Takabur dan Cara Mengatasinya Menurut Pendidikan Islam
BAB I
P E N D A H U L U A N
A.
Latar
Belakang Masalah
Takabur menurut
bahasa artinya “sombong atau membanggakan diri”. Sedangkan menurut istilah
takabur adalah “Sikap berbangga diri dengan beranggapan bahwa hanya dirinyalah
yang paling hebat dan benar dibandingkan dengan orang lain”.[1] Takabur atau sombong merupakan sifat yang
tercela dan berbahaya. Bagi orang yang takabur, Allah swt. akan memberi balasan
berupa neraka jahanam, Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat An-nahli ayat
20 yang berbunyi:
وَالَّذِينَ
يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ لاَ يَخْلُقُونَ شَيْئاً وَهُمْ يُخْلَقُونَ) النحل :٢٠(
Artinya: Masuklah
pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang
menyombongkan diri.”(Qs. An-Nahl: 29)
Islam sangat melarang umatnya memiliki sifat
takabur ( sombong ) karena kesombongan akan membuka jurang pemisah antara si
kaya dan si miskin dalam lingkungan masyarakat. Disamping itu, kita harus sadar
bahwa semua yang kita miliki hanyalah pemberian dan titipan Allah swt. Oleh
karena itu , tidak ada alasan manusia untuk menyombongkan diri, bahkan
sebaliknya kita harus mensyukuri setiap nikmat
yang diberikan oleh Allah swt. sebagai nikmat dan karunia. Dalam QS An-Nisa
ayat 36 yang berbunyi:
إِنَّ اللّهَ
لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً) النساء: ٣٦(
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan
diri.” (Qs. An Nisa: 36)
Takabur (kesombongan) merupakan akhlak batin, yang muncul karena amal,
yang berarti takabur merupakan buah dari amal, lalu tampak dalam tindakan
anggota badan. Akhlak ini merupakan hasrat untuk menampakkan diri di hadapan
orang yang akan disombongi, agar ia terlihat lebih hebat dari yang lain, dengan
memiliki sifat-sifat kesempurnaan. Pada saat itulah ia menjadi orang yang
sombong.[2]
Namun, di sisi yang lain disadari atau tidak, terkadang seseorang
menampakkan sikap angkuh dan sombongnya. Apabila sikap sombong ini hanya
dilakukan sesekali, barangkali orang yang di sekelilingnya belum memberikan
predikat sebagai orang yang sombong. Predikat sombong ini biasanya baru
diberikan ketika perbuatan sombong itu berulang-ulang kali dilakukan dan
ditampakkannya, baik berupa sikap, perkataan, maupun cara bertingkah laku.
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita menghindarkan diri dari
sifat dan perilaku sombong ini. Teladan seorang muslim adalah Rasulullah SAW.
Beliau adalah sosok manusia yang bergelimang kemuliaan dan kelebihan, namun
beliau tidak pernah sedikitpun merasa lebih dan sombong walaupun beliau seorang
Rasul yang mempunyai banyak kelebihan-kelebihan di berikan oleh Allah.Jadi,
Rasulullah SAW sebagai pemimpin yang mempunyai derajat tinggi, tetapi tidak
menganggap dirinya lebih tinggi dari para pengikutnya.
