1. Kendala-kendala Penerapan
Metode Quantum Learning di MTsS Juli
Metode pengajaran bidang studi bahasa
arab yang diterapkan di MTsS Juli Kabupaten Bireuen sangat terbatas, karena di
MTsS tersebut belum memiliki sarana yang cukup memadai untuk menerapkan sebuah
metode pengajaran. Menurut pengakuan Bapak Fazel Yahya bahwa di MTsS
Ulumuddin sangat kekurangan sarana belajar mengajar terutama alat peraga, buku
paket yang disediakan hanya untuk guru saja. Sedangkan para siswa diwajibkan
untuk membeli sendiri buku tersebut. Hal ini terjadi karena di perpustakaan
tidak tersedia atau tidak cukup buku pelajaran bahasa arab.[1]
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dilihat bahwa
kendala utama dalam penerapan pengajaran bahasa arab adalah kekurangan alat
peraga-media dan buku-buku pelajaran.
Akan tetapi berbeda dengan penuturan Ibu Elia yang mengatakan bahwa “kendala yang
sangat terasa dalam melaksanakan pengajaran bahasa arab adalah tidak adanya
fasilitas praktikum seperti tidak ada laboratorium bahasa, dan masih banyak
lagi kekurangan yang dialami dalam pengajaran di MTsS Juli kabupaten
Bireuen”.[2]
Di sisi lain kendala yang paling menonjol adalah kurang
seriusnya siswa dalam mempelajari bidang bahasa arab, bahkan disaat materi
pelajaran bahasa arab disajikan, mereka seakan-akan ada yang tidak senang
dengan mata pelajaran tersebut. Hal ini terlihat dengan jelas ketika penulis
mengamati dalam proses belajar mengajar, ada diantara siswa seakan-akan tidur,
bahkan setiap ada pertanyaan dari gurunya tentang materi yang telah berlalu,
ada beberapa siswa tidak mampu menjawabnya dengan baik.
Menurut
pengakuan Bapak M. Fadil kepala MTsS Juli Kabupaten Bireuen, bahwa kendala
dalam mengimplemetasikan metode Quantum Learning dalam pembelajaran
Bahasa Arab di MTsS Juli Kabupaten Bireuen adalah faktor guru, faktor siswa[3],
sebagai berikut:
a. Guru
Salah satu faktor keberhasilan dalam suatu
lembaga pendidikan adalah sangat didukung oleh kemampuan dan penguasaan ilmu
oleh seorang guru, baik guru pendidikan umum maupun pendidikan agama. Keterampilan seorang guru dalam mentransfer
ilmu kepada peserta didik sangat menentukan terhadap maju mundurnya suatu
lembaga pendidikan.
Hasil wawancara dengan Bapak M. Fadhil bahwa guru Bahasa Arab yang ada di MTsS
Juli Kabupaten Bireuen tersebut belum mencukupi sehingga dalam mengimplementasikan metode Quantum
Learning banyak kendala-kendala. Disamping itu guru MTsS Juli Kabupaten Bireuen harus mampu
mengajarkan berbagai macam ilmu dalam satu kelas, dan kebanyakan guru di MTsS Juli
Kabupaten Bireuen ini adalah Alumni STAI Almuslim. Begitu pula dengan masalah tidak cukupnya
guru dapat dilihat dengan masih adanya guru agama yang mengajar pelajaran Bahasa Arab dan bukan
khusus guru Bahasa Arab.[4]
b.
Siswa
Siswa MTsS
Juli Kabupaten Bireuen diterima
tanpa adanya suatu syarat apapun (tanpa test), kecuali mamatuhi semua peraturan
yang berlaku. MTsS Juli Kabupaten Bireuen terbuka untuk umum tanpa disyaratkan harus memiliki nilai tinggi.[5] Disamping daripada itu siswa MTsS Juli Kabupaten Bireuen belum pernah
mendengar apa itu Quantum Learning sehingga dalam penggunaannya masih
mendapatkan kendala.
Disamping itu tidak semua siswa mampu mencapai ketuntasan
belajar yang dituntut dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan karena
kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh siswa tidak sama. Perubahan kurikulum
membuat siswa sulit menyesuaikan diri sedangkan guru kurang memberikan
motivasi. Siswa belum terbiasa dengan model baru ini dan masih dituntut
keaktifan mereka dalam memahami semua topik yang diajarkan. Guru kesulitan
menghadapi anak-anak yang tidak aktif dan tidak mencapai ketuntasan belajar,
karena kemanpuan siswa itu berbeda-beda. Disamping guru harus membuat remedial,
juga dituntut tetap melanjutkan materi kepada siswa lain yang telah tuntas,
bentuk remedial yang diberikan kepada siswa juga harus bervariasi sesuai dengan
tingkat ketidaktuntasan belajar dan kemampuan siswa yang tidak sama.
Terlepas dari berbagai kendala yang muncul, perlu
juga dicatat bahwa pihak sekolah dan dewan guru pada umumnya menyambut baik dan
serius dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sebagai
indikatornya guru aktif dalam mempelajari dan memahami dengan baik esensi dari
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hanya saja dibutuhkan konsistensi dari
pemerintah sendiri untuk tidak melakukan perubahan kurikulum secara terus
menerus dengan tujuan proyek tanpa melakukan evaluasi terhadap kurikulum
sebelumnya dan uji kelayakan sebelum sebuah kurikulum baru akan diterapkan.
