BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Masalah
Akhlak merupakan suatu hal yang
sangat penting dalam Islam. Akhlak ini sangat erat hubungannya dengan keimanan
dan keislaman sebagaimana di sebutkan dalam hadits tentang dialog Nabi Muhammad
SAW., dengan Jibril as, berikut ini:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه
وسلم يارزا يوما لناس، فأتاه رجل فقال: ما
الإيمن؟ قال (الإيمان أن تؤمن با لله وملائكته وبلقائه ورسله وتؤمن بالبعث). قال:
ما الإسلم؟ قال : (الإسلام: أن تعبد الله ولا تشرك به، وتقيم ا لصلاة، وتؤدي الزكاة
المفروضة، وتصوم رمضان. قال: ما الإحسان؟ قال أن تعبد الله كأنك تراه، فإن لم تكن
تراه فإنه يراك. (رواه البخاري)
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Pada
suatu hari ketika Nabi Muhammad SAW., tengah bersama para sahabatnya datang,
seseorang yang bertanya, “Apakah iman itu?” Rasulullah SAW., menjawab, “Iman
itu adalah percaya kepada Allah, para Malaikat-Nya, pertemuan dengan-Nya, dan
hari kiamat. Laki-laki itu bertanya lagi, “Apakah Islam itu?” Rasulullah SAW.,
menjawab, “menyembah Allah yang Esa, mendirikan shalat, membayara zakat, dan
mengerjakan puasa selama bulan Ramadhan. Laki-laki itu bertanya lebih jauh apa
yang dimaksud Ihsan? “Rasulullah SAW., menjawab “Beribadah kepada Allah SWT.,
seakan-akan engkau melihat-Nya dan seandainya engkau tidak mampu mencapai
keadaan itu, engkau harus yakin bahwa Dia melihatmu. (H.R. Bukahri)[1]
Islam
sebagai agama yang universal, membicarakan berbagai segi kehidupan manusia termasuk
masalah pendidikan akhlak yang akan selalu menyertai segala aktivitas manusia. Oleh
karena itu, masalah pendidikan akhlak ini merupakan salah satu tugas Nabi untuk
memperbaiki budi pekerti yang mulia, unsur penting dalam risalah beliau,
sebagaimana sabda beliau:
عن ابي هريرة رضي
الله عنه قال:قال رسول الله صلى الله عليه وسلم، انمابعثت ﻷتممامكارم الاخلاق
(رواه البيهقى)
Artinya: Dari
Abu Hurairah ra. Berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya aku di utus oleh Allah
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Baihaqi)[2]
Dari hadits di atas, dapat
disimpulkan bahwa menerapkan akhlak yang mulia merupakan tujuan dari risalah
yang di bawa Rasul yaitu untuk menciptakan manusia yang berbudi (berakhlak)
sesuai dengan ajaran Islam. Oleh karena itu pendidikan akhlak merupakan hal
yang sangat penting yang mesti dilalui oleh setiap insan. Untuk itu harus ada upaya
yang dilakukan oleh setiap muslim dalam membina manusia ke arah ketaqwaan dan
berakhlak mulia mulai sejak dini. Jika hal tersebut menjadi realita dalam
kehidupan, maka akan lahirlah generasi penerus bagi bangsa dan agama yang
bermoral sekaligus menjadi panutan bagi umat beragama lainnya. Mukhlis.
M. Badri Rasyidi mengemukakan bahwa:
Akhlak
dalam Islam terbagi kepada dua macam, yaitu akhlak al-karimah dan akhlak al-mazmumah.
Akhlak al-karimah di antaranya adalah jujur, sabar, zuhud, menjaga harga diri
dan ikhlas. Sedangkan akhlak al- mazmumah di antaranya adalah munafik, sombong,
dusta, dengki, marah, dendam, mencela, mengumpat, mencuri dan mengadu domba
juga masih banyak contoh akhlak al-karimah dan al-mazmumah yang lain.[3]
Adapun
kedudukan dendam dalam Islam sangat hina dan tercela, serta merupakan akhlak yang buruk dan harus
dihilangkan oleh setiap kaum muslim. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 190
yaitu berbunyi:
وَقَاتِلُواْ
فِي سَبِيلِ اللّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلاَ تَعْتَدُواْ إِنَّ اللّهَ لاَ
يُحِبِّ الْمُعْتَدِينَا )لبقرة:۱۹۰(
Artinya: Dan
perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah
kamu melampaui batas, Karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. (QS. Al-Baqarah:
190)
Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
Islam dibolehkan memerangi orang-orang yang memerangi kamu tetapi jangan
melampaui batas, lebih baik memberi maaf terhadap orang-orang memerangi
tersebut sehingga rasa dendam diantara sesama manusia dapat dihilangkan dengan
kasih sayang dan saling memaafkan. Sebagaimana
diungkapkan dalam sebuah hadits:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول
الله
صلى الله عليه وسلم، لايدخل الجنة قاطع يعني قاطع الرحم (رواه
البخرى ومسلم)
Artinya: Dari Abu Hurairah ra.
Berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang
memutuskan hubungan tali silaturrahim. (HR. Bukhari dan Muslim)[4]
Berdasarkan
hadits ini dapat dipahami bahwa di antara sesama manusia tidak boleh memutuskan
hubungan, baik dengan keluarga maupun yang seagama. Khalil Al-Musawi
berpendapat bahwa:
Dendam
merupakan suatu sifat yang ditimbulkan akibat dari berselisih pendapat dengan
teman yang idenya diterima oleh orang lain sedangkan ide kamu tidak diterima
dan akhirnya menimbulkan perasaan dendam dalam hatinya dan pada suatu saat
dendam tersebut akan muncul dalam sikap lahiriyahnya yang tak mungkin bisa
dihilangkan kembali.[5]
Islam
diturunkan untuk mengatur manusia dalam hubungannya vertikal dengan Allah (Hablum
Minallah) dan hubungan horizontal dengan sesama manusia (Hablum Minannas).
Hubungan manusia dengan sesamanya meliputi tatacara prilaku kita sehari-hari,
baik dalam kehidupan keluarga, tetangga dan masyarakat, sehingga kita bisa
menjalin hubungan dengan baik tanpa ada permusuhan. Dalam hal ini seseorang
sangat dianjurkan untuk mengolah hatinya dari berbagai penyakit hati termasuk
dendam. Maka dengan adanya pendidikan
Islam, rasa dendam dapat dikurangi karena pendidikan Islam bertujuan membina
akhlak yang mulia dengan memberi petunjuk, nasehat dan bimbingan serta usaha
untuk menghendaki terwujudnya kepribadian muslim melalui pendidik. Syekh Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa “Di antara
faktor-faktor yang menyebabkan rasa dendam itu akan tumbuh antara lain karena,
penipuan, pemerasan, penganiayaan, iri dan pembunuhan. Dendam merupakan sebagai
salah satu penyakit hati.”[6]
Rasa dendam dapat mengakibatkan rasa
benci dan permusuhan sehingga timbul keinginan untuk membalas sakit hati yang dirasakannya.
Adapun efek dari dendam itu ada rasa benci dan permusuhan, hilang rasa
persaudaraan persatuan dan ingin mencelakakan orang yang memusuhinya.[7]
Sedangkan kerukunan, kedamaian merupakan dambaan semua orang. Jika masih
terdapat rasa kebencian permusuhan yang diakibatkan oleh dendam antar seseorang
dengan orang lain tentu renggang pula persaudaraannya, dan ini bukanlah tujuan
Islam. M. Nasir Budiman mengemukakan
bahwa:
Pendidikan
merupakan usaha pembentukan pribadi muslim. Pembentukan tersebut menempuh
proses yang berisi kegiatan, cara, alat dan lingkungan yang menunjang
keberhasilannya. Kepribadian yang dicita-citakan itu tidak selalu dicapai
dengan baik, karena dalam proses perkembangannya terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi itu bersumber dari dua faktor,
yaitu keturunan (warisan) dan faktor lingkungan.[8]
Berkaitan
dengan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa faktor keturunan merupakan yang
pertama sekali didapatkan anak ketika ia lahir dan sangat menentukan baik buruk
prilaku dalam kehidupannya. Sedangkan faktor lingkungan juga sangat berpengaruh
dalam perubahan tingkah lakunya, karena di luar rumah prilaku anak kurang
terkontrol oleh orang tua dan mudah terpengaruh dengan hal-hal yang di
timbulkan oleh lingkungannya, apabila kurang bimbingan dan arahan dari orang
tua maka jelaslah akan terbawa pada prilaku yang bertentangan dengan norma
agama seperti prilaku dendam. Adapun cara-cara dalam pendidikan Islam untuk
mengatasi akhlak tercela menurut Anwar Masy’ari
adalah:
1) Pendidikan
harus diusahakan dengan contoh dan teladan yang baik.
2) Akhlak
yang baik itu tidak hanya dibentuk di masyarakat hanya dengan pelajaran, dengan instruksi dan
larangan-larangan menuju ke arah akhlak yang lebih baik.
