Pendekatan Pengelolaan Kelas
Pendekatan Pengelolaan Kelas
Seorang
guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-
pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya harus terlebih dahulu menyakini bahwa pendekatan yang dipilihnya
untuk menangani suatu kasus pengelolaan
kelas merupakan
pendekatan
alternatif yang
terbaik
sesuai dengan hakikat masalahnya. Adapun
pendekatan-pendekatan
tersebut, sebagai berikut [1] :
1). Behavior-Modification Approach
Pendekatan ini bertolak dari psikologi
behavioral yang
mengemukakan asumsi sebagai berikut :
a. Semua tingkah laku yang baik maupun yang kurang baik merupakan hasil proses belajar.
b. Ada sejumlah kecil proses psikologi yang
fundamental yang
dapat digunakan
untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud. Adapun proses psikologi
ini
adalah penguatan
positif (positive reinforcement),
hukuman penghapusan
(extinction), dan penguatan negatif (negative reinforcement).
2). Socio-Emotional-Climate Approach
Dengan
berlandaskan psikologi
klinis
dan konseling, pendekatan pengelolaan kelas ini memberikan asumsi sebagai
berikut :
a. Proses belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan iklim sosio-emosional
yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru-peserta
didik dan antar
peserta didik.
b. Guru
menduduki
posisi terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik itu.
3). Group-Processes Approach
Pendekatan
ini didasarkan pada psikologi sosial dan dinamika kelompok kelompok, Pendekatan
ini memberikan asumsi pokok sebagai berikut :
a. Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks
kelompok sosial.
b. Tugas guru yang terutama dalam pengelolaan kelas
adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kehesif.
4). Ecletic Approach
Kelebihan dari
pendekatan ini adalah:
a. Menguatkan tingkah
laku peserta didik yang baik dan atau menghilangkan tingkah
laku peserta didik yang kurang baik.
b. Peningkatan hubungan antar pribadi guru dan
peserta didik serta antar peserta didik.
c. Guru ingin
kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif.
Dari beberapa pendekatan di
atas, seorang guru diharapkan
menggunakan
pendekatan
eklektik.
Dalam
pendekatan
ini terdapat asumsi sebagai berikut:
1) Seorang guru hendaknya menguasai pendekatan-pendekatan
pengelolaan kelas yang potensial,
dalam
hal ini pendekatan perubahan tingkah laku dan penciptaan iklim sosio emosional serta proses kelompok.
2) Seorang guru dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang
sesuai dengan baik dalam masalah pengelolaan kelas. Dari beberapa
pendekatan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa keharmonisan hubungan guru dengan anak didik, tingginya kerja
sama
di antara anak
didik terwujud dalam
bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung
dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka menganalisis masalah pengelolaan kelas yang dihadapinya.[2]
[1]
Rohani,
Ahmad
dan Abu Ahmadi,
Pedoman
Penyelenggaraan Administrasi
Pendidikan Di Sekolah,
(Jakarta : Bumi Aksara, 1991). h. 143.
[2] Ahmad
Rohani
dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Di Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 142.