Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Membiasakan Syariat Dalam Rumah Tangga


A.    Membiasakan Syariat Dalam Rumah Tangga

Membiasakan Syariat Dalam Rumah Tangga
 
Berbagai kebiasaan yang turun-temurun kita lakukan pun turut berubah, dari kebiasaan makan, minum, berpakaian, berjalan, berbicara, hingga segala bentuk penampilan masyarakat. Kami tidak menentang jika memang perubahan yang terjadi mengarah pasa sesuatu yang lebih baik. Namun sayangnya, justru berubah ke arah yang membawa madarat dan penderitaan. Dahulu, kita leluasa menyantap makanan yang terjamin kehalalan dan kebaikannya. Sekarang, kita makan tanpa mengetahui apakah makanan yang kita santap halal atau haram, bahkan ada diantara kita yang santai saja melahap makanan yang haram padahal ia sudah mengetahui keharamannya tanpa mempedulikan hal itu.
Dahulu, kita pakai baju longgar yang membantu untuk shalat menstimulasi untuk duduk berlama-lama di masjid. Sekarang, pakaian yang kita kenakan sempit dan dipenuhi tali diberbagai titiknya sehingga orang yang tidak kuat agamanya pun menjadikannya sebagai alasan untuk meninggalkan shalat, bahkan karena alasan pakaian banyak pula orang yang taat beragama yang terpaksa menjamak salatnya tanpa alasan yang syar’i, dan semua itu hanya dikarenakan pakaian.”6
            Ini bukan pandangan yang dangkal maupun sembarangan, akan tetapi ini merupakan fakta-fakta yang disodorkan oleh realitas empiris yang biasa dilihat di mana-mana, meski searogan apapun orang-orang arogan menepisnya. Dahulu, kita langsung tidur sehabis shalat Isya’ sehingga bisa mendapatkan tidur dengan kenyamanan, menyelerasi hukum alam, dan bangun menunaikan salat Shubuh dengan fitalitas yang sempurna. Sekarang, kita begadang menonton TV hingga larut malam dan bangun kesiangan tanpa menunaikan kewajiban Allah (salat Shubuh). Dahulu, kita biasa berbicara dengan bahasa Arab yang fasih dan kita pun bangga mengakuinya sebagai bahasa dan nasionalisme kita. Sekarang, orang-orang terpelajar diantara kita memenuhi mulut-mulut mereka dengan bahasa-bahasa asing seolah rida menerima kehinaan dan bangga dengan perbudakan.7
            Begitulah. Segala sesuatu di tengah-tengah kita telah berubah. Tanpa sadar kaum muslimin pun tercerabut dari agama mereka. Inti pemikiran Ikhwanul Muslimin adalah agar manusia (kaum muslimin) kembali ke rel kehidupan Islam. Namun, banyak diantara intelektual Mesir yang memakai jas ala Barat menertawakan dan mencemooh kita. Mereka menanggapiya dengan olok-olokan dan keanehan. Mereka tidak habis pikir dengan gaya berpikir kita yang kata mereka jumud karena masih terpaku pada masalah formalisme kehidupan Islam. Mereka memandang mustahil Mesir bisa dikembalikan ke kondisi Mesir sebelum mengalami perubahan ini, Mereka memustahilkan jika para patriot Ikhwanul Muslimin mampu menghancurkan rintangan-rintangan ini dan mengembalikan manusia pada Islam.
            Apapun, mereka masih bisa dimaafkan. Sebab mereka belum mengimani kekuatan dan energi besar yang bisa dihasilkan oleh keimanan. Mereka tampaknya belum perna membaca apa yang telah dilakukan keimanan ini pada umat Islam, sebelum dan sesudahnya.
            Misi setiap masalah kerasulan disetiap masa adalah mengubah sistem dan mengganti status quo, mengarahkan manusia pada sesuatu yang baru dan mengangkat mereka dari segala hal yang mereka lekati. Itulah risalah Islam yang telah ditunaikan oleh Rasulullah SAW. secara sempurna dan dijamin kesempurnaannya lagi oleh para pembaru dan reformer dari kalangan umatnya. Dan kita insya Allah akan ambil bagian dalam pembaruan ini dan dengan tangan-tangan kita Allah akan mengubah sistem dan status quo tersebut. Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui berita Al-qur’an setelah beberapa waktu lagi.8
            Kewajiban setiap ikhwan jika memang serius dalam hal ini adalah mentransformasikan tataran pesan ke dalam tataran praktis. Dan sekaranglah waktunya untuk bekerja keras. Jika ada Kalangan Ikhwanul Muslimin yang beranggapan bahwa masa kerja keras ini sebagai masa konfrontasi dengan pemerintah, atau yang mereka sebut dengan turun ke lapangan maka itu adalah anggapan yang salah. akan tetapi, pertama-tama berkonfrontasilah dahulu dengan nafsu diri kalian sendiri. Seretlah ia turun ke medan pertempuran dan baku hantamlah sendiri dengan rezin-rezim personal di dalam diri kalian yang bertentangan dengan Islam.
            Gantilah busana kalian agar lebih dekat dengan penampilan Islam! Peliharalah jenggot agar berbeda dengan para priyayi! Ubahlah waktu kalian, tidurlah sesudah Isya’ dan bangunlah sebelum subuh! Gantilah perabotan rumah kalian dengan perabotan Islami! Didiklah istri, anak. dan saudara perempuan kalian dengan didikan dan ajaran Islam!
            Lalukanlah semua ini dengan cara sistematis dan perencanaan yang jelas Tingkatkanlah kualitas dan kuantitas shalat kalian dan berusahalah untuk selalu berjamaah. Banyak hal sejenis yang sebenarnya ingin kami serukan pada kalian. Barang siapa yang mampu memenangi nafsunya sendiri maka ia akan mampu mengalahkan pemerintah yang tiran.


6 Al ‘Uwaid, Muhammad Rasyid,Mengatasi Konflik Rumah Tangga, (Jakarta: Al-’Itishom Cahaya Umat, 2005 ).hal 48

               7 Al Umar, Nasir,  Mendung Di Langit Rumah, ( Solo: Aqwam,2006 ), hal. 67

               8 Faridl Miftah, Rumahku Surgaku, ( Jakarta: Gema Insani, 2005), hal 17