Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Fungsi Pendidikan Tauhid Bagi Anak


A.    Fungsi Pendidikan Tauhid Bagi Anak   

Pokok pertama dasar pendidikan bagi anak usia dini dalam persfektif al-Qur`an yang termaktub dalam surah Luqman adalah prinsip menanamkan ajaran tauhid atau ajaran tidak menyekutukan Allah dengan apapun. Sebab pengenalan ajaran tauhid adalah pondasi dasar di dalam pendidikan sebelum anak dikenalkan dengan ajaran agama lainnya dan ajaran perilaku baik atau akhlak. Pokok pertama pendidikan bagi anak termaktub dalam Al-Qur`an sebagai berikut:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ) لقمان: ١٣(
Artinya: Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Qs. Luqman: 13).

Memiliki tauhid atau iman yang mantap merupakan sesuatu yang amat penting dalam kehidupan seorang muslim. Dengan iman yang mantap, seseorang akan memiliki akhlak yang mulia. Di samping itu dengan iman yang mantap, seorang mukmin akan memiliki rasa malu sehingga dia tidak mau melakukan hal-hal yang bernilai maksiat. Dengan iman yang mantap, seorang mukmin juga suka memakmurkan masjid, baik membantu pembangunannya secara fisik, memelihara kebersihan masjid itu, melaksanakan berbagai aktivitas yang bermanfaat dan tentu saja suka shalat berjamaah di masjid.
Dengan iman yang mantap, seseorang dengan senang hati akan menjalankan ketentuan-ketentuan Allah Swt dalam kehidupan ini, yang diperintah akan selalu dikerjakannya dan yang dilarang akan ditinggalkannya. Oleh karena itu, dalam awal pembinaan para sahabatnya, Rasulullah Saw. lebih memprioritaskan pembinaan iman dan sebagaimana yang dilakukan Luqman terhadap anaknya, maka setiap orang tua pada zaman sekarang juga harus menanamkan keimanan yang mantap kepada anak-anaknya, dengan iman yang mantap itu dijamin sang anak akan berlaku baik, dimanapun dia berada, kemanapun dia pergi dan bagaimanapun situasi dan kondisinya.[1]

Pertanyaan yang muncul kemudian terkait dengan pengenalan ajaran tauhid kepada si kecil di rumah adalah bagaimana cara mengenalkan Allah Swt. dalam kehidupan anak?  Terkait dengan pilihan jawaban maka sebenarnya banyak cara atau metode yang bisa dilakukan oleh orang tua dalam rangka mengenalkan Allah kepada anak-anak. Beberapa diantaranya diuraikan sebagai berikut: Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis (bukan memanjakan) di antara orang tua dan anaknya. Untuk menciptakan hubungan yang harmonis tersebut langkahnya bisa dengan cara menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, biasakan bertutur kata lembut kepada anak-anak sebab anak-anak adalah peniru yang hebat perilaku dan tutur kata yang biasa diucapkan kepada anak-anaknya, biasakan bertingkah laku positif.
Mengenai metode atau cara menyampaikannya kepada anak-anak, maka nabi memberikan panduan agar ketika orang tua hendak menyampaikan ajaran yang terkait dengan pendidikan akan ketauhidan, maka kenalkan dengan cara yang paling mudah ditangkap oleh kemampuan mereka, artinya nabi memberikan panduan agar ketika kita mengajar anak-anak, cara paling efektif dan efisien adalah dengan cara ikut juga berperilaku seperti mereka.
Kita memahami bahwa zaman dahulu para orang tua masih punya waktu dan kesempatan untuk misalnya mendongeng, mengajak anak-anak maupun cucu-cucunya menonton wayang maupun arja. Kini dengan makin mengglobalnya dunia, jarak anak dengan orang tua seakan begitu jauh. Orang tua sibuk dengan dunianya sendiri dan anak juga sibuk dengan dunianya sendiri.
Untuk menjembatani kesibukan orang tua dalam mendidik putra-putrinya tersebut, maka pendidikan budi pekerti bisa disampaikan kepada anak lewat lagu yang dia sukai, cerita kartun, sinetron maupun buku bergambar. Tugas orang tua adalah menyeleksi materi-materi yang ada di dekat anak yang bisa dipakai sebagai media pendidikan budi pekerti. Sebutlah misalnya anak-anak suka menonton film kartun, maka harus ada seleksi terhadap film-film kartun anak-anak yang benar-benar bisa mendidik, tidak justru film yang mengajar anak-anak untuk bertindak kurang ajar terhadap orang lain dan menganggapnya sebagai lelucon.
Demikian juga bagi anak-anak yang suka membaca, sebisanya diupayakan bacaan yang mengajarkan anak-anak tentang pendidikan budi pekerti yang bersifat universal. Misalnya perasaan sayang pada sesama dan semua makhluk, mau berkorban untuk orang lain, juga tahu diri. Sebenarnya materi-materi seperti ini banyak dijumpai dalam dongeng dan cerita rakyat, asal pandai memilih dan mampu mengadaptasi ceritanya agar sesuai dengan konteks sekarang. Yang lebih penting adalah mengkemasnya agar menarik bagi anak-anak.                                 



[1] Muhammad Husain, Agar Jiwa Anak Tetap Bersih, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2001), hal. 34.