Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Eksistensi Pesantren dalam Pengembangan Kepribadian Wanita


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Bahwasanya Islam telah manjadikan pendidikan sebagai suatu alternatif untuk membentuk kepribadian. �Pendidikan menurut pandangan Islam merupakan suatu upaya membimbing, mengarahkan dan membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbentuknya suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.�[1] Pendidikan islam berbeda dengan pendidikan pada umumnya, karena pendidikan islam bukan semata-mata untuk mengantarkan seseorang menjadi dewasa secara psikologi akan tetapi untuk mempribadikan ajaran Islam terhadap anak didik dan berkepribadian muslim merupakan tingkat kesempurnaan tujuan hidup orang muslim, sebuah kepribadian yang menjadikan seseorang sebagai insan kamil yang tidak hanya terbatas pada temperamen dan karakter saja akan tetapi meliputi aspek kejasmanian, psikologi dan kerohanian.
Ibnu Maskawaih menegaskan bahwa sebuah kepribadian itu tidak akan terbentuk dengan sendirinya, akan tetapi proses tersebut memerlukan dukungan dari lembaga-lembaga atau badan-badan pendidikan dan ada beberapa aspek yang mempengaruhi perkembangan suatu kepribadian yaitu faktor warisan keturunan dan faktor lingkungan, faktor warisan keturunan cenderung ketingkat bayi hingga kanak-kanak, sementara faktor lingkungan lebih cenderung kepada pembentukan kepribadian pada usia dewasa.[2]

