Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kendala-kendala Mengimplementasikan Pendidikan Agama Islam


B.    Kendala-kendala Mengimplementasikan Pendidikan Agama Islam dalam KTSP di SMP Negeri 1 Peudada Kabupaten Bireuen

Kendala-kendala Mengimplementasikan Pendidikan Agama Islam

Secara umum dari hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam ditemukan beberapa  kendala yang dihadapai guru Pendidikan Agama Islam dalam implementasi pendidikan agama islam dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, antara lain:
1.     Tentang guru. Ada dua persoalan yang berkaitan dengan guru dalam hubungannya dengan kendala pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di lapangan. Pertama, minimnya fasilitas yang dimiliki guru terutama sangat terbatasnya literatur guru dalam menunjang proses pembelajaran. Guru juga harus banyak membangkitkan semangat membaca. Sementara itu jika diharapkan dari guru untuk membeli sendiri buku-buku yang berhubungan dengan materi pembelajaran tidak mungkin, karena gaji yang diterima oleh seorang guru rata-rata tidak mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Kedua, sangat sedikit pelatihan, seminar dan in-servise training pendidikan bagi Guru Pendidikan Agama Islam terutama dalam kaitanya dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan  tersebut. 
2. Secara umum siswa belum siap mengikuti proses belajar mengajar dengan pendekatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan  bersifat student sentris sehingga siswa yang biasanya pasif merasa terbebani karena guru hanya melaksanakan fungsinya sebagai fasilitator dalam membimbing siswa.
               Disamping itu tidak semua siswa mampu mencapai ketuntasan belajar yang dituntut dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan karena kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh siswa tidak sama. Perubahan kurikulum membuat siswa sulit menyesuaikan diri sedangkan guru kurang memberikan motivasi. Siswa belum terbiasa dengan model baru ini dan masih dituntut keaktifan mereka dalam memahami semua topik yang diajarkan. Guru kesulitan menghadapi anak-anak yang tidak aktif dan tidak mencapai ketuntasan belajar, karena kemanpuan siswa itu berbeda-beda. Disamping guru harus membuat remedial, juga dituntut tetap melanjutkan materi kepada siswa lain yang telah tuntas, bentuk remedial yang diberikan kepada siswa juga harus bervariasi sesuai dengan tingkat ketidaktuntasan belajar dan kemampuan siswa yang tidak sama.
3.  SMP Negeri 1 Peudada Kabupaten Bireuen memiliki 1 ruang perpustakaan, namun isinya lebih banyak didominasi oleh buku-buku umum dan sangat sedikit buku-buku yang bernuansa keagamaan
4.  Media pembelajaran yang terdapat di SMP Negeri 1 Peudada Kabupaten Bireuen mampu menunjang pembelajaran siswa untuk mata pelajaran umum dengan tersedianya Laboratorium Komputer, Laboratorium MIPA, Alat peraga, dan sebagainya, tetapi belum sepenuhnya menunjang pembelajaran Pendidikan Agama Islam, karena belum tersedia beberapa media pembelajaran yang diperlukan seperti: Laboratorium, Alat peraga ibadah, CD pembelajaran dan sebagainya
5.  Orang tua dan masyarakat belum sepenuhnya melaksanakan fungsinya secara baik, padahal peran orang tua dan masyarakat sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan sebuah kurikulum. Hasil belajar siswa dari aspek afektif dalam penelitian ini kurang menggembirakan. Kegagalan ini tidak semata-mata dipengaruhi oleh kemampuan guru dan siswa sendiri, tetapi juga karena orang tua dan masyarakat tidak melakukan fungsi pengawasan (controling) dan kerjasama (cooperatif) dengan baik dalam proses pendidikan anak, padahal nilai-nilai yang diperoleh siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam lebih banyak diaplikasikan di lingkungan keluarga dan masyarakat dimana siswa berada.
 6. Bencana gempa dan tsunami memberikan dampak yang  cukup besar bagi proses belajar-mengajar di Nanggroe Aceh Darussalam dalam berbagai aspek. Khususnya menyangkut dengan media pembelajaran dan sarana prasara pendidikan yang telah hancur di SMP Negeri 1 Peudada Kabupaten Bireuen. Hal ini menjadi hambatan yang luar biasa dalam  proses belajar mengajar.
Terlepas dari berbagai kendala yang muncul, perlu juga dicatat bahwa pihak sekolah dan dewan guru pada umumnya menyambut baik dan serius dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sebagai indikatornya guru aktif dalam mempelajari dan memahami dengan baik esensi dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hanya saja dibutuhkan konsistensi dari pemerintah sendiri untuk tidak melakukan perubahan kurikulum secara terus menerus dengan tujuan proyek tanpa melakukan evaluasi terhadap kurikulum sebelumnya dan uji kelayakan sebelum sebuah kurikulum baru akan diterapkan.
Mencermati berbagai kendala yang dihadapi dalam proses penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah khususnya di SMP Negeri 1 Peudada Kabupaten Bireuen, para guru secara umum menyampaikan gagasan mereka  dalam upaya mencari solusi alternatif terhadap pemecahan kendala dan problem tersebut sebagai berikut:
      a.     Menyediakan fasilitas dan pendidikan tambahan bagi guru;
     b.     Menyiapakan media pembelajaran yang memadai;
      c.     Tersedianya buku pelajaran  (bahan ajar) yang cukup di sekolah;
     d.     Perpustakaan sekolah harus buka selama PBM (Proses Belajar Mengajar) berlangsung;
      e.     Tersedianya alokasi waktu yang cukup untuk Pendidikan Agama Islam;
      f.     Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan perlu diterapkan dan dilanjutkan oleh semua sekolah, Cuma saja perlu disempurnakan beberapa aspek, seperti: meningkatkan peran orang tua siswa dalam memotivasi belajar dan mengawasi prilaku siswa; disamping itu pemerintah harus memberikan perhatian lebih serius terhadap kesejahteraan dan kualitas guru agar dapat menjalankan tugasnya secara lebih profesional;
     g.     Adanya Kebijakan dari pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang memberikan perhatian yang serius terhadap pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terutama dalam alokasi dana yang memadai, pelatihan guru yang kredibel dan profesional serta media pembelajaran yang cukup dalam menunjang pengembangan kurikulum ini ke depan;[1]

Secara teoretis, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan lebih baik dan lebih efektif dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Hanya yang perlu digaris bawahi adalah keseriusan berbagai pihak yang terkait dengan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan itu menjadi kunci kesuksesannya.


[1] Hasil wawancara dengan Ibu Zuraida, S.Ag guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Peudada Kabupaten Bireuen Tanggal 10 Juli 2011.