Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Keharmonisan Rumah Tangga dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan


Keharmonisan Rumah Tangga dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan
Keharmonisan Rumah Tangga dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan

            Rumah tangga memiliki pengaruh social yang luar biasa pada diri seorang anak. Corak kehidupan social anak di masa datang bergantung pada dasar – dasar yang di bangun rumah tangga. Kemajuan dan kemunduran seseorang dalam kehidupan sosialnya amat bergantung pada pembianaan yang di lakukan dalam rumah tangga, pada masa kanak – kanaknya. Untuk itu penulis akan memaparkan berbagai masalah yang berkaitan dengan hal di atas di antaranya :
1.     Pengaruh budaya
Rumah tangga merupakan azas kebudayaan dan pembentuk gaya pemikiran seorang anak. Pengetahuan, pemikiran, pandangan, dan filsafat hidupnya, sikap yang di ambil dalam menghadapi situasi dan kondisi tertentu, kebiasaan bahasa, dialek, dan tata nilai yang di terima anak, berasal dari rumah tangga. Rumah tangga merupakan sarana terpenting guna mewariskan kebudayaan social dan membentuk para individu agar memiliki cara berfikir dan cara pandang khas dalam kehidupan. Semangat dan kondisi kebudayaan mereka berasal dari kebudayaan yang ada di dalam rumah tangganya. Betapa banyak optimisme dan pesimisme akan kehidupan ini, keahlian akan penemuan dan inovasi, muncul dari rumah tangga.
2.     Pengaruh politik
Pelajaran politik pertama, di pelajari seorang anak dari rumah tangganya. cara pandang dan prilaku orang tua dalam masalah kebebasan, kepartaian, pengelompokan, undang – undang dan peraturan, ketentraman dan mobilisasi social, hubungan tran-nasonal dan internasional, serta pemerintahan dan evolusi sosial. Sangat berpengaruh pada proses pembentukan pola berfikir dan sikap seorang anak.
Betapa banyak sikap positif dan negatif seseorang terhadap suatu hal yang merupakan akibat dari dictum atau doktrin yang di tanamkan dalam rumah tangga. Anak – anak, bahkan pemuda, dalam berbagi perkara merupakan juru bicara dari bentuk pemikiran orang tua mereka. Mereka hanya memegang kuat – kuat apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar. Apabila melihat orang tuanya cenderung pada kelompok pemerintahan dan politik tertentu, seorang anak niscaya akan menjadi seperti itu.
3.     Pengaruh ekonomis
Penerimaan ataupun penolakan dalam pandangan positif atau negatif seorang anak terhadap jenis aktifitas dan pekerjaan tertentu, sebagian besar berasl dari berbagai sikap dan doktrin orang tauanya dalam lingkunagn keluarga. Seorang ayah yang selalu mengungkapkan perasaan letih atas pekerjaan sehari – harinya atau seorang ibu yang merasa benci terhadap jenis pekerjaan suaminya, dengan sendirinya akan membentuk benih permusuhan dan kebencian di hati sang anak terhadap jenis penerjaan tersebut.6
Sikap – sikap yang di ambil dalam sistem ekonomi rumah tangga, seperti produktif atau konsumtif, kikir atau berlebihan, hemat atau boros, sikap rumah tangga terhadap harta dan uang, pandangan rumah tangga terhadap system kepemilikan pribadi atau serikat, sikap dermawan atau kikir, semuanya akan berpengaruh positif ataupun negative pada diri seorang anak.
4.     Pengaruh interaksi dan komunikasi
Apa saja yang ada dalam lingkungan rumah tangga merupakan pelajaran. Kemuliaan dan kehinaan orang tua, kesucian dan kerendahan pribadi mereka, hubungan baik dan buruk mereka, penjalinan dan pemutusan hubungan dengan sanak keluarga, hubungan baiknya dengan masyarakat, lari atau mengucilkan diri dari masyarakat, tata cara dalam berhubungan dan berkomunikasi, standar dalam menentukan balasan dan hukuman, semua ini merupakan pelajaran dan teladan bagi anak.
Seorang anak yang hidup dalam sebuah rumah tangga dimana dirinya dapat berkomunikasi secara rutin dengan kedua orang tuanya, dan merasakan hangatnya hubungan di antara anggota rumah tangga, pasti akan berupaya mempraktikkan apa yang di rasakannya itu. Karenanya, layaklah untuk di katakana bahwa nasib seorang anak berada di tangan orang tuanya. Pastilah pengaruh ini lebih intens tatkala anak – anak masih belum baligh.
            Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari pendidikan anak – anak, keharmonisan hubungan antara suami dan isteri dalam rumah tangga sangat besar pengaruhnya terhadap anak. Adapun beberapa hal yang penting dan perlu di perhatikan oleh para para pendidik ( orang tua ) antara lain :
1. Usahakan suasana yang baik dalam rumah tangga
            Hal ini terutama bergantung pada bapak dan ibu sebagai pengatur keluarga. Dasar dari pendidikan keluarga ialah perasaan cinta – mencintai. Kita hendaknya selalu berusaha agar di dalam lingkungan keluarga selalu terdapat tolong – menolong, kasih sayang antara anggota – anggota keluarga, dan harus    diliputi suasana kegembiraan dan ketentraman. Di dalam keluarga yang baik selalu akan terdapat kejujuran, kesetiaan, keteguhan hati, kesabaran, kerajinan, kerapian, dan kebersihan di antara anggota – anggota keluarganya.
b. Tiap – tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan tugas  kewajiban masing – masing.
Orang tua harus berusaha agar anak – anaknya sedikit demi sedikit secara berangsur – angsur tahu akan kewajibannya sebagai anggota keluarga. Untuk itu, anak–anak perlu di biasakan melakukan pekerjaan –pekerjaan seperti mengenakan pakaian sendiri, mandi makan,tidur pada waktunya, mengasuh adik, membantu ibu dan ayah, pekerjaan membereskan, dan mengatur kebersihan rumah tangga. Jika tiap – tiap anggota keluarga sudah tau dan menjalankan tugas kewajibannya masing–masing menurut aturan – aturan yang berlaku dalam keluarga itu, akan terjelmalah ketertiban dan kesenangan serta ketentraman dalam keluarga itu.

c. Hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan jiwa anak – anak.
            Untuk menggapai keharmonisan dalam rumah tangga, orang tua hendaklah jangan sering mengejek dan mengucilkan hati anak – anak. Besarkan hati anak – anak itu dalam segala usahanya yang baik. Pujilah mereka, anjurkan kepada mereka bahwa apa yang dapat dikerjakan orang lain, dia pun dapat mengerjakannya. Janganlah selalu melarang atau menegur jika memang tidak perlu. Lebih bijaksana jika larangan–larangan itu diganti dengan suruhan . Sebagai contoh, jangan mengatakan: “ Jangan bermain – main dengan pisau, nanti teriris jarimu!” Lebih baik jika kita katakana: “ Tolonglah, Nak, simpankan pisau itu di atas meja, tentu kamu pandai menyimpannya, bukan ? dan lain – lain yang dapat membuat anak senang bila bersama dengan orang tuanya di rumah.


6 Ibrahim bin Shalih al-Mahmud, Kiat Hidup Bahagia dengan Suami Anda, ( Jakarta: Firdaus, 2005 ),hal.38