A. Konsep
Pendidikan Tauhid Bagi Anak Menurut Perspektif Islam
Pendidikan tauhid sebagai pendidikan dasar bagi anak karena
ketuhanan ini paling fundamental dalam proses perkembangan sikap dan
pengetahuan. Tidak salah para ulama dalam kitabnya mengan jurkan kepada anak
yang baru belajar mengaji itu sebagai dasarnya kitab Tijan Ad Daruri.
Kita lihat nabi Ibrahim yang pertama dia cari itu adalah Tuhan. Karena
pendidikan Tauhid ini membimbing manusia kepada beragama dan terikat kepada
aturan dogmatis agama yang mengakibatkan manusia itu menjadi beretika baik.
Serta Al-Quran
yang pertama turun adalah perintah baca dan berTuhan.
Kaidah pendidikan yang pertama adalah peletakan pondasi
dasar, yaitu penanaman keesaan Allah, kelurusan aqidah, beserta keagungan dan
kesempurnaan-Nya. Kalimat tauhid adalah focus utama pendidikannya. Tidak ada
pendidikan tanpa iman. Tak ada pula akhlak, interaksi social, dan etika tanpa
iman. Apabila iman lurus, maka lurus pulalah aspek kehidupannya. Mengapa? Sebab
iman selalu diikuti oleh perasaan introspeksi diri dan takut terhadap Allah. Kaidah
kedua dalam pendidikan menurut Luqman adalah pilar-pilar pendidikan. Ia memerintahkan
anaknya untuk shalat, memikul tanggung jawab amar ma’ruf nahi munkar, serta
menanamkan sifat sabar. Shalat adalah cahaya yang menerangi kehidupan seorang
muslim. Ini adalah kewajiban harian seorang muslim yang tidak boleh
ditinggalkan selama masih berakal baik. Kaidah ketiga adalah etika social.
Metode pendidikan Luqman menumbuhkan buah adab yang luhur serta
keutamaan-keutamaan adiluhung. Luqman menggambarkan hal itu untuk putranya
dengan larangan melakukan kemungkaran dan tak tahu terima kasih, serta perintah
untuk tidak terlalu cepat dan tidak pula
terlalu lambat dalam berjalan, dan merendahkan suara. Seorang muslim perlu
diingatkan untuk tidak boleh menghina dan angkuh. Sebab, semua manusia berasal
dari nutfah yang hina dan akan berakhir menjadi bangkai busuk. Dan ketika hidup
pun, ia kesakitan jika tertusuk duri dan berkeringat jika kepanasan.[1]
Dengan demikian, pendidikan Islam dapat digambarkan
sebagai suatu sistem yang membawa manusia kearah kebahagian dunia dan akhirat
melalui ilmu dan ibadah. Karena pendidikan Islam membawa manusia untuk
kebahagian dunia dan akhirat, maka yang harus diperhatikan adalah “nilai-nilai
Islam tentang manusia; hakekat dan sifat-sifatnya, misi dan tujuan hidupnya di
dunia ini dan akhirat nanti, hak dan kewajibannya sebagai individu dan anggota
masyarakat. Pendidikan dalam Islam bukan sekadar melatih seorang anak agar
sewaktu besar mendapatkan harta, kekayaan dan kedudukan, namun lebih daripada
itu adalah bagaimana supaya si anak tersebut setelah dewasa dapat menjadi hamba
yang baik dan dapat juga bermanfaat bagi seisi dunia. Dengan demikain pada
akhirnya anak tersebut akan selamat di dunia dan di akhirat.
Sebenarnya, pendidikan dapat diartikan secara sederhana
sebagai upaya menjaga anak keturunan agar memiliki kualitas iman prima, amal
sempurna dan akhlak paripurna. Karena
itu, tanpa banyak diketahui, di dalam islam, langkah awal pendidikan untuk
mendapatkan kualitas keturunan yang demikian sudah ditanamkan sejak anak bahkan
belum terlahir. Apa buktinya? Manhaj islam menggariskan bahwa sebaik-baik
kriteria dalam memilih pasangan hidup adalah factor agama, bukan karena paras
muka dan kekayaannya. Sebab, diyakini,
calon orang tua yang memiliki keyakinan beragama yang baik tentu akan
melahirkan anak-anak yang juga baik.
Di dalam ajaran Islam, orang tua bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak-anaknya. Keduanya berkewajiban mendidik anak-anaknya
untuk mempertemukan potensi dasar dengan pendidikan. Kewajiban ini juga
ditegaskan dalam firman-Nya:
وَأْمُرْ
أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقاً نَّحْنُ
نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى) طه: ١٣٢(
Artinya: Dan perintahkanlah kepada
keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami
tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat
(yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa”. (Qs. Thaahaa:132).
Dalam Islam, pentingnya pendidikan tidak semata-mata
mementingkan individu, melainkan erat kaitannya dengan kehidupan sosial
kemasyarakatan. Konsep belajar/pendidikan dalam Islam berkaitan erat dengan
lingkungan dan kepentingan umat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan
senantiasa dikorelasikan dengan kebutuhan lingkungan, dan lingkungan dijadikan
sebagai sumber belajar. Seorang peserta didik yang diberi kesempatan untuk
belajar yang berwawasan lingkungan akan menumbuhkembangkan potensi manusia
sebagai pemimpin.
Konsep pendidikan dalam Islam menawarkan suatu sistem
pendidikan yang holistik dan memposisikan agama dan sains sebagai suatu hal yang
seharusnya saling menguatkan satu sama lain, yang secara umum ditunjukkan dalam
doa Rasulullah: “Ya Allah, ajarilah aku apa yang membawa manfaat bagiku, serta
karuniakanlah padaku ilmu yang bermanfaat”. Dari doa tersebut terungkap bahwa
kualitas ilmu yang didambakan dalam Islam adalah kemanfaatan dari ilmu itu. Hal
ini terlihat dari hadits Rasulullah: “Iman itu bagaikan badan yang masih polos,
pakaiannya adalah taqwa, hiasannya adalah rasa malu dan buahnya adalah ilmu.
Pendidikan Tauhid merupakan landasan utama seorang
muslim, identitasnya ditentukan oleh ketauhidannya yang benar, dia adalah
sebuah pondasi bangunan, kuat tidaknya bangunan ditentukan oleh “pondasinya”,
ia adalah akar sebuah pohon, hidup matinya pohon tergantung sehat tidaknya;kuat
rapuhnya akar sang pohon. Sehingga “Tauhid” menjadikan seorang muslim hanya
tunduk, patuh pasrah kepada Allah. Pengakuan
tersebut harus dicerminkan dengan keyakinan teguh dalam hati sampai
akhir hayat, juga diucapkan secara lisaniyah, serta teraplikasi dalam setiap
aktivitas gerak fisik.
[1]
Erwati Aziz, Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam, (Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), hal. 34.
0 Comments
Post a Comment