2. Solusi Pemecahannya
Solusi
adalah jalan keluar untuk mengatasi suatu masalah yang terjadi, baik masalah
itu bersifat intern dan ekstern. Adapun solusi dalam mengimplemetasikan metode Quantum
Learning dalam pembelajaran Bahasa Arab di MTsS Juli Kabupaten Bireuen
adalah sebagai berikut:
a. Guru
Pemerintah harus memberikan perhatian yang
serius terhadap guru Bahasa Arab dan pelajaran lain yang ada di MTsS Juli
Kabupaten Bireuen agar guru tersebut dapat mengikuti pelatihan dan penataran
tentang pendekatan pembelajaran tuntas atau mastery learning. Sehingga
dalam penerapannya disekolah dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.[6] Disamping itu pula, agar pemerintah dapat
menyediakan beasiswa kuliah bagi guru yang belum sarjana untuk kuliah gratis.
Agar dapat memperbaiki kompetensi guru dimasa yang akan datang.
Ada dua persoalan yang berkaitan dengan guru dalam hubungannya dengan
kendala pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di lapangan. Pertama, minimnya fasilitas yang dimiliki
guru terutama sangat terbatasnya literatur guru dalam menunjang proses
pembelajaran. Guru juga harus banyak membangkitkan semangat membaca. Sementara
itu jika diharapkan dari guru untuk membeli sendiri buku-buku yang berhubungan
dengan materi pembelajaran tidak mungkin, karena gaji yang diterima oleh
seorang guru rata-rata tidak mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Kedua, sangat sedikit pelatihan, seminar dan in-servise training
pendidikan bagi Guru Pendidikan Agama Islam terutama dalam kaitanya dengan
penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
tersebut.
b.
Siswa
Agar pendekatan pembelajaran Quantum Learning dapat diterapkan sebagaimana yang diharapkan disekolah, hendaknya guru
mensosialisasikan pendekatan pembelajaran tersebut terhadap siswa agar dalam
penerapannya siswa sudah memahami pendekatan pembelajaran tersebut sehingga
guru dapat dengan mudah mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran[7]. Secara
umum siswa belum siap mengikuti proses belajar mengajar dengan pendekatan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bersifat student sentris sehingga
siswa yang biasanya pasif merasa terbebani karena guru hanya melaksanakan
fungsinya sebagai fasilitator dalam membimbing siswa.
Disamping itu tidak semua siswa mampu mencapai ketuntasan
belajar yang dituntut dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan karena
kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh siswa tidak sama. Perubahan kurikulum
membuat siswa sulit menyesuaikan diri sedangkan guru kurang memberikan
motivasi. Siswa belum terbiasa dengan
model baru ini dan masih dituntut keaktifan mereka dalam memahami semua topik
yang diajarkan. Guru kesulitan menghadapi anak-anak yang tidak aktif dan tidak
mencapai ketuntasan belajar, karena kemanpuan siswa itu berbeda-beda. Disamping
guru harus membuat remedial, juga dituntut tetap melanjutkan materi kepada
siswa lain yang telah tuntas, bentuk remedial yang diberikan kepada siswa juga
harus bervariasi sesuai dengan tingkat ketidaktuntasan belajar dan kemampuan
siswa yang tidak sama.
Mencermati berbagai kendala yang
dihadapi dalam proses penerapan metode quantum learning di sekolah
khususnya di MTsS Juli Kabupaten Bireuen, para guru
secara umum menyampaikan gagasan mereka
dalam upaya mencari solusi alternatif terhadap pemecahan kendala dan
problem tersebut sebagai berikut:
a. Menyediakan fasilitas dan pendidikan tambahan bagi guru;
b. Menyiapakan media pembelajaran yang memadai;
c. Tersedianya buku pelajaran (bahan ajar) yang cukup di sekolah;
d. Perpustakaan sekolah harus buka selama PBM (Proses
Belajar Mengajar) berlangsung;
e. Tersedianya alokasi waktu yang cukup untuk pelajaran Bahasa
Arab;
f. Metode quantum
learning perlu diterapkan dan dilanjutkan oleh semua sekolah,
Cuma saja perlu disempurnakan beberapa aspek, seperti: meningkatkan peran orang
tua siswa dalam memotivasi belajar dan mengawasi prilaku siswa; disamping itu
pemerintah harus memberikan perhatian lebih serius terhadap kesejahteraan dan
kualitas guru agar dapat menjalankan tugasnya secara lebih profesional;
g. Adanya Kebijakan dari pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah yang memberikan perhatian yang serius terhadap pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan terutama dalam alokasi dana yang memadai, pelatihan
guru yang kredibel dan profesional serta media pembelajaran yang
cukup dalam menunjang pengembangan kurikulum ini ke depan;[8]
Secara teoritis, metode quantum
learning lebih baik dan lebih efektif dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan. Hanya yang perlu digaris bawahi adalah keseriusan berbagai
pihak yang terkait dengan metode quantum learning itu menjadi
kunci kesuksesannya pembelajaran.
[1]Hasil Wawancara dengan Bapak Fazel Yahya guru Bahasa Arab pada MTsS Juli Kabupaten
Bireuen Tanggal 16 Juli 2011.
[2]Hasil
wawancara dengan Ibu Elia guru Bahasa Arab pada MTsS Juli
Kabupaten Bireuen Tanggal 16 Juli 2011.
[5]Hasil Wawancara dengan Bapak Fazel Yahya guru Bahasa Arab pada MTsS Juli Kabupaten Bireuen Tanggal 19 Juli 2011.
[6]Hasil Wawancara dengan Bapak Fazel Yahya guru Bahasa Arab pada MTsS Juli Kabupaten
Bireuen Tanggal 19 Juli 2011.
[7]Hasil Wawancara dengan Ibu Elia guru Bahasa Arab pada MTsS Juli Kabupaten Bireuen Tanggal 19 Juli 2011.
[8] Hasil Wawancara dengan Ibu Elia Guru Bahasa Arab pada MTsS Juli Kabupaten Bireuen Tanggal 19 Juli 2011.
0 Comments
Post a Comment