Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Konsep Pendidikan Tauhid menurut Perspektif Islam


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Orientasi pendidikan Islam berusaha mengubah keadaan sesorang dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak dapat berbuat menjadi dapat berbuat.  Sehingga dengan pendidikan orang mengerti akan dirinya plus segala potensi kemanusiaanya, lingkungan masyarakat, alam sekitar dan yang lebih dari semua itu adalah dengan adanya pendidikan manusia dapat menyadari sekaligus menghayati keberadaannya di hadapan khaliknya.
Berbicara pendidikan adalah berbicara keyakinan, pandangan dan cita-cita, tentang hidup dan kehidupan manusia dari generasi ke-generasi maka pengunaan istilah Pendidikan Islam atau penambahan kata Islam dibelakang kata Pendidikan pada kajian ini meniscayakan bahwa pendidikan Islam tidak dapat dipahami secara terbatas hanya kepada Pengajaran Islam mengingat keberhasilan pendidikan Islam tidak cukup diukur hanya dari segi seberapa jauh anak menguasai hal-hal yang bersifat kognitf atau pengetahuan tentang ajaran agama atau bentuk-bentuk ritual keagamaan semata. Justru yang lebih penting adalah seberapa jauh tertanam nilai-nilai keagamaan tersebut dalam jiwa dan seberapa jauh pula nilai-nilai tersebut mewujud dalam sikap dan tikah laku sehari-hari.
Tauhid merupakan pengakuan akan keesaan Allah Swt. dalam setiap aspek kehidupan. Pengakuan akan keesaan Allah Swt. tersebut mengandung kesempurnaan kepercayaan kepada-Nya dan dua segi yaitu segi rububiyah dan segi uluhiyah. Tauhid merupakan komitmen manusia kepada Allah Swt. sebagai pusat orientasi dan fokus dan seluruh rasa hormat, tunduk, patuh, syukur dan satu-satunya sumber nilai yang fundamental, sehingga seluruh amal perbuatan yang henar-benar hertauhid semata-mala hanya untuk Allah Swt. Pendidikan Islam merupakan upaya normatif yang berfungsi untuk mernelihara dan mengembangkan fitrah manusia, maka harus didasarkan pada nilainilai tauhid. Tauhid merupakan konsep yang berisikan nilai-nilai fundamental yang harus dijadikan dasar filosofis pendidikan Islam.
Seorang ibu adalah orang terdekat bagi anaknya dan tiap anak mungkin memiliki gaya belajar berbeda. Meski begitu, tiap anak tetap mampu berprestasi dengan ditunjang sarana belajar yang sesuai kebutuhan. Akan tetapi dalam hal mendidik anak ayah pun memiliki peranan penting dalam menyempurnakan proses pendidikan. Karena orang tua harus berusaha memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya, agar kelak ia menjadi makhluk yang paripurna.
Keluarga adalah lingkungan pertama bagi pembentukan ketauhidan anak. Orangtua adalah unsur utama bagi tegaknya tauhid dalam keluarga, sehingga setiap orang wajib memiliki tauhid yang baik, sehingga dapat membekali anak-anaknya dengan ketauhidan dan materi-materi yang mendukungnya, disamping anak dapat melihat orang tuanya sebagai tauladan yang memberikan pengetahuan sekaligus pengalaman, dan pengarahan
Jika latihan-latihan dan bimbingan agama terhadap anak dilalaikan orang tua atau dilakukan dengan kaku dan tidak sesuai, maka setelah dewasa ia akan cenderung kepada atheis bahkan kurang perduli dan kurang membutuhkan agama, karena ia tidak dapat merasakan apa fungsi agama dalam hidupnya. Namun sebaliknya jika pendidikan tentang Tuhan diperkenalkan sejak kecil, maka setelah dewasa akan semakin dirasakan  kebutuhannya terhadap agama[1].

Anak adalah amanat Allah kepada para orang tua. Amanat adalah sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang yang pada akhirnya akan dimintai pertanggungjawaban. Firman Allah :

Artinya:  Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati manat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.(Qs. Al-anfal:27).

