A.
Metode Dalam Mendidik Anak
Secara etimologi kata metode berasal
dari bahasa Yunani yaitu meta yang berarti ”yang dilalui” dan hodos yang
berarti ”jalan”, yakni jalan yang harus dilalui. Jadi secara harfiah
metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu”.[19]
Sedangkan dalam bahasa Inggris, disebut dengan method yang mengandung
makna metode dalam bahasa Indonesia.[20] Dalam bahasa Arab, metode
disebut dengan “tharīqah yang berarti
jalan atau cara”.[21].
Demikian pula menurut Yunus, tharīqah adalah “perjalanan
hidup, hal, mazhab dan metode”.[22]
Secara terminologi, para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode,
di antaranya pengertian yang dikemukakan Surakhmad, bahwa metode adalah “cara yang di
dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan”.[23]
Dalam melaksanakan pendidikan moral anak dalam keluarga agar
berhasil, maka harus memenuhi faktor-faktornya. Diantara salah satu faktornya
adalah harus menggunakan metode yang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan
anak. Beberapa metode dan strategi pengembangan pendidikan Islam, diantaranya
sebagai berikut :
1. Metode
pemberian imbalan dan semangat
Metode pemberian imbalan dan semangat adalah metode yang
terbaik dan yang paling banyak memberikan mamfaat dalam pendidikan Islam,sebab
pemberian imbalan dianggap sebagai pengganti apa yang tidak didapatkannya dan
juga dapat melayani dan memupuk mengatahuan anak pada rasa cinta. “Bersikap lemah lembut kepada anak
dan memberikan motivasi adalah lebih baik daripada kekerasan,yang dapat
diasakan pengaruhnya oleh anak sampai dewasa”[24].
2. Metode
ancaman dan hukuman
“Metode ancaman dan hukuman adalah
sebagai solusi untuk memperbaiki anak yang berprilaku buruk dengan sengaja agar kita berusaha memahami faktor atau sebab di balik prilaku
jelek pada anak dan kita bisa menjelaskan keanak apa dampak yang dihasilkan
dari prilaku yang jelek”[25]
Dalam memberikan hukuman ini diharapkan orang tua melihat
ruang waktu dan tempatnya. “Yaitu memberikan hukuman kepada anak dengan lemah lembut dan
kasih sayang dan menjaga tabiat anak yang salah. Hukuman diberikan sebagai upaya
perbaikan terhadap diri anak, dengan tahapan yang paling akhir dari”.[26]
Memberi hukuman pada anak,
seharusnya para orang tua sebisa mungkin menahan emosi untuk tidak memberi
hukuman berbentuk badaniah. Kalau hukuman yang berbentuk psikologis sudah mampu
merubah sikap anak, tentunya tidak dibutuhkan lagi hukuman yang menyakitkan
anak tersebut. Hukuman bentuknya ada dua, yakni hukuman psikologis dan
hukuman biologis.bentuk hukuman yang bersifat psikologis adalah menunjukkan
kesalahan dengan pengarahan, menunjukkan kesalahan dengan memberikan
isyarat.dan hukuman biolagis adalah pukulan anggota badan.[27]
Hal ini dilakukan supaya anak jera
dan tidak meneruskan perilakunya yang buruk. Sesuai sabda Rasul Saw. yang diriwayatkan Abu Daud dari
Mukmal bin Hisyam.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ
وَهُمْ أَبْنَاءَ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ
سِنِينَ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ(رواه ابو داود(
Artinya: Perintahkan
anak-anakmu menjalankan ibadah Shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun.
Dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak
mau melaksanakannya dan pisahkan tempat tidur mereka (HR.Abu Daud)[28]
Sesuai dengan hadist diatas Rasulullah
Saw sangat menekankan kepada orangtua untuk menyuruh anak untuk shalat sejak
berumur tujuh tahun.karena ibadah shalat adalah ibadah yang dapat membentuk
karakter anak yang tangguh dan bertanggung jawab serta disiplin.