Sikap takabur juga
merupakan suatu sikap yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasulnya, karena
manusia sebagai ciptaan Allah tidak berhak memiliki sikap takabur ini. Manusia
harus menyadari bahwa segala yang dimiliki oleh manusia, baik kekayaan,
kepandaian dan jabatan, itu hanyalah pemberian Allah yang tidak akan pernah
kekal abadi. Oleh karena itu, manusia tidak berhak memiliki sifat takabur yang
sangat dibenci oleh Allah ini. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
Al-Quran Surat Al-A’raf ayat: 146, yangb berbunyi:
سَأَصْرِفُ
عَنْ آيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِن
يَرَوْاْ كُلَّ آيَةٍ لاَّ يُؤْمِنُواْ بِهَا وَإِن يَرَوْاْ سَبِيلَ الرُّشْدِ
لاَ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلاً وَإِن يَرَوْاْ سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلاً
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا وَكَانُواْ عَنْهَا غَافِلِينَ) الأعراف: ١٤٦(
Artinya: Aku akan memalingkan orang-orang
yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari
tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku) , mereka tidak
beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk,
mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan,
mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan
ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.. (Qs. Al-‘Araf: 146)
Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman dalam A-Quran bahwa yang
menyebabkan Iblis murka kepada Allah adalah, karena Iblis memiliki sikap
takabur, sehingga iblis tidak mau sujud kepada Nabi Adam, hal ini sesuai dengan
firman Allah yang berbunyi:
وَإِذْ قُلْنَا
لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُواْ لآدَمَ فَسَجَدُواْ إِلاَّ إِبْلِيسَ أَبَى
وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ) البقرة: ٣٤(
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
Para Malaikat: "Sujudlah, kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka
kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golongan
orang-orang yang kafir. (Qs. Al-Baqarah: 34)
Berdasarkan dua ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah sangat
membenci dan murka kepada orang-orang yang memiliki sifat somabong dan takabur,
karena yang berhak bersifat demikian hanyalah Allah SWT. Sedangkan manusia
sebagai ciptaan Allah tidak berhak memiliki sifat takabur tersebut. Sombong adalah watak utama dari Iblis, seperti yang
tergambar pada ayat di atas. Sifat sombong memang bisa hinggap pada siapapun,
namun yang lebih dominan adalah mereka yang mempunyai banyak potensi.
Salah satu penyakit hati yang dapat menutup jalannya hidayah Allah
kepada manusia adalah takabur. Penyakit ini bisa melanda seluruh lapisan
masyarakat, dari yang kaya sampai yang miskin, orang alim dan bodoh, yang
muslim maupun non muslim. Demikian pula, yang terjadi dalam realita di zaman
modern sekarang ini, banyak manusia yang muslim memiliki sifat takabur ini. Hal
ini dapat dilihat dalam kehidupan muslim sehari-hari. Masih banyak orang muslim
yang terlalu berbangga-bangga dengan harta kekayaan dan jabatan, sehingga ia
merasa takabur dan sombong dengan apa yang ia miliki. Ia tidak sadar bahwa
semua itu adalah milik Allah yang suatu saat akan kembali kepada-Nya.
Berdasakan latar
belakang masalah diatas, maka penulis mengambil judul skripsi “Takabur dan
Cara Mengatasinya Menurut Pendidikan Islam “
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan proposal
skripsi ini adalah sebagai berikut
:
1.
Bagaimana pandangan Islam tentang sifat
takabur?
2.
Faktor-faktor apa saja
yang menyebabkan timbulnya sifat takabur pada manusia?
3.
Bagaimana upaya
mengatasi takabur menurut pendidikan Islam?
C.
Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam penulisan proposal skripsi ini
adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui bagaimana pandangan Islam tentang sifat
takabur.
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya sifat takabur pada manusia.
3.
Untuk mengetahui Bagaimana upaya
mengatasi takabur menurut pendidikan Islam.
D.
Kegunaan Pembahasan
Adapun yang
menjadi kegunaan pembahasan dalam penulisan proposal skripsi ini
adalah:
Secara
teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai Takabur
dan Cara Mengatasinya Menurut Pendidikan Islam. Selain itu hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan
kajian bidang study pendidikan.
Secara
praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan niliai tambah dalam
memperbaiki dan mengaplikasikan Takabur dan Cara
Mengatasinya Menurut Pendidikan Islam ini dalam pelaksanaannya. Dengan
demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
E.
Penjelasan
Istilah
Adanya kesimpangsiuran dan
kesalahpahaman dalam pemakaian istilah merupakan salah satu hal yang sering
terjadi, sehingga mengakibatkan penafsiran yang berbeda. Maka untuk menghindari
hal tersebut di atas, penulis merasa perlu mengadakan pembatasan dari
istilah-istilah yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini.
