Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Anak


A.    Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Anak 
           Sungguh Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberikan berbagai macam amanah dan tanggung jawab kepada manusia. Diantara amanah dan tanggung jawab terbesar yang Allah Ta’ala bebankan kepada manusia, dalam hal ini orang tua (termasuk guru, pengajar ataupun pengasuh) adalah memberikan pendidikan yang benar terhadap anak.
Dalam melaksanakan pendidikan agama, perlu diperhatikan adanya faktor-faktor pendidikan yang ikut menentukan keberhasilan pendidikan agama tersebut. Faktor-Faktor Pendidikan itu ada 5 macam, dimana faktor-faktor yang satu dengan yang lainnya mempunya hubungan yang erat. Kelima faktor tersebut adalah: “Pertama, anak didik. Kedua, pendidik. Ketiga, tujuan Pendidikan. Keempat, alat-alat pendidikan. Kelima, millieu/lingkungan”[1].
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor Pendidikan Agama adalah sesuatu yang ikut menentuksn keberhasilan Pendidikan Agama yang memiliki beberapa bagian yang saling mendukung satu sama lainnya. “Faktor-faktor Pendidikan Agama selanjutnya juga disebut dengan komponen-komponen pendidikan”[2].
Menurut Toto Suharto dalam bukunya filsafat pendidikan Islam dengan memodifikasi konsepsi noeng muhadjir, mengungkapkan:
Secara filosofis komponen-komponen pokok pendidikan Islam kedalam lima komponen, yaitu tujuan pendidikan, pendidik dan peserta didik, kurikulum pendidikan, metode pendidikan, dan konteks pendidikan. Kelima komponen ini adalah merupakan sebuah system, artinya kelima komponen itu merupakan satu kesatuan pendidikan yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi berkaitan satu sama lainnya, sehingga terbentuk satu kebulatan yang utuh dalam mencapai tujuan yang diinginkan.[3]
Keberhasilan pendidikan tergantung pada banyak faktor, namun yang terpenting di antara faktor-faktor tersebut adalah sumber daya pontensial guru yang sarat nilai moral dalam melakukan transpormasi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya. Dalam angkatan bersenjata faktor ini disebut dengan “the man behind the gun”. Orang-orang militer berpendapat bahwa bukan senjata yang memenangkan perang, tetapi serdadu yang memegang senjata itu. Serdadu tidak akan memenangkan suatu pertempuran apabila tidak menguasai strategi perang.


               [1] Z.AG.S, Methodik Khusus Pendidkan agama, Cet. Ke VIII, (Malang: Bumi Angkasa, 1983), hal. 28.

               [2] Ibid., hal. 29.

               [3] Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta:  Ar Ruzz, 2006), hal. 11.