3) Untuk
lebih mengenal lingkungan dan alam sekitar sebagai media pendidikan yang baik
dalam memberikan pengalaman nyata dari berbagai kegiatan sosial untuk ditiru
oleh subjek didik.[9]
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka penulis mengambil judul dalam penulisan proposal skripsi ini
adalah DENDAM DAN CARA MENGATASINYA MENURUT
PENDIDIKAN ISLAM.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
timbulnya dendam?
2. Bagaimana dampak negatif dendam dalam kehidupan
manusia?
3. Bagaimana cara mengatasi dendam menurut
pendidikan Islam?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam
penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan timbulnya dendam?
2. Untuk mengetahui bagaimana dampak
negatif dendam dalam kehidupan manusia?
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi
dendam menurut pendidikan Islam?
D. Kegunaan Pembahasan
Adapun yang menjadi kegunaan pembahasan dalam
penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
Secara
teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai dendam dan cara mengatasinya menurut
pendidikan islam. Selain itu
hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang study
pendidikan.
Secara
praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan niliai tambah dalam
memperbaiki dan mengaplikasikan dendam
dan cara mengatasinya menurut pendidikan islam ini dalam pelaksanaannya.
Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi
dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
E. Penjelasan Istilah
Adapun istilah-istilah yang perlu
dijelaskan antara lain: dendam, cara mengatasinya dan pendidikan Islam.
1. Dendam
Dalam
Kamus Praktis Bahasa Indonesia, dendam mempunyai arti “Keinginan untuk membalas
kejahatan”.[10] Adapun
menurut Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, “Dendam yaitu tetap hatinya
merasa berat, benci dan lari dari orang-orang yang memarahinya dan demikian itu
terus menerus dan kekal”.[11]
Sedangkan menurut Hasbi
Ash-Shiddieqy, “Dendam ialah mengandung rasa permusuhan di dalam batin dan
menanti-nanti waktu yang terbaik untuk melampiaskan dendamnya, menunggu
kesempatan yang tepat untuk membalas sakit hati dengan mencelakakan orang yang
di dendam itu”.[12]
Dengan beberapa pengertian di atas,
maka sifat dendam yang di maksud adalah sifat tercela yang tidak boleh ada pada
seorang muslim karena, dapat merusak hubungan persaudaraan sesama muslim.
2. Cara Mengatasinya.
Cara
adalah “suatu jalan yang di tempuh untuk melaksanakan sesuatu”.[13]
Sedangkan pengertian mengatasi adalah “menghindarkan
atau melintasi kesulitan, kesukaran dan mengalahkan sesuatu”.[14]
Cara
mengatasi yang dimaksudkan di sini adalah jalan atau metode yang digunakan
seseorang untuk menghindari diri dari sifat dendam yang dapat membawa
terganggunya ketenangan baik bagi dirinya maupun untuk orang lain.
3. Pendidikan Islam.
Menurut M. Yusuf Qardhawi, “Pendidikan
Islam adalah pendidikan seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya,
akhlak dan keterampilannya”.[15]
Sedangkan menurut Ahmad D Marimba, “Pendidikan Islam adalah jasmani dan rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam”.[16]
Berdasarkan pengertian di atas, “Pendidikan
Islam yang dimaksud di sini adalah proses atau usaha membimbing, merubah sikap
dan tingkah laku baik aspek jasmani maupun rohani di dalam kehidupan masyarakat
ke arah yang lebih baik sesuai dengan syari’at agama Islam untuk mencari
keridhaan Allah agar menjadi manusia yang taqwa.
F. Metode penelitian
Adapun metodelogi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif:
suatu penelitian yang menggambarkan tentang dendam dan
cara mengatasinya menurut pendidikan islam.
dalam hal
ini Sukardi menjelaskan bahwa: metode kuantitatif merupakan suatu metode yang
melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah pengaruh tingkat
satu variabel atau lebih”.[17]
Selanjutnya Sukardi, mengatakan pula bahwa:
“Penelitian kuantitatif adalah suatu
metode penelitian yang menggunakan angka-angka dalam menjelaskan hasil
penelitian atau metode yang menunjukkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya
tentang situasi yang diambil suatu hubungan dengan kesehatan, pandangan, sikap
yang nampak atau kecenderungan yang sedang nampak, pertentangan yang sedang
meruncing dan sebagainya”.[18]
Penelitian ini akan menjelaskan dendam dan cara mengatasinya menurut pendidikan islam.
2. Ruang Lingkup penelitian
Adapun ruang lingkup penelitian dalam
penulisan skripsi ini adalah : dendam dan
cara mengatasinya menurut pendidikan islam.
3. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sumber data primer adalah sumber data
yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data dan penyelidik untuk tujuan
penelitian.[19].
