajaran Al-Qur’an. Misalnya;
metode Qa’idah Baghdadiyah, metode Jibril, metode Iqra’,
metode Qira’ati, metode Al Barqy, metode Tilawati, dan
masih banyak lagi yang lainnya. Maka tugas seorang pendidik, guru,
ustadz/ustdzah-lah untuk menentukan metode yang tepat agar peserta didik dapat
lebih mudah untuk belajar baca tulis Al-Qur’an.[7] Dengan
demikian apabila pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan metode yang sesuai
dapat diterapkan secara konsekuen, diharapkan target dalam memberantas buta
huruf Al-Qur’an dan serta menciptakan generasi Qur’ani dapat terwujud.
Kalau berbicara tentang efektif atau
tidak dalam penerapkan metode iqra dalam belajar membaca Al-qur’an, maka paling
tidak jalan yang kita tempuh adalah membandingkan dengan metode-metode lainnya,
karena sulit kita bisa mengatakan sesuatu itu efektif atau tidak jika tidak ada
perbandingan sebelum dan sesudahnya.
Dan berbicara tentang metode belajar
membaca alquran, yang perlu kita pahami bersama bahwa setiap metode itu
mempunyai sisi kelebihan dan sisi kekurangan, sama halnya dengan menerapan
metode Iqra. Berdasarkan pengalaman penulis belajar membaca Alquran dan
mengajar membaca Al-Qur’an selama ini sudah tiga metode yang sudah saya
terapkan, yaitu metode turutan (mengeja), iqra, dan Abatatsa. Kalau kelebihan metode turutan (mengeja) membuat santri
mengenal huruf-huruf hijaiyah dengan baik, tapi penguasaannya memakan waktu yang
lama dan termakan lagu ketika dalam penerapan membaca Alquran sehingga banyak
kesalahan dalam tajwid. Kalau kelebihan metode iqra santri terhitung cepat
dalam menguasai teknik membaca Alquran, apalagi dengan sistem privat, tapi
pengenal huruf hijaiyah tanpa baris sangat kurang. Sedangkan metode Abatatsa adalah teknik membaca Alquran yang
sesuai dengan teks Alquran Rasm Ustmani.
Dengan demikian, menurut penulis
menerapan metode iqra masih saya pandang efektif digunakan dalam proses
pembelajaran belajar membaca Alquran, walaupun sekarang sudah banyak
bermunculan berbagai macam metode, terutama metode audio visual. Namun
penerapan metode iqra akan lebih efektif lagi jika digabungkan dengan
metode-metode lainnya untuk menutupi kekurangan dari metode iqra.
Strategi pembelajaran yang berpusat
pada pendidik adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan terhadap pentingnya
aktivitas pendidik dalam mengajar atau membelajarkan peserta didik.
Perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses serta hasil pembelajaran dilakukan
dan dikendalikan oleh pendidik.[8]
Strategi ini sangat sesuai untuk pembelajaran tahsinul
qira’ah,
karena dalam pembelajaran tahsinul qira’ah dibutuhkan strategi yang dapat mengaktifkan guru dan siswa
dalam pembelajaran supaya tidak terdapat kekeliruan dalam memahami, meyakini
serta mengamalkan ajaran Al-Qur’an dan Hadits.
Dalam hal ini dituntut adanya hubungan yang erat antara guru
dengan murid, karena suksesnya suatu pendidikan sangat tergantung kepada
seberapa besar hubungan kasih sayang yang dijalin oleh seorang guru dengan
murid. Hubungan itu dianggap cukup bila mampu mendorong murid memberikan
kepercayaan penuh kepada sang guru hingga tidak takut kepadanya.[9]
Untuk memperoleh pengetahuan tentang
Al-Qur’an harus melalui proses pembelajaran yang disertai dengan tujuan. Adapun
yang dimaksud tujuan pembelajaran adalah rumusan hasil belajar yang kita
harapkan dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran dari tiap pokok
bahasan/sub pokok bahasan dari bidang studi tertentu. Menurut Imanuddin Ismail,
belajar akan berjalan baik, bila disertai dengan tujuan, tidak ada tujuan yang
jelas, belajar itu tidak akan berhasil bahkan sama sekali tidak akan terjadi,
maka langkah pertama yang harus dilakukan dalam situasi pengajaran yang baik
adalah menolong anak untuk menentukan tujuan tempat diarahkannya kegiatan.[10]
Berdasakan
latar belakang masalah yang penulis bahas diatas, maka penulis tertarik untuk
membuat penelitian skripsi dengan judul “Strategi Pembelajaran Tahsinul Qiraah (studi pada balai
pengajian di Cot Magening Gampong Teungeh Kecamatan Sawang)”
B.
Rumusan Masalah
Adapun yang
menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana strategi
pembelajaran tahsinul qiraah di balai pengajian Cot Magening Gampong Teungoh
Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara?
2.
Bagaimana metode
pembelajaran tahsinul qiraah di balai pengajian Cot Magening Gampong Teungoh
Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara?
3.
Bagaimana pendekatan
pembelajaran pembelajaran tahsinul qiraah di pengajian Cot Magening Gampong
Teungoh Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi
ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui strategi pembelajaran tahsinul qiraah di balai
pengajian Cot Magening Gampong Teungoh Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara?
2.
Untuk
mengetahui metode pembelajaran tahsinul qiraah di balai
pengajian Cot Magening Gampong Teungoh Kecamatan Sawang Kabupaten
Aceh Utara?
3.
Untuk
mengetahui pendekatan pembelajaran pembelajaran tahsinul
qiraah di pengajian Cot Magening Gampong Teungoh Kecamatan Sawang Kabupaten
Aceh Utara?
D.
Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian dalam penulisan
skripsi ini adalah:
Secara teoritis
penelitian ini bermanfaat bagi para pelaku
pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya
mengenai Strategi Pembelajaran Tahsinul
Qiraah (studi pada balai pengajian di Cot Magening Gampong Teungeh Kecamatan
Sawang). Selain itu hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan
kajian bidang study pendidikan.
Secara praktis,
hasil penelitian ini dapat memberikan arti dan niliai
tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan Strategi Pembelajaran Tahsinul Qiraah (studi pada balai pengajian di Cot Magening
Gampong Teungeh Kecamatan Sawang) ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di
harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya
dalam dunia pendidikan Islam.
E.
Penjelasan Istilah
Agar terhindar dari
kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam pemakaian istilah merupakan salah satu
hal yang sering terjadi, sehingga mengakibatkan penafsiran yang berbeda. Maka
untuk menghindari hal tersebut di atas, penulis merasa perlu mengadakan
pembatasan dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini.
Adapun istilah yang penulis anggap
perlu dijelaskan adalah: Strategi Pembelajaran dan Tahsinul Qiraah
1.
Strategi
Strategi atau Metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Methodos”
yang artinya cara penyelidikan atau cara melaksanakan sesuatu.[11]
Menurut Abu Ahmadi, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan sesuatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah dirumuskan.[12] Strategi adalah “semua aspek yang
berkaitan dengan pencapaian tujuan”[13] sedangkan pembelajaran
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.[14] Ramly Maha mendefinisikan strategi
sebagai “kemampuan mengatur langkah-langkah dan menata semua potensi yang ada
agar suatu rancangan pembelajaran yang disusun akan bermanfaat seoptimal
mungkin, sehingga suatu kegiatan pem-belajaran tercapai sasarannya.”[15] Menurut Nana Sudjana, strategi mengajar adalah “taktik yang
digunakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar dapat mempengaruhi
para siswa mencapai tujuan secara efektif dan efisien.[16]
Adapun menurut penulis, strategi adalah
cara yang digunakan dalam melakukan pembelajaran
2.
Pembelajaran,
Pembelajaran bersal dari kata “ajar”
yang mendapat imbuhan “be”yang mengadung makna ”usaha” selanjutnya kata
tersebut mendapat imbuhan “pe-an” yang mengandung makna “proses”, kata belajar
diartikan dengan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan kata
pembelajaran bearti proses, cara, perbuatan menjadi orang atau makluk hidup
yang belajar.[17] Pembelajaran merupakan sebuah proses
untuk menjadikan orang kepada orang yang berguna atau makhluk hidup yang
berguna dengan cara belajar.[18] Pembelajaran dalam buku strategi
belajar mengajar adalah “proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka
penyajian dan penyerapan materi pelajaran yang diakumulasikan dalam sebuah
kelompok formal.[19]
Adapun
yang penulis maksudkan dengan pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas,
perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan.
3.
Tahsin
Tahsin adalah Suatu metode
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan umum di dalam membaca Al-Qur’an[20]. Tahsin
menurut bahasa berarti memperbaiki . Adapun definisi Tahsin adalah Suatu metode
untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan umum di dalam membaca Al-Qur an.[21]
Adapun menurut penulis, tahsin
adalah suatu metode untuk memperbaiki kesalahan dalam membaca Al-Qur’an.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab satu, terdapat pendahuluan
meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan istilah, dan
sistematika penulisan.
Bab dua, perspektif teoritis pembelajaran tahsinul qiraah meliputi : hakikat pembelajaran tahsinul qiraah, metodelogi pembelajaran tahsinul qiraah, strategi pembelajaran tahsinul qiraah dan problematika pembelajaran tahsinul qiraah.
Bab tiga,
metodelogi penelitian meliputi :rancangan penelitian, pendekatan
penelitian, objek
penelitian, ruang lingkup
penelitian, tehnik
pengumpulan data dan tehnik
analisis data.
Bab empat, hasil penelitian meliputi: temuan umum penelitian dan temuan khusus penelitian.
Bab lima, penutup meliputi :kesimpulan dan saran – saran
Sedangkan dalam penulisan
skripsi ini untuk adanya keseragaman dan kesamaan dalam penulisan pengetikan
penulis berpedoman pada buku ” Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi yang
diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Almuslim Peusangan Kabupaten
Bireuen tahun 2009.
[1]Tim
Penyusun, Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung:
Permana. 2002), hal. 67.
[2]
Nurhadi, dkk, Pembelajaran Kontekstual Teaching dan Penerapannya dalam KBK,
(Malang: Universitas Negri Malang, 2003), hal. 2.
[3]
Burhan, Hasbi Lawrens, Kamus Ilmiah
Populer, (Jombang: Lintas Media), hal. 301.
[4] Ibid,
hal.5.
[5] Sukartawi, Meningkatkan Efektivitas
Mengajar, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995), hal. 5.
[6] Syahminan Zaini dan Ananto Kusuma S., Bukti-Bukti
Kebenaran Al-Qur’an Sebagai Wahyu Allah,( Jakarta: Kalam Mulia, 1986), hal.
28.
[8] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet. VI,
(Bandung: Remaja Rosda-karya, 2005), hal. 76.
[9] M. Bahri Ghazali, Konsep Ilmu
Menurut al-Ghazali, (Yogyakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1991), hal. 93.
[10] Imanuddin Ismail, Pengembangan Kemampuan Belajar pada Anak,
(Jakarta: Bulang Bintang, 1980), hal. 40.
[11]Hasan
Shadili, Ensiklopedi Indonesia, Jil. IV, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van
Hoeve, 1983), hal. 2230.
0 Comments
Post a Comment