A.
Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid
Al-Quranul Karim, Sunnah Nabi Muhammad saw, serta penalaran serta
perenungan yang sehat terhadapnya merupakan asas atau sumber pokok akidah
islamiyah, demikian penjelasan Ali Abdul Halim Mahmud.[1] Karena
membicarakan dasar pendidikan Islam berarti membicarakan dasar syari’at Islam yakni Al-Quran
dan Sunnah Nabi.[2]
Dasar-dasar pendidikan tauhid dalam Al -Quran
antara lain:
1.
Surat At Tahrim ayat 6 :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا
النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ
اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ (التحريم : ٦)
Artinya: Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Qs. At-Tahriim: 6).
2.
Surat Luqman ayat 13 :
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ
لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ) لقمن : ١٣)
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar.(Qs.
Lukman:13).
3.
Surat Al Baqarah ayat 132-133 :
وَوَصَّى
بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ
الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ, أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ
قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَـهَكَ
وَإِلَـهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَـهاً وَاحِداً
وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ) البقرة: ١٣٢- ١٣٣(
Artinya: Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada
anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata):” Hai anak-anakku,
Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati
kecuali dalam memeluk agama Islam. Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan
(tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu
sembah sepeninggalku?”. Mereka menajwab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan
nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan
kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.(Qs. Al-Baqarah:132-133).
Sedangkan landasannya dari
hadis antara lain sabda Nabi :
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ؛ أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ:قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم :
مَا مِنْ مَوْلُوْدٍ إِلاَّ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ. فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ
وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ) رواه البخاري)
Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, ia berkata:
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Tidak seorang anakpun yang dilahirkan kecuali ia dilahirkan
menetapi fitrah,
Maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nashrani, atau
Majusi.(HR. Bukhari).[3]
Setelah mengetahui dasar pendidikan tauhid dalam keluarga, dapat
kita lihat bahwa Al-Quran dan Al
Hadits
ternyata memberikan statemen yang jelas dan tegas tentang pendidikan perlunya
pendidikan tauhid dalam keluarga. Selanjutnya ialah tentang tujuan pendidikan tauhid dalam keluarga.
Menurut Abu Tauhied tujuan pendidikan tauhid dalam
keluarga tidak terlepas dari tujuan pendidikan Islam karena pendidikan tauhid
dalam keluarga bagian dari pendidikan Islam itu sendiri. Oleh sebab itu sebelum kita membicarakan tujuan pendidikan tauhid
dalam keluarga kita perlu mengetahui tujuan pendidikan Islam terlebih dahulu. Tujuan
pendidikan Islam akan terlihat jelas jika kita melihat defenisinya kembali.
Tujuan adalah salah satu faktor yang harus ada dalam setiap kegiatan begitu pun
dalam kegiatan pendidikan, termasuk aktivitas pendidikan Islam.Tentunya tujuan
tersebut terwujud setelah seseorang mengalami proses pendidikan Islam secara
keseluruhan.[4]
Sayid Sabiq, menurutnya tujuan pendidikan Islam ialah untuk
menyiapkan manusia yang bermanfaat, baik bagi dirinya sendiri maupun untuk
masyarakat. Sedangkan Muhammad Athiyah Al-Abrosyi
memiliki konsep yang berbeda yakni mempersiapkan individu agar dapat hidup
dalam kehidupan yang sempurna sebagai sosok yang berkepribadian “al-fadhilah”
atau “insan kamil”.An war jundi, memiliki bahasa konsep yang lain,
menurutnya tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang berpribadi
muslim.[5]
Mahmud Yunus menyatakan bahwa tujuan pendidikan dalam bidang keimanan ialah: Pertama, Agar
memiliki keimanan yang teguh kepada Allah, Rasul-rasul, Malaikat, hari akhir,
dan lain sebagainya. Kedua, Agar memiliki keimanan berdasarkan kepada kesadaran
dan ilmu pengetahuan, bukan sebagai “pengikut buta” atau taklid semata-mata.
Ketiga, Agar keimanan itu tidak mudah rusak apalagi diragukan oleh orang-orang
yang beriman.[6]
Menurut Al Ghazali tujuan pendidikan keimanan adalah agar anak
didik menjadikan akhirat sebagai orientasi utama dalam hidupnya. Melatih diri
untuk mendekatkan diri (bertakarrub) kepada Allah, membentuk kepribadian
yang sempurna dengan bimbingan taufik serta nur ilahi agar terbuka jalan menuju
kebahagiaan dunia dan akhirat.[7]
Menurut
M. Saleh tujuan pendidikan ketauhidan adalah: Pertama, Menanamkan
rasa cinta kepada Allah. Kedua, Bersyukur
kepada Allah. Ketiga, Mengenal kebesaran
dan kekuasaan Allah. Keempat, Mencintai
para Rasul-Nya. Kelima, Meyakini
hal-hal gaib.[8]
[1] Ali
Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik Telaah Manhaj, Akidah Serta
Harakah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hal. 27.
[2]
Abdurrahman Abdullah, Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam,
Rekonstruksi Pemikiran Dalam Tinjauan Filosofis Pendidikan Islam, (Yogyakarta UII Press, 2002), hal.
64.
[3]
Al-Bukhari, Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Ibn Al-Mughirah
bin Bardizbah. Shahih Bukhari Juz 7, (Jakarta: Darul Fikri, 1994), hal. 556.
[4] Abu
Tauhied, Ms., Beberapa...., hal. 23.
[6]
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung t.t. ), hal. 23.
[7]
Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 239.
[8] M.
Saleh dalam Silahuddin, Pendidikan Keimanan Pada Usia Anak: Tinjauan (Yogyakarta: Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, 2000), hal. 27.
0 Comments
Post a Comment