Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pulang Dengan "Menyenangkan"

Pulang Dengan "Menyenangkan"


Mengapa kami keluarga perantau tidak punya tabungan dan tidak pernah jalan-jalan? Pulang kampung, inilah alasannya. Ah, kan kampungnya dekat? Tidak harus naik pesawat? Benar, tapi ketahuilah, pulang bukan sekedar pulang. Pulang bukan sekedar harga tiket. Kepulangan kita haruslah menyenangkan. Apalagi bila momen lebaran. Membeli baju baru, kue kering, oleh-oleh untuk keluarga di kampung, angpau untuk keponakan, kebutuhan atau akomodasi dalam perjalanan.

Jika dihitung-hitung, biaya tersebut cukup besar. Sedangkan Tunjangan Hari Raya (THR) yang tidak seberapa itu terkadang sudah lebih dulu dialokasikan untuk kebutuhan lain (membayar cicilan dan utang). Maka tidaklah heran, pemudik sudah mulai memikirkan dan mengumpulkan uang lagi untuk mudik selanjutnya bahkan sebelum pulang dari mudik sebelumnya. 

Saya banyak mendengar cerita dari Orang-orang di sekitar tempat tinggal saya di sini. Penduduk Sabang umumnya adalah pendatang. Sebagian dari mereka ada yang tidak pulang bertahun-tahun. 

Terkendala biaya. Kadang satu kepala keluarga memiliki anggota 6 sampai 7 orang. Sekali lagi, biaya bukan hanya untuk tiket kapal.

Jadi apakah kami pelit dengan hidup kami? Tidak pernah jalan-jalan. Pakaian itu-itu saja. Tidak punya deposito. Tidak memiliki perhiasan. Belum punya kendaraan yang layak. Siapa yang tidak ingin jalan-jalan berkeliling dunia? Siapa yang tidak ingin rumah dan kendaraan mewah? Siapa yang tidak ingin perhiasan? 

Ketahuilah, kami mengumpulkan uang setahun untuk mudik satu hari. Inilah jalan-jalan kami. Inilah rekreasi kami. Inilah kesenangan kami. Mengunjungi kampung, sekeping syurga yang masih Allah titipkan di dunia, tempat dimana orangtua masih ada di sana.
Kami bahagia.

Dan bahagia kita berbeda-beda.

Penulis: Ismi Marnizar