Anak merupakan salah satu bagian dalam keluarga, sehingga secara kodrati tanggung jawab pendidikan tauhid berada di tangan orang tua. Kecenderungan anak kepada orang tua sangat tinggi, Apa yang ia lihat, dengar dari orang tuanya akan menjadi informasi belajar baginya[2]. Sehingga hanya dengan keluarga-keluarga yang memegang prinsip akidah ketauhidan, dapat melahirkan generasi-generasi berkepribadian Islam sejati, yang menjadikan Allah Swt. sebagai awal dan tujuan akhir segala aktivitas lahir dan batin kehidupannya.
Usia pra sekolahmerupakan masa yang sangat strategis yang dapat dimainkan orang tua untuk mendidik anak dengan ketauhidan, memperkuat akidahnya kepada Allah Swt. Yang bakal ia lihat sebagai pertolongan terbaik dalam menghadapi realitas yang menyakitkan dan pergulatan kehidupan yang menyesatkan. Akidah tersebut juga akan menyingkirkan beragam penghalang,kesalahan dan ketakutan, memperkuat kepribadiannya dan mempersiapkannya untuk berani berorban, lebih mengutamakan orang lain, dan suka menolong sesama.[3]

Pendidikan yang toleran memang tidak bisa hanya sebatas diceramahkan, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik di tingkat sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Al-Qur'an dan Hadist sebenarnya memberikan pernyataan yang mengarahkan bahwa dalam mendidik orang lain tidak boleh hanya diceramahkan secara lisan, tetapi lebih banyak melalui tahapan refleksi dan aksi. Seperti yang diungkapkan dalam Al-Qur'an Surat Ar-Rum ayat: 41- 43:

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat maupun di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar. Katakanlah Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu, kebanyakan mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah). Oleh karena itu hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tak dapat ditolak (kedatangannya) pada hari itu mereka berpisah-pisah. (Qs. Ar-rum: 41- 43 ).

Ayat tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya pendidikan, karena hanya dengan proses pendidikanlah manusia dapat mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang mulia, melalui pemberdayaan potensi dasar dan karunia yang telah diberikan Allah. Apabila semua itu dilupakan dengan mengabaikan pendidikan, manusia akan kehilangan jatidirinya.
Dalam Pembelajaran tentang Menghormati Lingkungan Hidup yang lebih mengenal adalah mengalami sendiri, tetapi bisa saja melakukan refleksi maupun aksi. Bentuk refleksinya melalui kegiatan perjalanan di muka bumi (field trip atau yang sejenis) dan tahapan aksinya berupa perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu (Metode yang dipakai bisa metode induktif, deduktif maupun studi kasus). Setelah ada proses refleksi ditutup dengan kesadaran untuk aksi berupa ketundukan hakiki kepada Islam. Spirit ayat ini menunjukkan bahwa metode ceramah perlu dikurangi maupun dihindari, karena Allah dalam Al-Qur�an surat Ash Shaaf ayat 2-3 Allah Swt. berfirman:

Artinya: Hai orang-orang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakukan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan sesuatu tetapi tidak kamu kerjakan. (Qs. Ash Shaaf: 2-3).

Ayat diatas dijelaskan oleh Allah bahwa Pendidikan Tauhid memerlukan proses panjang dengan tahapan aksi, refleksi, aksi. Tahapan aksi pada ayat 258 bahwa dalam pembelajaran Tauhid memerlukan metode dialog, metode pembuktian, dan memerlukan refleksi setelah terjadinya dialog. Ketika refleksi berlangsung ternyata tidak mentauhidkan Allah, itu semua sudah merupakan urusan Allah. Disinilah peran guru sebatas fasilitator bagi peserta didiknya, sehingga guru tidak begitu perlu mengajarkan agama secara dogmatis tetapi yang memberdayakan siswa.
Tauhid meskipun merupakan ajaran Islam dan juga merupakan ajaran-ajaran agama sebelum Islam, akan tetapi tahuid sebagai ilmu tidaklah muncul bersamaan dengan lahirnya Islam itu sendiri. Ilmu tauhid muncul setelah Islam berkembang luas ke daerah-daerah di luar Jazirah Arab. Adapun pengertian tauhid menurut Syeikh Abdurrahman Siddik adalah:
Tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat wajib yang tetap ada pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya. Juga membahas tentang para Rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, meyakinkan apa yang wajib ada padanya, apa yang boleh dihubungkan (nisbahkan) kepada diri mereka dan apa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka[4].

