Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Definisi pendidikan Anak


A.    Hakikat Mendidik Anak
Hakikat Mendidik Anak

Sebelum sampai pada pengertian pendidikan anak, maka perlu di awali apa yang dimaksud dengan pendidikan itu sendiri. Terdapat beragam pandangan mengenai pengertian pendidikan sebagai berikut:
Ahmad D Marimba misalnya, mengatakan bahwa:
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan terdapat lima unsur utama pendidikan, yaitu: pertama, usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar. Kedua, terdapat pendidik, pembimbing atau penolong. Ketiga, ada yang di didik atau si terdidik. Keempat, adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut. Kelima, dalam usaha itu ada alat-alat yang dipergunakan.[1]

Menurut Ahmad Tafsir definisi tersebut dinilai sebagai definisi yang belum mencakup semua unsur yang dikenal sebagai pendidikan. Definisi tersebut cukup memadai bila pendidikan dibatasi hanya pada pengaruh seseorang pada orang lain, dengan sengaja atau sadar. “Pendidikan oleh diri sendiri dan oleh lingkungan, nampak belum mencakup kedalam batasan pendidikan dalam pandangan Ahmad D Marimba tersebut”.[2]
Formulasi definisi pendidikan selanjutnya diajukan oleh tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantoro. Pendidikan adalah:
Usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan pula. Pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh kearah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.[3]

Rumusan pendidikan ini nampak bernuansa dinamis dan modern. Pendidikan tidak boleh hanya memberikan bekal untuk membangun, tetapi seberapa jauh didikan yang diberikan itu dapat berguna untuk menunjang kemajuan suatu bangsa. Hal yang demikian ini nampaknya sejalan dengan pesan Khalifah Umar Ibn Al-Khatab yang mengatakan anak-anak masa sekarang adalah generasi muda dimasa yang akan datang. “Dunia dan kehidupan yang akan mereka hadapi berbeda dengan dunia yang sekarang. Untuk itu apa yang diberikan kepada anak didik harus memperkirakan kemungkinan-kemungkinan relevansi dan kegunaannya dimasa datang”.[4]
Definisi pendidikan yang agak luas cakupannya dapat dilihat dari pendapatnya Soegarda Poerbacaraka. Menurutnya, pendidikan mencakup:
Segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya. Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan. Karenanya jika corak penghidupan itu berubah, maka corak pendidikan itu akan berubah pula, agar si anak siap untuk memasuki lapangan pendidikan itu.[5]
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, seksama, terencana, dan bertujuan yang dilakukan oleh orang dewasa dalam arti memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan menyampaikannya kepada anak didik secara bertahap. Apa yang diberikan kepada anak didik diharapkan dapat menolong tugas dan perannya dimasyarakat dimana kelak mereka hidup.
Adapun pengertian anak sebagaimana tertulis dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti sebagai “keturunan kedua. Disamping itu anak juga mengandung pengertian sebagai manusia yang masih kecil”.[6] Selain itu tedapat pengertian lain, bahwa anak pada hakekatnya adalah “seorang yang berada pada suatu masa perkembangan tertentu atau mempunyai potensi untuk menjadi dewasa”.[7]
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa anak adalah seseorang yang masih berada dalam tahap perkembangan menuju dewasa. Adanya pentahapan yang mesti dilalui menunjukkan bahwa anak sebagai sosok manusia dengan kelengkapan-kelengkapan dasar dalam dirinya baru mencapai kematangan hidup melalui beberapa proses seiring dengan pertambahan usianya.
Dengan demikian yang dimaksud dengan pendidikan anak adalah usaha orang dewasa yang dilakukan dengan sengaja, seksama, terencana dan bertujuan untuk membantu agar potensi anak dapat dikembangkan secara maksimal dan profesional sehingga ia mampu menjalani kehidupannya ditengah masyarakat.


               [1] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma'arif, 1962), hal. 19.
              
               [2]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Prespektif Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), hal. 25.
               [3] Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majlis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1962), hal. 166.
              
               [4] Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 9-10.
              
               [5] Soegarda Poerbacaraka, Pendidikan Dalam Alam Indonesia Merdeka, (Jakarta: Gunung Agung, 1970), hal. 11.
               [6] Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hal. 30-31.
              
               [7] Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal. 166.