Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Keberhasilan yang dicapai dalam Pembelajaran PAI


1.     Keberhasilan yang dicapai dalam Pembelajaran PAI di SMP Negeri 2 Juli


1)     Dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu bidang studi yang ada pada kurikulum pendidikan kita. Untuk itu kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah sebagai usaha menjadikan siswa mencapai tujuan atau mencapai hasil dari pembelajaran yang ditentukan sebelumnya. Tujuan atau hasil pembelajaran yang diharapkan dijelasjkan di dalam tujuan pembelajaran atau indikator keberhasilan sebagaimana terdapat dalam silabus yang pelaksanaannya dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) ditiap-tiap bidang studi termasuk Pendidikan Agama Islam. Dengan demikian, pada hakekatnya pembelajaran PAI di sekolah merupakan sebuah proses atau kegiatan yang memiliki tujuan atau target. Ada kalanya kegiatan pembelajaran PAI berhasil, tetapi tidak jarang mengalami kegagalan .
Menurut Bapak Syarifuddin, S.Pd bahawa parameter (ukuran) keberhasilan pencapaian tujuan atau target pembelajaran PAI ditetapkan ke dalam standar kompetensi lulusan (SKL) Pendidikan Agama Islam seperti kita ketahui bersama. Siswa SMP Negeri 2 Juli dinyatakan berhasil mencapai tujuan pembelajaran ketika mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu nilai minimal yang dicapai siswa dapat dinyatakan lulus, berhasil. KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah 6,5, maka siswa SMP Negeri 2 Juli berhasil mencapai nilai sekurang-kurangnya 6,5[1].
Menurut penulis, untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu bahasa kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang ingin dicapai. Fungsi penilaian ini adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil.
2)     Dalam Prestasi

Berdasarkan observasi penulis di SMP Negeri 2 Juli pada hari selasa tanggal 24 september 2013 pukul 11.00 Wib bahwa Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam selama ini yang dilaksanakan dikelas VII/3 cenderung masih menggunakan ceramah monoton, pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Simpang Mamplam, kelas VII/3 tersebut masih berpusat pada guru (Teacher Centered Learning). Model pembelajaran yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam kurang efektif dan menyenangkan, sehingga menyebabkan siswa menjadi jenuh dan bosan dalam belajar yang menyebabkan hasil belajarnya rendah. Media yang digunakan guru dalam membantu mengajar masih sangat terbatas.[2]

Berikut ini penjelasan Ibu Rahimah S. Pd.I Guru PAI SMP Negeri 2 Juli Kabupaten Bireuen ada empat cara meningkatkan prestasi belajar siswa dalam  pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Juli sebagai berikut:
Bimbingan siswa berprestasi yaitu memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengkonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika sedang berada di kelas maupun di luar kelas, Bimbingan bagi siswa dengan kemampuan dibawah rata-rata yaitu dengan menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan dan saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data siswa yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi. Bagi siswa yang memiliki kemamuan di atas rata-rata mereka hanya dapat diberikan program pengayaan, sedangkan bagi mereka yang hanya memiliki kemampuan dibawah rata-rata diberi program remedial.[3]

Menurut wawancara penulis dengan Ibu Badriah, S.Pd Guru SMP Negeri 2 Juli bahwa:
Guru memperlakukan siswa sebagai individu yaitu dengan memberikan bimbingan kepada siswa yang memiliki kemampuan rendah secara individu baik dalam proses pembelajaran maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler.[4]

Berdasarkan keterangan diatas bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh metode pembelajaran dan motivasi belajar siswa. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang bervariasi dapat menyebabkan motivasi belajar siswa menjadi rendah, sehingga akan berdampak pada  hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Oleh sebab itu, guru perlu memilih metode pembelajaran yang sesuai, sehingga motivasi sekaligus hasil belajar siswa bisa lebih maksimal.


               [1] Hasil Wawancara dengan Bapak Syarifuddin, S.Pd Kepala SMP Negeri 2 Juli pada tanggal 26 September 2013.

               [2] Hasil Observasi Penulis di SMP Negeri 2 Juli Kabupaten Bireeuen pada Tanggal 24 September 2013 Jam 11.00 Wib.
               [3] Hasil Wawancara dengan Bapak Ibu Rahimah, S.Pd.I Guru PAI SMP Negeri 2 Juli Kabupaten Bireuen pada tanggal 21 September 2013. 

               [4] Hasil Wawancara dengan Bapak Ibu Badriah, S.Pd Wakil Kepala SMP Negeri 2 Juli Kabupaten Bireuen pada tanggal 21 September 2013.