Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

metode apa saja yang digunakan dalam mendidik anak prasekolah



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia pendidikan maju pesat seiring dengan perkembangan dan kemajuan sosial, budaya, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dunia pendidikan formal tingkat dasar yang sebelumnya dipahami sebatas  sekolah dasar, saat ini sudah merambah sampai pada pra sekolah. Lembaga pendidikan pra sekolah tumbuh di mana-mana ibarat jamur di musim hujan. Hal ini mengindikasikan semakin meningkatnya kebutuhan akan pendidikan formal anak sejak usia dini.
Pendidikan anak pada masa pra sekolah sangat penting karena pendidikan pada umur pra sekolah merupakan tonggak utama bagi terlaksananya pendidikan selanjutnya.  Usia balita sebagai usia penting bagi pengembangan intelegensi permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang sangat tinggi. Keberhasilan pendidikan pra sekolah akan menentukan keberhasilan pendidikan remaja.
Pendidikan anak pra sekolah adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar  yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal dan non formal.
Di tanah air khususnya daerah perkotaan, kebutuhan akan pendidikan anak pra sekolah sangat tinggi, ini dikarenakan oleh adanya perubahan sosial budaya terutama pada sistem kerja para orang tua. Bagi umat Islam lembaga pendidikan pra sekolah ini bukan sekedar langkah latah menanggapi keinginan pasar pendidikan yang sedang berkembang akan tetapi penyerapan konsep yang ada pada pendidikan anak usia dini _ pra sekolah_ ke dalam dunia pendidikan Islam merupakan aktualisasi peran dan tanggung jawab terhadap perkembangan generasi muslim yang akan datang, oleh karena itu perkembangan pembelajaran dengan pendidikan anak pra sekolah juga berkembang dalam komunitas dunia pendidikan Islam. 
Secara substansi, Islam sebenarnya berada pada tingkat yang sangat akrab dengan pembelajaran pendidikan anak di bawah umur atau pendidikan anak usia dini. Sejak priode awal Islam, nabi Muhammad sudah memberikan anjuran kepada umatnya untuk menuntut ilmu sejak dalam ayunan hingga ke liang kubur.[1] Di dalam pandangan Islam masa kanak-kanak merupakan saat dimana jiwa masih bersih, fitrah, ibarat lembaran putih dimana pendidikan bisa membentuknya menjadi apa saja sesuai dengan keinginannya.[2]Masa ini dapat diibaratkan sebagai lahan yang kaya humus. Pengaruh apapun yang ditanam dalam jiwa anak akan tumbuh dengan subur. Selanjutnya pengalaman yang diserap pada masa kecil ini akan memiliki pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan pada dirinya kelak sebagai manusia dewasa.
Para ahli pendidikan anak berpendapat bahwa pendidikan anak pra sekolah merupakan pendidikan yang dapat membantu menumbuhkembangkan anak serta dapat membantu perkembangan anak secara wajar. Pada hakikatnya pendidikan anak usia dini (pra sekolah) adalah upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan anak Pra Sekolah pada hakikatnya adalah upaya untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak.[3]
Secara umum ada beberapa lembaga pendidikan prasekolah dasar bagi balita di Indonesia. Yaitu Taman Kanak-Kanak, Play Group, dan TPA. Lembaga ini menampung anak-anak usia prasekolah untuk dibimbing sebagai landasan untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya. Bahkan di daerah perkotaan, sebelum masuk sekolah dasar harus terlebih dahulu mendapatkan pendidikan di taman kanak-kanak dan yang sejenisnya. 
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anakmemiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan taman kanak-kanan (TK) sangatlah penting karena pada masa Usia yang sangat muda merupakan masa keemasan (golden age)yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Masa ini sekaligus merupakan masa yang kritis dalam perkembangan anak. Jika pada masa ini anak kurang mendapat perhatian dalam hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta kebutuhan gizinya, dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.[4]
Pendidikan pada taman-taman kanak juga merupakan tempat penanaman nilai-nilai agama seperti nilai moral, etika, tatakrama dan sebagainya, anak-anak diajak mengenal bagaimana menghargai orang lain, bagaimana beribadah kepada Tuhan, bagaimana berhubungan dengan lingkungan sekitar.
Selain dari Taman Kanan-Kanan juga ada lembaga lain seperti Play Group. Play Group  merupakan taman pendidikan anak-anak usia dini, di pendidikan play grup ini anak-anak usia dini diajarkan sambil bermain, di dalam permainan tersebut penanaman nilai-nilai agama, sosial mulai dilakukan. Pendidikan play group merupakan pendidikan sebelum pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK).
Pendidikan play group merupakan dasar dari pendidikan sesudahnya. Mendidik anak tidak dapat secara asal-asalan, dikarenakan nilai penting pendidikan usia dini. Hal ini mengingat pendidikan tidak dapat dilaksanakan secara mendadak langsung ketika anak sudah besar. Justru ketika masih kecil itulah pendidikan perlu direncanakan sebaik mungkin, karena meletakkan dasar dan pondasi.
Penelitian ini ditekankan kepada pendidikan pra sekolah (pendidikan sebelum masuk sekolah). di daerah yang lebih dahulu maju, tersedia lembaga pendidikan formal bagi balita yang memadai. Sehingga masyarakat dapat menempatkan anak-anak mereka pada Tempat Penitipan Anak (TPA), playgroup dan Taman Kanak-Kanak. Sedangkan di desa Ruak pendidikan semacam itu tidak ditemukan, tanpa pendidikan dasar di Tempat Penitipan Anak (TPA), playgroup atau TK seorang anak langsung mendapat pendidikan pada pendidikan sekolah dasar.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pola pendidikan agama prasekolah pada masyarakat desa Ruak Kecamatan Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan. 