            Bedasarkan asumsi tersebut di atas, yang bahwa sebuah pendidikan islam bisa menjadi suatu alternatif untuk membentuk sebuah kepribadian dan bahwasanya kepribadian itu tidak terbentuk dengan sendiri akan tetapi memerlukan sebuah binaan dan pengembangan, maka dalam hal ini penulis ingin mengadakan sebuah penelitian tentang proses pengembangan kepribadian disebuah lembaga pendidikan non formal yaitu pesantren dan dalam hal ini objek penelitian penulis khususkan kepada wanita, mengingat kepribadian seorang wanita senantiasa menjadi sorotan yang kemudian dijadikan publikasi terhadap perkembangan nilai-nilai keislaman karena wanita itu pada dasarnya adalah sebuah cerminan dari peradaban yang tengah berkembang.
            Pentingnya kepribadian wanita dibuktikan sejarah dengan tercatatnya perjuangan pertama islam adalah membentuk kepribadian wanita yang memberikan wanita kedudukan jauh lebih baik, revolusioner ajaran islam yang telah memberikan kedudukan tinggi bagi wanita tersebut banyak dibuktikan oleh Al-Qur�an dan Hadits, diantaranya adanya  kalimat syurga dibawah telapak kaki ibu, banyak pula ayat yang menjelaskan tentang hak dan kewajiban kaum wanita, bahkan keistimewaan kaum wanita juga dibuktikan sejarah dengan pengabadian kata An-Nisa� menjadi salah satu nama surah dalam Al-Quran.
            Kedudukan inilah yang antara lain sangat menuntut adanya kepribadian tinggi dimiliki oleh para wanita sehigga para wanita itu sendiri tidak akan pernah menjadi bumerang bagi islam yang telah memberikan kedudukan tinggi bagi mereka.
            Ruhul Fata seulimum, salah satu lembaga pendidikan non formal yang cukup berperan membentuk kepribadian wanita dengan menjadikan pendidikan agama sebagai suatu prioritas utama kegiatan pendidikan. Pesantren inipun cukup dikenal dengan fanatismenya terhadap nilai-nilai ketradisionalisasian, baik dari segi lingkungan, tata kebahasaan maupun tindakan mereka cukup berbaur tradisi.
            Diantara nilai tradisi yang mewarnai pesantren Ruhul Fata Seulimum adalah adanya pemisahan antara santri laki-laki dan wanita sehingga pesantren tersebut terkesan memiliki dua lembaga pendidikan yaitu Ruhul Fata untuk santri laki-laki dan Ruhul Fata untuk santri wanita, sementara itu objek penelitian penulis khususkan kepada santriwati pesantren Ruhul Fata Seulimeum, mengingat tujuan penelitian penulis adalah untuk mengetahui proses pengembangan kepribadian wanita/santriwati dipesantren ini.
            Pesantren Ruhul Fata Seulimum merupakan suatu lembaga pendidikan yang berperan dalam membentuk kepribadian wanita dengan kecerdasan dan rasa keagamaan yang kuat, sehinggga membentuk wanita yang faham dan taat beragama dalam masyarakat. Hal ini dapat terwujud sekiranya lembaga pendidikan ini benar-benar menjalankan garis-garis yang telah ditetapkan dalam tujuan pendidikan agama.
            Sehubungan dengan latar belakang diatas maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1)      Bagaimanakah usaha pesantren Ruhul Fata Seulimeum mengembangkan kepribadian santrinya dan bagaimanakah kepribadian yang dituntut sebagai tujuan akhir pendidikannya.
2)      Apa bentuk dari ketradisionalisasian pesantren Ruhul Fata Seulimeum  dalam pengembangan kepribadian wanita.
3)      Bagaimanakah hasil yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dan ummat Islam pada umumnya serta hambatan-hambatan apa sajakah yang dirasakan dalam proses pengembangan kepribadian.
            Atas dasar itulah penulis ingin mengadakan penelitian terhadap masalah tersebut, sehingga menetapkan judul skripsi �Eksistensi Pesantren Ruhul Fata Seulimeum dalam Pengembangan Kepribadian Wanita�.
B.Penjelasan Istilah
            Untuk menghindari kesalahfahaman suatu penulisan, maka perlu diberikan suatu penjelasan terhadap istilah judul skripsi yang penulis ketengahkan yaitu:
1)     Eksistensi
            �Eksistensi berasal dari kata Exixtentie yang berarti adanya, keadaan�.[3]Pengertian yang selaras juga terdapat dalam kamus besar bahasa indonesia yaitu �Adanya, keberadaan�[4]
            Adapun eksistensi yang penulis maksudkan adalah keberadaan atau keadaan yang bagaimana dalam pangembangan kepribadian yang dilakukan khusus bagi para wanita dipesantren Ruhul Fata Seulimeum untuk membentuk kepribadian-kepribadian yang kamil (sempurna).
2)     Pesantren Ruhul Fata Seulimum
            �Pesantren adalah sejenis asrama dan tempat murid belajar mengaji�[5]atau tempat para santri atau murid mempelajari agama dari seorang kyai atau syekh�[6].
Soedjoko mendefinisikan pesantren dalam bukunya yaitu: Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama islam umumnya dengan cara klasikal ,dimana kyai mengajarkan ilmu agama islam kepada santri bedasarkan kitab-kitab yang tulis olehulama-ulama arab pada abad pertengahan, para santri biasa tinggal dalam pondok(asrama) dalam pesantren tersebut.[7]