3. Metode
memperhatikan dan tidak bersikap masa bodoh
Metode ini yaitu memperhatikan anak dan tidak bersikap masa
bodoh terhadap anak yang berprilaku jelek.tapi memberikan perhatian, rasa cinta
dan kasih sayang.karena kebanyakan masalah prilaku jelek pada anak sebenarnya
kurangnya kasih sayang yang diinginkan,ketegangan emosi dan hilangnya
kepercayaan pada orang tua[29]
Berikut ini penulis lebih tertarik
dan setuju dengan pendapat Abdullah Nashih Ulwan karena beliau merupakan salah
satu pemikir dan pemerhati pendidikan Islam, terutama pendidikan anak, beliau
menawarkan kepada para pendidik termasuk orang tua agar dalam memberikan
informasi pendidikan Islam dengan menggunakan metode yang baik dan sesuai dengan
ajaran Rasulullah Saw, dalam bukunya “Tarbiyatul Aulad
fil-Islam”, buku yang populer dan menjadi referensi di dunia Islam.
4. Metode keteladanan
Teladan yang baik dari orang tua
kepada anak (sekitar umur 6 tahun) akan berpengaruh besar kepada perkembangan
anak di masa mendatang. Sebab kebaikan di waktu kanak-kanak awal menjadi dasar
untuk pengembangan di masa dewasa kelak. Untuk itu lingkungan keluarga harus
sebanyak mungkin memberikan keteladanan bagi anak. Dengan keteladanan akan
memudahkan anak untuk menirunya. Sebab keteladanan lebih cepat mempengaruhi
tingkah laku anak. Apa yang dilihatnya akan ia tirukan dan lama kelamaan akan
menjadi tradisi bagi anak. Hal ini sesuai firman Allah Swt dalam surat al-Ahzab ayat 21 sebagai
berikut:
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً (الاحزاب:٢١ (
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Qs. Al-Ahzab: 21).
Dalam hal keteladanan ini, lebih jauh
Abdullah Nashih Ulwan menafsirkan dalam beberapa bentuk, yaitu keteladanan
dalam ibadah, keteladanan bermurah hati, keteladanan kerendahan hati, keteladanan
kesantunan, keteladanan keberanian dan keteladanan memegang akidah.[30]
Karena obyeknya anak tentunya bagi
orang tua dalam memberikan teladan harus sesuai dengan perkembangannya sehingga
anak mudah mencerna apa yang disampaikan oleh bapak ibunya. Sebagai contoh agar anak membiasakan
diri dengan ucapan “salam”, maka senantiasa orang tua harus memberikan
ajaran tersebut setiap hari yaitu hendak pergi dan pulang ke rumah (keteladanan
kerendahan hati). Yang penting bagi orang tua tampil dihadapan anak sesuai
dengan ajaran-ajaran Islam, niscaya semua itu akan ditirunya pendidikan dengan
adat kebiasaan. Setiap manusia yang dilahirkan membawa potensi, salah
satunya berupa potensi beragama. Potensi beragama ini dapat terbentuk pada diri
anak (manusia) melalui dua faktor, yaitu: faktor pendidikan yang Islami dan
faktor pendidikan lingkungan yang baik. Pelaksana pendidikan Islam bertanggung
jawab penuh oleh bapak ibunya. Ia merupakan pembentuk karakter anak.
Setelah anak diberikan pendidikan
agama oleh orangtuanya, maka faktor lingkungan harus menunjang terhadap
pengajaran tersebut, “yakni orang tua senantiasa mempraktekkan ajaran agama dalam
lingkungan keluarganya dengan cara pembiasaan. Sebab pembiasaan merupakan upaya
praktis dan pembentukan (pembinaan) dan persiapan”.[31]
Pada usia kanak-kanak kecenderungan
anak adalah meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya, baik ibu
bapaknya ataupun saudara familinya.
