Kendala Penerapan Metode Tahfidz dalam Pembelajaran Alquran Hadist
1. Kendala Penerapan Metode Tahfidz dalam
Pembelajaran Alquran Hadist di MTSN Bireuen
Berdasarkan hasil
observasi penulis, bahwa permasalahan yang dihadapi di MTsN Bireuen yaitu
sebagian siswa mengalami kesulitan dalam
belajar mata pelajaran Alquran, sebagai bukti bahwa siswa mengalami kesulitan
belajar adalah siswa mengalami penurunan prestasi pada ujian sekolah tahun
2013/2014. Faktor internal kesulitan belajar itu disebabkan, karena belum bisa
membaca huruf arab, belum mempunyai kepandaian menulis arab, belum bisa
mengucapkan lafal atau kalimah Alquran, kecerdasan anak yang berbeda, kurangnya
bahan di perpustakaan, kesulitan dalam menghafal suratan beserta artinya dalam Alquran,
sulitnya dalam mengimplementasikan materi agama dalam kehidupan sehari-hari.
Gejala lain yang sering nampak terjadi adalah kebiasaan besar siswa yang
melakukan kesibukan, bercakap-cakap sendiri diantara mereka ketika pelajaran
sedang berlangsung. Faktor eksternal kesulitan belajar siswa adalah pertama faktor keluarga yaitu cara orang tua
mendidik, hubungan antara anggota keluarga, suasana rumah, keadan ekonomi
keluarga. Kedua faktor sekolah yaitu guru dalam memberikan metode pengajaranya
kurang bisa dipahami siswa, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam
mempelajari pendidikan agama Islam. Faktor masyarakat antara lain kegiatan
siswa dalam masyarakat yaitu dalam bergaul dengan teman, bentuk kehidupan
masyarakat[1].
Dalam menyukseskan proses belajar mengajar
secara terus menerus suatu lembaga pendidikan baik lembaga pendidikan umum
maupun lembaga pendidikan agama, tentu saja menghadapi berbagai hambatan dan
tantangan. Adapun faktor
yang menghambat penerapan metode tahfidz dalam pembelajaran Alquran Hadist di MTsN Bireuen
adalah sebagai berikut:
1) Kurangnya bimbingan orang tua terhadap anak dan
kurangnya perhatian dalam mengawasi anaknya disebabkan kesibukan orang tua yang
menghabiskan waktunya di luar sekolah. Kebanyakan orang tua enggan memperhatikan jam di luar sekolah untuk
membelajarkan anaknya mempelajari Alquran. Padahal tanggung jawab tersebut
merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah dan masyarakat.
2) Disamping kurangnya perhatian dari orang tua
yang menjadi penghambat adalah dari segi siswa itu sendiri, beragamnya
kemampuan siswa yang berbeda-beda. Sedangkan dari segi siswa, beragamnya
kemampuan siswa khususnya input dari SD yang tidak semuanya itu berasal dari MI.
3) Selanjutnya alokasi waktu pembelajaran yang
sangat sedikit yaitu untuk materi Alquran terdapat dua jam pelajaran atau satu
kali tatap muka dalam satu minggu. Alokasi waktu yang diterapkan untuk mata
pelajaran Alquran ini sangat terbatas khususnya membaca Alquran. Sedangkan
tujuan yang ingin dicapai dalam satu kali tatap muka adalah agar siswa dapat
membaca, menyalin dan mengartikan surat atau ayat-ayat yang telah diajarkan
serta dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Terpengaruh lingkungan masyarakat dalam hal
ini pergaulan dengan teman-temannya untuk melakukan hal-hal yang negatif seperti
bermain Play Station, menonton TV yang menampilkan hiburan yang sama sekali
tidak bermanfaat di banding waktu yang digunakan untuk membaca Alquran dengan
baik, terutama di TPQ misalnya main Play Station, menonton TV yang menyebabkan
siswa tersebut kurang minat belajar membaca Alquran.
Serta
kurangnya tenaga profesional yang mempunyai tanggung jawab menciptakan situasi
dan kondisi yang menyenangkan agar para siswa bisa termotivasi untuk belajar
membaca Alquran dengan baik dan sibuknya kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah
Dan dari pentingnya peran guru Alquran dalam pengajaran Alquran, maka dalam
suatu lembaga yang mengadakan kegiatan pengajaran Alquran harus memiliki
presentasi guru agama yang mencukupi, jika tidak demikian hal tersebut akan
menjadi penghambat dalam mengatasi kesulitan membaca Alquran.[2]