            Sementara Ruhul Fata adalah nama yang digunakan untuk pesantren tersebut, sebagai harapan bagi santri dengan belajar di pesantren ini akan tumbuh semangat fanatisme sesuai dengan makna dari Ruhul Fata yaitu semangat pemuda.
            Adapun yang dimaksud dari uraian diatas, pesantren Ruhul Fata adalah suatu lembaga pendidikan tradisional yang mengembangkan kepribadian santrinya melalui pendidikan agama islam dengan menerapkan sistem pengajaran secara klasikal yang dibimbing oleh seorang guru besar yaitu tgk. Husaini dan berlokasi di desa Seulimeum, Aceh Besar.
3)     Pengembangan
                  �Pengembangan berasal dari kata kembang yang berarti proses atau cara perbuatan mengembangkan�[8], Dalam versi yang lain disebutkan, pengembangan ialah suatu pembangunan secara bertahap dan teratur yang menjurus kesasaran yang dikehendaki.�[9] Dari arti kata pengembangan tersebut dipahami bahwa bagaimana proses perubahan sikap atau tata laku sekelompok orang dalam usaha mendewasakan anak manusia melalui pengajaran dan latihan.
4)     Kepribadian Wanita
            �Kepribadian berasal dari kata pribadi yang berarti manusia sebagai perseorangan, diri manusia atau diri sendiri.sementera itu kepribadian adalah keadaan manusia sebagai perseorangan  , keseluruhan sifat yang merupakan watak orang atau orang yang baik sifat dan wataknya�[10].Sudarsono berpendapat bahwa:
Kepribadian tidak hanya dirancukan pada temperamen dan karakter saja namun kepribadian lebih luas pengertian dari kedua istilah tersebut, yang bahwa mencakup totalitas mutu/bobot/kualitas dari seseorang, kualitas tersebut biasanya tampak dalam cara-cara berbuat, berfikir, berpendapat, falsafah hidup dan minat[11].

            Sementara itu wanita adalah kaum perempuan atau kaum putri�[12].Penjelasan yang sama tentang wanita ialah �Perempuan dewasa, Kaum putri�[13]
            Bedasarkan pengertian ini maka objek penelitian ini khusus tertuju kepada santriwati pesantren Ruhul Fata, yang mengfokuskan kepada bagaimana sebenarnya keadaan para santriwati ini dalam mewujudkan tujuan pendidikan menuju sifat dan watak yang ideal.