Adapun istilah yang penulis anggap
perlu dijelaskan adalah: takabur, cara mengatasi dan pendidikan Islam.
1. Takabur
Takabur menurut
Bahasa adalah “merasa diri mulia, hebat, pandai, dan sebagainya”[3].
Sedangkan takabur atau sombong menurut istilah adalah “Membesar-besarkan diri
dengan anggapan serba sempurna dan tidak mau menerima kebenaran orang lain”.[4]
Takabur yang di maksud adalah sifat tercela yang
tidak boleh ada pada seorang muslim, karena sikap ini merupakan suatu sikap
yang sanagat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya.
2. Cara Mengatasi
Cara adalah “suatu jalan yang di tempuh untuk
melaksanakan sesuatu”.[5] Sedangkan pengertian mengatasi adalah “menghindarkan atau melintasi kesulitan,
kesukaran dan mengalahkan sesuatu”.[6]
Cara mengatasi yang dimaksudkan di sini adalah
jalan atau metode yang digunakan seseorang untuk menghindari diri dari sifat
takabur yang dapat membawa ia kepada murka Allah dan laknat-Nya.
3. Pendidikan Islam
Dalam Bahasa Inggris
pendidikan identik dengan education atau educ berarti pendidik.19 Educ berarti
menghasilkan dan mengembangkan, mengacu kepada segala sesuatu yang bersifat
fisik dan material, yang meliputi spesies hewan dan tidak terbatas pada hewan
yang berakal atau manusia.20 Para ahli
sebagaimana di kutip Uyoh sadulloh mengatakan bahwa pendidikan adalah “bimbingan yang diberikan
oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.”21
Pendidikan dari segi
bahasa dimaknai sebagai perbuatan (hal, cara dan sebagainya) mendidik dan
berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan
dan sebagainya) badan, batin dan sebagainya.[7]23 Sedangkan Suganda Poerbawakarya mendefinisikan "Pendidikan itu
adalah suatu usaha manusia membawa si anak ke tingkat kedewasaan dalam arti
sadar dalam memikul tanggung jawab segala perbuatan secara moral".24
Dari
berbagai definisi yang telah penulis kemukakan dapat dipahami bahwa
pendidikan adalah suatu Proses bimbingan
yang serius dan mempunyai kesadaran menuju taraf kedewasaan yang penuh
kesempurnaan dan lebih mendalam, maka pengertian pendidikan mempunyai
makna-makna yang bervariasi. Hal ini sangat tergantung pada tujuan dan sudut
pandangan yang beragam.
Istilah pendidikan
jika dilihat dalam kependidikan Islam, terdiri dari banyak ungkapan, yang satu
sama lain memiliki makna yang berbeda-beda, seperti kata al-Ta’lim.
Al-Ta’lim biasanya diterjemahkan dengan pengajaran. Pendidikan juga disebut
dengan al-Ta’dib. Al-Ta’dib secara etimologi diterjemahkan dengan
perjamuan makan atau pendidikan sopan santun.25 Sedangkan Al-Ghazali sebagaimana dikutip dalam buku Ramayulis
menyebutkan bahwa pendidikan dengan sebutan “al-Riyadha”t. Al-Riyadhat dalam
arti bahasa diterjemahkan “dengan olah raga atau pelatihan”.26
Sementara itu, kata
“Islam” berasal dari bahasa Arab yang artinya “menyerahkan diri, yaitu
menyerahkan diri kepada Tuhan dengan tunduk dan patuh kepada segala peraturan”.27 Sedangkan Muhammad
Abduh memberikan definisi Islam adalah “agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW dan terpelihara serta difahamkan dengan rapi dan teliti sekali oleh para
sahabat beliau dengan orang-orang yang hidup pada zaman sahabat itu”.28
Jadi, jika digabungkan
kedua istilah penjelasan di atas, yakni kata ”Pendidikan” dan ”Islam”
maka akan menjadi ”Pendidikan Islam” yang jika didefinisikan nicaya akan
melahirkan rumusan yang berbeda pula, yang intinya juga tetap saling melengkapi
dan menguatkan satu sama lain berlandaskan sisi mana yang akan disorot. Abdul
Fida Kastori mengemukakan pengertian pendidikan Islam sebagai berikut: ”Suatu
usaha untuk menumbuhkan, mengembangkan, mengawasi dan memperbaiki seluruh
potensi fitrah manusia secara optimal dengan sadar dan terencana menurut
hukum-hukum Allah yang ada di alam semesta maupun di dalam al-Qur’an.”30
Berdasarkan rujukan
terhadap beberapa definisi di atas, penulis memahami bahwa pendidikan Islam
adalah pendidikan yang berlandaskan pada konsep-konsep yang telah digariskan
dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Adapun pendidikan Islam yang penulis maksudkan
di sini adalah proses memberdayakan atau mengembangkan semua talenta (bakat),
minat, dan kemampuan baik fisik maupun mental melalui pengajaran nilai-nilai
luhur oleh orang yang bertanggung jawab terhadap anak didik menuju tingkat
kedewasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai keagamaan baik itu
di dalam pendidikan formal, informal maupun dalam pendidikan nonformal.
