Peran Orangtua dalam Proses Pembelajaran
A.
Orangtua
Setiap orang tua pasti mendambakan anak yang shalih,
berakhlak mulia, berguna bagi nusa dan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
orang tua memiliki peran yang sangat penting, sebab keluarga merupakan arena
pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, sebab setelah kelahirannya, ia
berinteraksi dengan orang tua dan keluarganya. Hannan Athiyah Ath-Thuri dalam
bukunya Mendidik anak Perempuan di Masa Remaja menjelaskan bahwa:
Pentingnya fondasi
kepribadian yang kuat dari orang tua dalam mendidik anaknya disebabkan pada
masa remaja akan banyak tantangan diantaranya. Pertama, tantangan tercermin
dalam karekteristik masa remaja, kuatnya insting, penentangan, banyaknya
komentar, cenderung suka menentang pengarahan orang tua, gejolak untuk hudup
bebas, serta suka mengkritik, mendebat, terutama dalam masalah-masalah agama bahkan
sampai pada tingkatan meragukan kebenaran agama, Kedua gencarnya usaha para
musuh-musuh Islam untuk menjauhkan remaja dari agama dengan memanfaatkan
caracara menggiurkan yang menghipnotis otak kuncup-kuncup manusia yang masih
muda, sekaligus menghiasinya untuk melewati jurang kesesatan dan penyimpangan.
Untuk meluluskan target mereka, ketiga, kemajuan yang pesat di bidang media
komunikasi, informasi, baik cetak maupun elektronik yang tidak memungkunkan
penegakan rambu-rambu pembatas dan larangan untuk menghadang hal-hal yang
diharapkan tidak sampai di komsumsi oleh akal dan jiwa anak gadis.[1]
Salah satu peranan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan
anaknya adalah dengan
memberikan perhatian, terutama perhatian pada kegiatan belajar
anaknya. Perhatian orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
anak dalam belajar dan merupakan faktor yang paling penting dalam
meningkatkan prestasi belajar anak. Hal ini mendorong orang tua untuk
berupaya memperhatikan anaknya dalam belajar, sehingga anak merasa
diperhatikan sehingga menimbulkan semangat belajar anak. Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Yusnidar,
Guru Raudhatul Athfal Al-Khanza Kota Juang Bireuen menurut beliau “salah satu
kendala penerapan kurikulum berbasis karakter adalah orangtua dari murid belum
maksimal dalam memberikan motivasi kepada anaknya untuk belajar lebih giat”.[2]
Perhatian orang tua ini diharapkan membuat anak menjadi rajin belajar
dan dari hasil belajarnya tersebut dapat memperoleh prestasi belajar yang
maksimal. Mengingat hal tersebut, maka orang tua yang merupakan bagian
dari keluarga, dan keluarga sebagai unit terkecil didalam masyarakat
memiliki tanggungjawab untuk membimbing anak-anak dalam proses
pencapaian prestasi belajar. Perhatian orang tua merupakan salah satu
wujud tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan psikologis
anak yang turut mendukung tercapainya prestasi belajar.
Dalam
perhubungan antara orang tua dan anak
akan terjadi interaksi. “Dalam interaksi itu
orang tua berusaha
mempergaruhi anak untuk terlibat secara pikiran
dan emosi untuk memperhatikan apa yang akan
disampaikan. Anak mungkin berusaha menjadi pendengar
yang baik dalam menafsirkan pesan-pesan yang
disampaikan oleh orang tua”.[3]
[1]
Hannan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik anak Perempuan di Masa Remaja, terj. Aan Wayudin, (Jakarta: Amzah, 2007), hal. viii.