Tauhid juga sering disebut aqidah atau aqa�id yang berarti kepercayaan atau keimanan. Hal ini dikarenakan persoalan yang dijadikan pokok pembicaraan adalah mengenai keimanan dan kepercayaan. Sejalan dengan bermacam-macam istilah untuk menamakan tauhid, Abdurrahman Siddik kadang-kadang menggunakan istilah tauhid dan aqa�id pada kesempatan lain.
Abdurrahman Siddik sendiri mengartikan aqa�id adalah kepercayaan kepada Allah Yang Maha Esa termasuk di dalamnya kepercayaan adanya Malaikat, Kitab Suci (wahyu) dan Nabi-Nabi, kepercayaan pada Hari Akhir, kepercyaan pada iradah dan penentuan nasib manusia.[5]Hal ini senada dengan pengertian aqidah menurut Masjfuk Zuhdi, yaitu: Wajib mengimani Allah, Malaikat, kitab-kitab dan Rasul-Nya serta iman hari akhir (dibangkitkan mereka setelah mati dan iman terhadap ketentuan baik dan buruk)[6].
Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul Konsep Pendidikan Tauhid menurut Perspektif Islam.�


B.    Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.     Bagaimana pentingnya pendidikan tauhid?
2.     Bagaimana tangung jawab pendidikan tauhid?
3.     Untuk siapa implementasi pendidikan tauhid?
4.     Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan tauhid?

C.    Penjelasan Istilah
Adapun istilah yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
1.     Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep berarti sebagai rancangan ide, gambaran, atau pengertian dari peristiwa nyata atau konkret kepada yang abstrak dari sebuah obyek maupun proses.[7]Konsep merupakan kata atau istilah serta simbol untuk menunjuk pengertian dari pada barang sesuatu baik konkret maupun sesuatu hal yang bersifat abstrak.[8]
Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya[9]. mendefinisikan konsep sebagai berikut: (1) suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian tentang suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran mental dari beberapa objek atau kejadian yang sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu.[10]
Sedangkan konsep dalam penulisan skripsi ini ialah sejumlah rancangan, ide, gagasan, gambaran atau pengertian yang bersifat konkret maupun abstrak.
2.     Pendidikan
Menurut ensiklopedia pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha manusia untuk membawa anak yang belum dewasa dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala perbuatannya secara moral.[11] Pendidikan adalah �bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya.�[12]
Hal yang hampir senada juga diungkapkan oleh Henderson, bahwa �pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir�.[13]  Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya �Memelihara, memberi latihan, dan pimpinan, kemudian kata didik itu mendapat awalan pe- akhiran- an sehingga menjadi pendidikan yang artinya perbuatan mendidik.�[14]
Oemar Muhammad Al-Syaibani dalam buku �Filsafat Pendidikan� mengemukakan bahwa �Pendidikan�  adalah usaha-usaha untuk membina pribadi muslim yang terdapat pada pengembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial.�[15]
Dari pengertian di atas maka yang penulis maksudkan dengan  Pendidikan Islam adalah suatu rancangan yang dibuat dalam usaha membimbing dan membina manusia baik jasmani ataupun rohani menuju terbentuknya akhlak yang mulia seperti yang diajarkan di dalam Islam.
3.     Tauhid
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid berarti menjadikannya esa. Mentauhidkan Allah Swt berarti menjadikan, mengakui dan meyakini bahwa Allah Swt itu Esa.[16]
Menurut Jubaran Mas�ud tauhid bermakna �beriman kepada Allah, Tuhan yang Esa�, juga sering disamakan dengan �????? ??? ????� �tiada Tuhan Selain Allah�.[17]Menurut Fuad Iframi Al-Bustani tauhid adalah Keyakinan bahwa Allah itu bersifat �Esa�.[18]Jadi tauhid berasal dari kata �wahhada� (???) �yuwahhidu� (????) �tauhidan� (??????), yang berarti mengesakan Allah Swt.[19]
D.    Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.     Untuk mengetahui pentingnya pendidikan tauhid.
2.     Untuk mengetahui tangung jawab pendidikan tauhid.
3.     Untuk mengetahui implementasi pendidikan tauhid.
4.     Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan tauhid.
E.    Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
              Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai konsep pendidikan tauhid menurut perspektif Islam. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat dijadikan bahan kajian bidang study pendidikan.
              Secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan konsep pendidikan tauhid menurut perspektif Islamini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
F.     Metodelogi Penelitian