Pendidikan yang
dimaksudkan yaitu pendidikan yang harus diberikan kepada kepada setiap muslim agar mereka bisa
menghindari dari sifat takabur yang dapat membawa kehancuran dan kerusakan
terhadap muslim itu sendiri.
F. Metodelogi
Penelitian
Adapun metodelogi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Jenis
Penelitian
Penelitian
ini digolongkan kedalam penelitian kepustakaan (library research) karena data yang diteliti berupa
naskah-naskah atau majalah-majalah yang
bersumber dari khazanah
kepustakaan.[8] Untuk itu, data yang akan diambil sepenuhnya
barasal dari kepustakaan atau buku-buku.
2. Pendekatan
Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif: suatu penelitian yang menggambarkan tentang Takabur dan Cara
Mengatasinya Menurut Pendidikan Islam. dalam hal ini Sukardi menjelaskan
bahwa: metode kuantitatif merupakan suatu metode yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan, apakah pengaruh tingkat satu variabel atau
lebih”.[9] Selanjutnya Sukardi, mengatakan
pula bahwa:
“Penelitian
kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang menggunakan angka-angka dalam
menjelaskan hasil penelitian atau metode yang menunjukkan dan menafsirkan data
yang ada, misalnya tentang situasi yang diambil suatu hubungan dengan
kesehatan, pandangan, sikap yang nampak atau kecenderungan yang sedang nampak,
pertentangan yang sedang meruncing dan sebagainya”.[10]
3. Ruang
Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup penelitian dalam penulisan proposal skripsi ini adalah : Takabur dan Cara Mengatasinya Menurut Pendidikan
Islam.
4. Sumber
Data
Penelitian
ini menggunakan 2 ( dua ) sumber data yaitu: sumber data primer dan sumber data
skunder.
Sumber data
primer adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data
dan penyelidik untuk tujuan penelitian.[11].
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah:
1.
Ibnu
Qudamah, Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk, Jakarta: Pustaka
Al-Kausar, 1997.
Sumber data
skunder adalah sumber data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh
orang luar penyelidik itu sendiri walau yang dikumpulkan itu sebenarnya adalah
data asli.[12] Data skunder dalam
penelitian ini adalah buku-buku yang mempunyai relevansi untuk memperkuat
argumentasi dan melengkapi hasil penelitian ini. Adapun peneliti terdahulu
antara lain:
1)
Herlinawati, (STAI TGK. CHIEK PANTE KULU).
Pada tahun 2009 dengan judul : Takabur Dalam Tinjauan Pendidikan Islam.
5. Tehnik
Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan adalah metode survey
literatur, yaitu mencari data mengenai catatan–catatan terdahulu antara lain
melalui:
1)
Risalah
Tauhid, Terj. Firdaus AN karya Muhammad Abduh
2)
Ilmu
Pendidikan Islam, karya Ramayulis,
3) Ilmu
Pendidikan dalam Perspektif Islam, karya Ahmad Tafsir.
