1. Latar Belakang Penerapan
Metode Quantum Learning di MTsS Juli
Sekolah
pada dasarnya bukan untuk mencari skor tetapi sekolah itu belajar untuk
kehidupan, bahkan hidup itu sendiri. Kata sekolah berasal dari bahasa Yunani
kata skhole, scolae, atau schola yang berarti waktu luang atau waktu senggang.
Pada waktu senggang tersebut dulu para orang tua di Yunani menitipkan
putra-putrinya kepada orang yang dianggap pintar agar memperoleh pengetahuan
dan pendidikan tentang filsafat, alam dan sejenis itu lainnya. Sekolah pada
waktu itu adalah suatu kegiatan belajar yang menyenangkan dan mengasyikkan
karena mereka dapat memperoleh berbagai hal yang ingin mereka ketahui.
Bila
kita menengok kondisi saat ini, sekolah masih dianggap suatu aktifitas yang
mengasyikkan justru di luar jam pelajaran, tetapi bila di dalam kelas mereka
merasa terbebani. Hal ini tampak dari sorak sorai siswa bila mereka mendengar
pengumuman pulang pagi ada rapat guru. Wajah mereka berseri-seri seakan
terbebas dari belenggu yang menjerat lehernya. Sementara didalam sistem
pendidikan Indonesia guru itu adalah sentral. Bisa kita bayangkan konsekuensi
bagi guru apabila kondisi pembelajaran tetap seperti ini.
Seiring
perkembangan jaman, dunia pendidikan juga memerlukan berbagai inovasi. Hal ini
penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan, tidak hanya pada tataran
teori tapi sudah bisa diarahkan kepada hal yang bersifat fraksis. Diakui atau
tidak walau belum ada penelitian khusus tentang pembelajaran, banyak yang
merasa sistem pendidikan terutama proses belajar mengajar sangat membosankan.
Dalam
setiap situasi selalu ada jalan keluar untuk sebuah solusi Mungkin belajar yang
menyenagkan dari Bobbi de Porter (penulis buku best seller Quantum Learning dan
Quantum Teaching) bisa dijadikan rujukan. Metode belajar ini diadopsi dari
beberapa teori. Antara lain sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak
triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan
holistik.Berdasarkan hasil observasi penulis pada MTs Swasta Juli Kabupaten
Bireuen, maka penulis melihat bahwa MTs Swasta Juli tidak menerpkan metode
quantum learning dalam pembelajaran Bahasa Arab[1].
Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi
belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif atau negatif. Pada tahap awal perkembangannya, Quantum
Learning dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja
dirumah tetapi lama kelamaan orang menginginkan DePorter untuk mengadakan
program-program Quantum Learning bagi orang tua siswa. Hal ini menunjukkan
bahwa falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara
khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
Pada
tahap awal perkembangannya, pembelajaran quantum terutama dimaksudkan untuk
membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja di rumah atau
ruang-ruang rumah; tidak dimaksudkan sebagai metode dan strategi pembelajaran
untuk mencapai keberhasilan lebih tinggi di sekolah atau ruang-ruang kelas.
Lambat laun, orang tua para remaja juga meminta kepada DePorter untuk
mengadakan program program pembelajaran quantum bagi mereka. “Mereka
telah melihat hal yang telah dilakukan Quantum Learning pada anak-anak
mereka, dan mereka ingin belajar untuk menerapkan teknik dan prinsip yang sama
dalam hidup dan karier mereka sendiri perusahaan komputer, kantor pengacara,
dan tentu agen-agen realestat mereka.
Metode
pembelajaran quantum merambah berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia,
mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis,
lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran kuantum merupakan falsafah dan
metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan
bagi pengajaran di sekolah.
Quantum
Learning merupakan metoda pengajaran
maupun pelatihan yang menggunakan metodologi berdasarkan teori‑teori pendidikan seperti Accelerated Learning
(Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro Linguistic
Programming atau NLP (Grinder & Bandler), Experential Learning
(Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson &
Johnson) dan Elements of Effective Instruction (Hunter) menjadi sebuah
paket multisensori, multi kecerdasan dan kompatibel dengan cara bekerja otak
yang mampu meningkatkan kemampuan dan kecepatan belajar. Percepatan belajar (accelerated
learning) dikembangkan untuk menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses
belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan
sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian,
modalitas belajar serta keterlibatan aktif dari peserta.
Metode pembelajaran Bahasa Arab di MTsS Juli Kabupaten Bireuen terdiri dari
metode ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab dan metode demonstrasi.
Namun, untuk menyampaikan/membahas materi pelajaran Bahasa Arab, guru
mengkombinasikan semua metode. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
disampaikan oleh Ibu Elia bahwa dalam penyampaian materi
pelajaran Bahasa Arab, guru lebih banyak menggabungkan semua metode
pengajaran. Hal ini dilakukan untuk menciptakan keserasian dalam penyampaian
materi.[2]
Penggunaan
metode Quantum Learning di MTsS Juli Kabupaten Bireuen dilatar belakangi
oleh beberapa faktor, diantaranya:
Pertama, metode pembelajaran lama yang diberlakukan
disekolah tersebut dilihat tidak memberikan hasil yang baik bagi proses
pembelajaran bahasa Arab siswa dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Kedua, metode Quantum Learning dapat membuat
siswa lebih aktif dalam pembelajaran sehingga guru lebih tertarik
menggunakan metode Quantum Learning
dalam proses pembelajaran Bahasa Arab disekolah , Ketiga, metode
Quantum Learning dapat memberikan ketuntasan kepada siswa dalam materi
pembelajaran[3].
[2]Hasil Wawancara dengan Ibu Elia guru Bahasa Arab pada MTsS Juli Kabupaten Bireuen Tanggal 15 Juli 2011.
[3] Hasil Wawancara dengan Ibu Elia guru Bahasa Arab pada MTsS Juli Kabupaten Bireuen Tanggal 15 Juli 2011.
0 Comments
Post a Comment