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah:
1)
Khalil Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda: Konsep
Sederhana dan Mudah Membentuk Kepribadian Islam Sejati, Jakarta: Lentera, 1999.
Sumber data skunder yaitu sumber data
yang mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku
1) Akhlak Al-Qu’an, karya Anwar Masy’ari
2) Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an
karya M. Nasir Budiman
3) Dasar-dasar Ilmu Pendidikan dan Ilmu
Jiwa karya Ramli Maha.
4. Tehnik Pengumpulan Data
Adapun tehnik pengumpulan data yang
penulis gunakan adalah teknik Library
Research yaitu menelaah buku-buku, teks dan literature-literature yang
berkaitan dengan permasalahan di atas.[20] Suatu
metode pengumpulan data atau bahan melalui perpustakaan yaitu dengan membaca
dan menganalisa buku-buku, majalah-majalah yang ada kaitannya dengan masalah
yang penulis teliti. Selain itu juga akan memanfaatkan fasilitas internet untuk
memperoleh literatur-literatur yang berhubungan dengan skripsi ini.
5. Tehnik Analisa Data
Teknik
analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam
suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan
penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan
pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.
Menurut Moleong, Lexy J analisis data
adalah yakni suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi dengan
mengidentifikasi karakter khusus secara obyektif dan sistematik yang
menghasilkan deskripsi yang obyektif, sistematik mengenai isi yang terungkap
dalam komunikasi.[21]
G.
Sistematika Penulisan
Adapun
sistematika dalam penulisan dalam pembahasan proposal skripsi ini adalah sebagai berikut :
Pada bab
satu terdapat pendahuluan meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan pembahasan, kegunaan pembahasan, penjelasan istilah, metode penelitian
dan sistematika penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Iman Az-Zabidi, Ringkasan
Shahih Al-Bukhari, Bandung: Mizan Pustaka, 2004.
Baihaqi, Sunan
Al-Kubra, Jus x, Darul Al-Fikri, tt.
Mukhlis. M. Badri
Rasyidi, Aqidah Akhlak, Bandung: Armico, 1994.
Muhammad Fuad Abdul
Baqi, Al-lu’-lu’ Wal Marjan, jilid. II, Surabaya: Bina Ilmu, 1996.
Khalil Al-Musawi, Bagaimana
Membangun Kepribadian Anda: Konsep Sederhana dan Mudah Membentuk Kepribadian
Islam Sejati, Jakarta: Lentera, 1999.
Syekh Ibnu
Taimiyah, Terapi Pendidikan Hati,Jakarta: Gema Insani Prees, 1998.
Mukhtar Adam dan
Abdul Malik, Pendidikan Agama Islam, cet. I, Surakarta: Pabelan, 1995.
M. Nasir Budiman, Pendidikan
Dalam Perspektif Al-Qur’an, cet. I, Jakarta: Madani Press, 2001.
Anwar Masy’ari, Akhlak
Al-Qu’an, cet.I, Surabaya: Bina Ilmu, 1990.
Hartono, Kamus
Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Imam Al-Ghazali, Ihya
Alumuddin, jili,. I, Jakarta, Asy-Sifa, 1994.
Muhammad Hasbi
Ash-Siddieqy, Fiqh Al-Islam, jilid. I, Jakarta: Pustaka Rizki
Putra, 1998.
Tim Penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1990.
W.J.S.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1982.
M. Yusuf Qardawi, Pendidikan
Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, Jakarta: Bulan Bintang, 1980.
Abu Ahmadi dan Nur
Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Sukardi, Metodologi
Penelitian, Jakarta, PT. Bumi Aksara. 2003.
Winarmo Surachmad,.
Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, Bandung: Angkasa,
1987.
Kartini, Pengantar
Metodologi Research Sosial, Bandung: Alumni, 1980.
Moleong, Lexy J. Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
[1] Iman Az-Zabidi, Ringkasan
Shahih Al-Bukhari, (Bandung: Mizan Pustaka, 2004), hal. 25.
[4]
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-lu’-lu’ Wal Marjan, jilid. II, (Surabaya:
Bina Ilmu, 1996), hal.986.
[13] Tim Penyusun Kamus
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hal. 152.
[17] Sukardi, Metodologi
Penelitian, (Jakarta, PT. Bumi Aksara. 2003),hal. 167
[18] Sukardi, Metodologi
………,hal. 160
[19] Winarmo Surachmad,. Dasar
dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, ( Bandung: Angkasa, 1987
), hal. 163.
[20]Kartini, Pengantar Metodologi Research Sosial, (Bandung: Alumni, 1980), hal. 28.
[21] Moleong, Lexy J. Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 44.
0 Comments
Post a Comment