C. Tujuan Penelitian
            Setiap kegiatan dan tindakan yang dilakukan manusia mempunyai tujuan tertentu, begitu pula halnya dengan penelitian ini mempunyai tujuan tersendiri, Adapun tujuannya adalah:
1.     Untuk mengetahui bagaimanakah usaha pesantren Ruhul Fata Seulimum mengembangkan kepribadian santrinya dan untuk mengetahui bagaimanakah kepribadian yang dituntut pesantren Ruhul Fata Seulimeum sebagai tujuan akhir pendidikannya.
2.     Untuk mengetahui apa bentuk dari ketradisionalisasian Pesantren Ruhul Fata Seulimeum dalam pengembangan kepribadian wanita.
3.     Untuk mengetahui bagaimanakah hasil yang dirasakan oleh masyarakat sekitar dan ummat Islam pada umumnya serta hambatan-hambatan apa sajakah yang dirasakan dalam proses pengembangan kepribadian.
D. Postulat dan Hipotesis
            Postulat adalah anggapan dasar yang merupakan sebuah titik tolak pemikiran dari kebenaran yang diterima oleh penyelidik. Adapun anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1.     Pesantren merupakan lembaga pendidikan non formal yang berupaya membentuk kedewasaan sikap dan tindakan melalui pendidikan agama dengan sistem pengaplikasian langsung.
2.     Kepribadian yang menjadi tujuan utama pendidikan agama adalah terbentuknya manusia yang intelektual, bermoalitas, dan profesionalitas.
3.     Cinta kasih, kejujuran dan kesabaran adalah ciri utama kepribadian landasan Al-Qur�an dan Hadits.
4.     Pesantren dapat hidup dan berkembang ditengah masyarakat karena ia lahir dari masyarakat itu sendiri, sehingga pengembangannya berjalan dengan adanya guru dan santri.
            Hipotesis adalah dugaan sementara yang masih membutuhkan kepada pembuktian dan pembahasan lebih lanjut. Adapun hipotesis yang penulis ketengahkan dalam penulisan ini adalah:
1.     Adanya sikap fanatisme dikalangan santri merupakan sisi ketradisionalisasian pribadi-pribadi santri Ruhul Fata.
2.     Minimnya tenaga profesional  merupakan kendala utama pengembangan pendidikan.
3.     Sempitnya pemahaman tentang hakikat sebuah kepribadian merupakan suatu faktor rendahnya tujuan pendidikan.
4.     Kesederhanaan sikap dan kebersamaan para santri menjadikan pesantren dekat dengan masyarakat dan tetap tumbuh hingga saat ini.
E. Populasi dan Sampel
            Populasi adalah objek penelitian, jadi yang menjadi populasi dalam  penelitian ini adalah komponen-komponen yang berperan dalam proses belajar mengajar dipesantren Ruhul Fata Seulimeum, yaitu pimpinan pesantren, 42 orang dewan guru dan santri-santri pesantren yang berjumlah 494 orang.
            Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian. Dengan kata lain untuk mewakili seluruh populasi. Oleh karena itu yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seorang pimpinan pesantren, tiga orang dewan guru, serta 50 orang santri yang terbagi dalam tiga kelas yaitu kelas 1 sejumlah 27 orang, kelas 3 sejumlah 15 orang dan kelas 6 sejumlah 8 orang, semetara tehnik yang digunakan ialah sistem acak sederhana.
F. Metode Penelitian
1.Tehnik Pengumpulan Data
         Dalam upaya pengumpulkan data-data teoritis dan praktis, maka penulis perlu menggunakan teknik-teknik sebagai berikut.
a.      Library Risearch ( penelian kepustakaan ) yaitu mengadakan buku-buku bacaan   sebagai sumber data dan yang berhubungan dengan teori-teori yang dibahas.
b.     Field Research (penelitian lapangan) yaitu suatu teknik pengumpulan data  dimana penulis langsung mengdakanpenelitian terhadap objek dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
1)     Observasi yaitu memperoleh gambaran yang jelas tentang objek penelitian, penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap objek ini.
2)     Wawancara yaitu berkomunikasi langsung antara peneliti dengan objek setempat.Wawancara ini ditujukan kepada pimpinan pesantren, ketua umum, dan dewan guru Pesantren Ruhul Fata Seulimeum.
3)     Angket yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden angket, ini ditujukan kepada para santri.
4)     Tela�ah Dokumentasi yaitu mencatat dan menganalisis bahan-bahan catatan atau dokumen yang berhubungan dengan keadaan pesantren, santri dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan penelitan yang terdapat di Pesantren Ruhul Fata Seulimeum.
2. Tehnik Analisa Data
         Setelah data yang menjadi hasil penelitian terkumpul baik dari hasil observasi, angket, dan wawancara, penulis klasifikasikan menurut variabelnya masing-masing dengan menggunakan tabulasi sederhana dengan sistem persentase dengan rumus:
                   N
         P =   --   x  100%
                      F

         P = Persentase
         N = Jumlah Populasi
         F = Frekuensi
         100 % = Bilangan Tetap                                




[1]Abudin Nata, Metodelogi Studi Islam, (Jakarta, Raja Gravindo, 1998 ), hal. 292

[2]Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta, Rineka Cipta, 1989 ), hal.40
                       [3]Osuman Rabili, Kamus Internasional, ( Jakarta, Bulan Bintang, 1956 ), HAL. 185

               [4]Imrron M. Mulyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1990), hal:221

                       [5]WJS.Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1982), hal. 746

               [6]Timor Jailani, Meningkatkan Mutu Pendidikan dan Pembangunan Perguruan Tinggi, (Jakarta, Darmaga, 1984), hal.35

                       [7]Sudarsono Pradjiko, Profil Pesantren, (Jakarta, LP3ES, 1976 )hal.6

        [8]WJS. Purwadarminta, Etika Islam���.,hal.414

        [9]Imbron M. Mulyono, Kamus Besar���., hal.1007

               [10]Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa IndonesiaModern, (Jakarta, Pustaka Amani ), hal 323

                       [11]Sudarsono, Etika Islam��.., hal. 157

                       [12]Muhammad Ali, Kamus Lengkap��.., hal. 674

        [13]Imron M. Mulyono, Kamus Besar��..hal. 1007