Oleh karena itu patut menjadi perhatian semua pihak,
terutama orang tuanya selaku figur yang terbaik di mata anaknya. Jika orang tua
menginginkan putra putrinya tumbuh dengan menyandang kebiasaan-kebiasaan yang
baik dan akhlak terpuji serta kepribadian yang sesuai ajaran Islam, maka orang
tua harus mendidiknya sedini mungkin dengan moral yang baik. Karena tiada yang
lebih utama dari pemberian orang tua kecuali budi pekerti yang baik.
Apabila anak dalam lahan yang baik
(keluarganya) memperoleh bimbingan, arahan, dan adanya saling menyayangi antar
anggota keluarga, niscaya lambat laun anak akan terpengaruh informasi yang ia
lihat dan ia dengar dari semua perilaku orang-orang disekitarnya. Dan pengawasan
dari orang tua sangat diperlukan sebagai kontrol atas kekeliruan dari perilaku
anak yang tak sesuai dengan ajaran Islam.
5. Metode nasihat
Pemberi nasihat seharusnya orang yang berwibawa di mata
anak. Dan pemberi nasihat dalam keluarga tentunya orang tuanya sendiri selaku
pendidik bagi anak. Anak akan mendengarkan nasihat tersebut, apabila pemberi
nasihat juga bisa memberi keteladanan. Sebab nasihat saja tidak cukup bila
tidak diikuti dengan keteladanan yang baik. Nashih Ulwan membagi cara memberikan nasehat kepada anak
kedalam beberapa bagian :
a. Menyeru
untuk memberikan kepuasan dengan kelembutan atau penolakan.
Sebagai contohnya adalah seruan Lukman kepada anak–anaknya,
agar tidak mempersekutukan Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam
surat Lukman ayat 13 sebagai berikut:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ
لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ)لقمان:
١٣(
Artinya :
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar. (Qs Luqman: 13).
6. Metode
cerita dengan disertai tamsil ibarat dan nasihat
Metode ini mempunyai pengaruh
terhadap jiwa dan akal. Biasanya anak itu menyenangi tentang cerita-cerita.
Untuk itu orang tua sebisa mungkin untuk memberikan masalah cerita yang
berkaitan dengan keteladanan yang baik yang dapat menyentuh perasaannya. Sebagaimana firman-Nya dalam surat al-A`raf ayat 176 sebagai berikut:
وَلَوْ شِئْنَا
لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَـكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ
فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ
يَلْهَث ذَّلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ
الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ)
الأعراف: ١٧٦(
Artinya: Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya
Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti
anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya
dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian
itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka
ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.(Qs. al-A`raf:176 ).
7. Metode melalui wasiat
Pengarahan melalui wasiat adalah
wasiat-wasiat yang baik dan bermamfaat
untuk ank, terutama wasiat untuk taat kepada Allah Swt. dan mengikuti sunnah Rasulnya. “Orang tua yang bertanggung jawab
tentunya akan berusaha menjaga amanat-Nya dengan memberikan yang terbaik buat
anak demi masa depannya dan demi keselamatannya”[32]
8. Metode pendidikan dalam bentuk perhatian
Sebagai orangtua berkewajiban untuk memenuhi
kebutuhan–kebutuhan anaknya, baik kebutuhan jasmani ataupun kebutuhan yang berbentuk
rohani. Diantara kebutuhan anak yang bersifat rohani adalah anak ingin
diperhatikan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. “Pendidikan dengan perhatian adalah
mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam
pembinaan akidah dan moral, persiapan spiritual dan sosial, disamping selalu
bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil ilmiahnya”.[33]
Dengan demikian metode pendidikan yang
digunakan Rasulullah Saw. dalam pendidikan merupakan metode pendidikan yang mampu
mengantarkan anak didik mencapai kesuksesan hidup didunia dan kesuksesan hidup
diakhirat kelak.
[20]Wojowasito,
S. W. Wasito Tito, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia,
Indonesia-Inggeris, (Bandung: Hasta, 1980), hal. 113.
[22]
Warson Ahmad Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hal. 849.
[24]Adil
Fathi Abdullah, Pahami Anak Anda, Anda Akan Sukses Mendidiknya, (Jakarta: Pustaka Al-kausar, 2005), hal. 38.
0 Comments
Post a Comment