1.     Jenis penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research). Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang ada berkaitan dengan teori-teori pendidikan, khususnya konsep pendidikan tauhid menurut perspektif Islam. Di samping literatur tentang metodologi penelitian dan referensi lainnya yang berhubungan dengan variabel penelitian dengan cara membaca, menelaah dan menganalisa.
2.     Metode Penelitian
Adapun metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode pemecahan masalah yang ada masa sekarang meliputi pencatatan, penguraian, penafsiran dan analisa terhadap data yang ada, sehingga menjadi suatu karya tulis yang rapi dan utuh. Penelitian ini akan menjelaskan konsep pendidikan tauhid menurut perspektif Islam.
3.     Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
NO
Ruang Lingkup Penelitian
Hasil Yang diharapkan

1
Pentingnya pendidikan tauhid

1.     Tauhid rububiyah
2.     Tauhid mulkiyah
3.     Dan tauhid rahmaniyah  
2

Tangung jawab pendidikan tauhid

1.     Orang tua
2.     Guru
3.     Ulama
3

Implementasi pendidikan tauhid

1.     Implementasi pendidikan tauhid
2.     Tujuan implementasi pendidikan tauhid
3.     Faktor implementasi pendidikan tauhid bagi anak.
4
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan tauhid
1.     Keluarga
2.     Sekolah
3.     Lingkungan/masyarakat

4.     Sumber Data

1)     Data primer adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data dan penyelidik untuk tujuan penelitian.[20]. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah Zainuddin, Ilmu Tauhid Lengkap, Rineka Cipta, Jakarta, 1992, Syahminan Zaini, Kuliah Akidah Islam, Al Ikhlas, Surabaya, 1983, Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah,  SI press, Yogyakarta, 1993, Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral, dan Spiritual Anak Dalam Keluarga Muslim, Terjemahan  Ibnu Murdah, Mitra Pustaka,Yogyakarta, 1998, Syah Ismail Syahid, Menjadi Mukmin Sejati, Terjemahan:Shohif, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2001, Daud Rasyid,  Islam dalam Berbagai Dimensi, Gema Insani Press,Jakarta,  2000, Sayid Sabiq, Aqidah Islam:pola Hidup manusia Beriman, Terjemahan  Moh. Abdai Rathomy, Penerbit Diponegoro, Bandung, t.t., Syafi�I Ma�arif, Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita Dan Fakta, Tiara Wacana, Yogykarta, 1991, H.Abu Tauhied, Ms., Beberapa Aspek Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga,Yogyakarta, 1990.
2)     Data skunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku Bersikap Terhadap Anak karya Muhammad Fauzil Adhim yang diterbitkan Titian Ilahi Press, 1996, Bagaimana Membimbing,  Mendidik dan Mendisiplinkan Anak Secara Efektif, karya Schaefer, Charles, Terj. R. Turman Sirait, yang diterbitkan Restu Agung, 1997, Aku Dan Anak-anakku, Bimbingan Praktis Mendidik Anak Menuju Remaja, karya Zurayk, Ma�ruf,, yang diterbitkan Al Bayan, 1994.
5.     Tehnik Pengumpulan Data
Adapun tehnik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik Library Research yaitu menelaah buku-buku, teks dan literature-literature yang berkaitan dengan permasalahan di atas.[21]Suatu metode pengumpulan data atau bahan melalui perpustakaan yaitu dengan membaca dan menganalisa buku-buku, majalah-majalah yang ada kaitannya dengan masalah yang penulis teliti. Selain itu juga akan memanfaatkan fasilitas internet untuk memperoleh literatur-literatur yang berhubungan dengan skripsi ini.
6.     Tehnik Analisa Data
Teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.
Menurut Lexy J. Moleong, analisis data adalah yakni suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi dengan mengidentifikasi karakter khusus secara obyektif dan sistematik yang menghasilkan deskripsi yang obyektif, sistematik mengenai isi yang terungkap dalam komunikasi.[22]
G.   Kajian Terdahulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang mengungkap tentang pendidikan anak, antara lain:
Nama: Zaryati Nim: A. 273846/2796 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2009 dengan judul dengan judul skripsi Pendidikan Tauhid Bagi Anak Usia Dini metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode Library Reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:
1.   Usia dini merupakan masa yang sangat strategis yang dapat dimainkan orang tua untuk mendidik anak dengan ketauhidan, memperkuat akidahnya kepada Allah Swt. Yang bakal ia lihat sebagai pertolongan terbaik dalam menghadapi realitas yang menyakitkan dan pergulatan kehidupan yang menyesatkan. Akidah tersebut juga akan menyingkirkan beragam penghalang, kesalahan dan ketakutan, memperkuat kepribadiannya dan mempersiapkannya untuk berani berorban, lebih mengutamakan orang lain, dan suka menolong sesama.
2.   Mendidik anak � anak untuk beribadah kepada Allah Swt. Sebaiknya dimulai dengan teori praktik secara bersamaan. Hal itu dapat dilakukan langsung dengan memberikan semangat dan dorongan, tanpa menggunakan cara � cara kekerasan (represif) , pemaksaan dan otot. Anak sebaiknya tidak terburu � buru dihukum ketika tidak menjalankan sebagian ibadah, karena dia belum terkena perintah untuk menjalankan kewajiban � kewajiban agama.
3.   Memberikan pembinaan akhlak dan berusaha untuk menumbuhkan keinginan untuk melakukan kebajikan dalam hidup seseorang memang diperlukan dalam pendidikan agama, sebab untuk mencapai nilai-nilai kebajikan itu sendiri adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan pendidikan akhlak yang kedudukannya sangat mulia bagi umat Islam.
4.   Pendidikan keimanan bagi anak usia dini adalah sinergi berbagai unsur aktivitas pedagogis: pengaitan anak � anak dengan dasar � dasar keimanan , pengakrabanya dengan rukun-rukun Islam, dan pembelajarannya tentang prinsip-prinsip syariat Islam, pendidikan karakter dan insting anak yang tumbuh kembang, pengarahan prilaku mereka sesuai dengan fondasi nilai, prinsip � prinsip dan norma � norma etik yang bersumber dari keimanan yang benar kepada Allah Swt, Malaikat � malaikannya, Kitab � kitabnya, Rasul � Rasulnya, Hari Kiamat, dan qadhanya yang baik ataupun yang buruk.
Penulis sangat menarik terhadap penelitian diatas mengenai Pendidikan Tauhid, akan tetapi penelitian tersebut belum menjelaskan secara detail tentang konsep tauhid dalam Islam, sehingga terlihat belum lengkap dalam sebuah penelitian. Melalui penelitian ini penulis mendiskripsikan yang paling penting dikaji adalah konsep pendidikan tauhid menurut perspektif Islam.