4)
Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Muhibuddin Syah
6. Tehnik
Analisa Data
Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis menggunakan
beberapa metode, yaitu:
1)
Metode Deskriptif
Yaitu peneliti
menguraikan secara teratur seluruh konsepsi buku.[13]
2)
Metode Induktif
Dengan
berdasarkan pada analisa isi kitab tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan
dengan metode induksi, yaitu menganalisa semua bagian dan semua
konsep pokok satu persatu dan dalam hubungannya satu sama lain agar darinya
dapat dibangun suatu pemahaman sintesis[14].
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan dalam pembahasan
proposal skripsi ini adalah sebagai
berikut :
Pada bab satu terdapat pendahuluan meliputi : latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, kegunaan pembahasan,
penjelasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Imam Al-Mawardi, Kenikmatan Kehidupan Dunia
dan Agama, Jakarta:Pustaka Azzam, 2001.
Ibnu Qudamah, Jalan Orang-orang yang
Mendapat Petunjuk, Jakarta: Pustaka Al-Kausar, 1997.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonsia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
H. Kahar Masyur, Membina Moral dan Akhlak.Jakarta
Rineka Cipta, 1994.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1990.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982.
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus
Inggeris-Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1996.
Syeh Muhammad al-Nuquib al-Attas, Konsep
Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam,
Terj. Haidar Bagir, Bandung: Mizan, 1994.
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat
Pendidikan,Bandung: Alfa Beta, 2003.
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991.
Suganda Poerbawakarya, Ensiklopedia
Pendidikan,Jakarta: Gunung Agung, 1976.
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia,Jakarta:
YP3A, 1973.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,
Jakarta: Kadar Jaya, 2002.
Aboebakar Atjeh, Filsafat Akhlak dalam
Islam, Cet. I, Semarang: Ramadhani, 1971.
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Terj.
Firdaus AN,Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Abdul Fida Kastori, Sistem Pendidikan Islam,
Ed. 43, Bandung: Islah, 1995.
M. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta:
PT. Ghalia Indonesia,1998.
Sutrisno Hadi, Metodologi Penelitian
Research I,Yogyakarta: Yayasan Penelitian Fakultas Psikologi UGM, 1981.
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik
Research Pengantar Metodologi Ilmiah,
Bandung: Angkasa, 1987.
[1]
Imam Al-Mawardi, Kenikmatan Kehidupan Dunia dan Agama, Jakarta: (Pustaka
Azzam, 2001), hal.330.
[2]
Ibnu Qudamah, Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk, (Jakarta:
Pustaka Al-Kausar, 1997), hal. 288.
[3] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonsia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 1123.
[4] H. Kahar Masyur, Membina Moral dan Akhlak. (Jakarta Rineka
Cipta, 1994), hal. 353.
19 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus
Inggeris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hal. 207.
20 Syeh Muhammad al-Nuquib al-Attas, Konsep
Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam,
Terj. Haidar Bagir, (Bandung: Mizan, 1994), hal. 65.
21 Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2003), hal 55.
26 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kadar Jaya, 2002), hal. 2.
27 Aboebakar
Atjeh, Filsafat Akhlak dalam Islam, Cet. I, (Semarang: Ramadhani, 1971), hal. 21.
28 Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Terj.
Firdaus AN, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 193.
30 Abdul Fida Kastori, Sistem Pendidikan
Islam, Ed. 43, (Bandung: Islah, 1995), hal. 38.
[8] M.
Nazir, Metode Penelitian, ( Jakarta: PT. Ghalia Indonesia,1998 ), hal 54
[9]
Sukardi, Metodologi Penelitian, (Jakarta, PT. Bumi Aksara. 2003),hal.
167
[10]
Sukardi, Metodologi ………,hal. 160
[11]
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,
( Bandung: Angkasa, 1987 ), hal. 163.
[12]
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik,....................,hal. 163
[13]
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik,....................,hal. 140
[14]
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik,....................,hal. 141
Post a Comment for "Takabur dan Cara Mengatasinya Menurut Pendidikan Islam"