[1]Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hal. 41.

[2] Ali Turkamani Husain, Bimbingan Keluarga dan Wanita Islam, Terjemahan M.S. Nasrullah, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992), hal. 28.

[3]Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga di Sekolah dan Masyarakat, Terj. Herry Noer Ali, (Bandung: Dipenogoro, 1989), hal.18.
[4]Abdurrahman Siddik, Aqa�id al-Iman, (Singapura: Mathba�ah Ahmadiyah, 1936), hal. 2.

[5] Ibid., hal. 3.

[6] Masjfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid I : Akidah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), hal. 13.

[7]Dinas P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hal.959.

[8]Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah, (Yogyakarta: SI Press, 1993),  hal. 40.

[9]Al-Attas, An Naquib, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan,1988), hal. 39.
[10] Ibid., hal. 40.

[11]Soeganda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan,(Jakarta: Gunung Agung, 1999), hal. 12.

               [12]Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2003), hal 55.
[13]Ibid., hal. 56.
[14] Hobby, Kamus Populer, Cet. XV, (Jakarta: Central, 1997), hal. 28.

[15]Oemar Muhammad At-Tomy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, Cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang,  1979), hal. 44.

[16] Hobby, Kamus...., hal. 478.

[17]Jubaran Mas�ud, Raid Ath-Thullab, (Beirut: Dar Al�ilmi Lilmalayyini, 1967), hal. 972.

[18]Fuad Iqrami Al-bustani, Munjid Ath-Thullab, (Beirut: Dar Al-Masyriqi, 1986), hal. 905.

[19]Syahminan Zaini, Kuliah Akidah Islam, (Surabaya: Al Ikhlas, 1983), hal. 54.
[20]Winarmo Surachmad, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,             (Bandung: Angkasa, 1987), hal. 163.
[21]Kartini, Pengantar Metodologi Research Sosial, (Bandung: Alumni, 1980), hal. 28.

[22]Lexy J., Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 44.