B.    Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat penulis rumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.     Apa saja materi yang diajarkan dalam pendidikan agama prasekolah pada masyarakat Kluet ?
2.     Metode-metode apa saja yang digunakan dalam mendidik anak prasekolah pada Masyarakat Desa Ruak ?
3.     Siapa saja yang terlibat dalam pendidikan agama prasekolah dasar di desa Ruak?


C.    Tujuan Penelitian
Pada latar belakang terdahulu telah dijelaskan permasalahan-permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, adapun tujuan pembahasannya yaitu:
1.     Ingin mengetahui materi-materi apa saja yang diajarkan dalam pendidikan pra sekolah
2.     ingin mengetahui metode apa saja yang digunakan dalam mendidik anak prasekolah pada masyarakat desa Ruak
3.     Ingin mengetahui siapa-siapa saja yang terlibat dalam pendidikan pra sekolah balita di desa Ruak.

D.    Postulat dan Hipotesis
Postulat (anggapan dasar) merupakan: �Suatu pernyataan umum yang tidak diragukan lagi kebenarannya.�[5]Dalam suatu penelitian yang dilakukan harus terdapat postulat sebagai anggapan dasar ataupun suatu anggapan yang kebenarannya tidak diragukan lagi. Di samping anggapan dasar tersebut penulis juga mengemukakan hipotesis sebagai anggapan sementara yang kebenarannya akan terungkap melalui hasil penelitian dan penelaahan terhadap buku-buku.
Adapun yang menjadi anggapan dasar (postulat) dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Pendidikan anak pra sekolah perlu dilakukan.
  2. Berdasarkan hadits Rasulullah, pendidikan anak dilakukan sejak dini (dari ayunan).
Dari pembahasan di atas maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.     Materi pendidikan agama anak prasekolah pada masyarakat Kluet meliputi masalah akidah, syari�ah, ibadah dan akhlak.
2.     Metode pendidikan agama prasekolah pada masyarakat desa Ruak kurang baik.
3.     Pendidikan anak prasekolah di desa Ruak dilakukan dengan melibatkan orang tua, masyarakat dan para teungku.

E.    Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan pembaca dalam memahami judul skripsi ini penulis menjelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul. Dengan penjelasan ini diharapkan adanya kesamaan makna dan pemahaman antara penulis dan pembaca dalam memahami topik-topik selanjutnya.
Istilah-istilah yang akan dijelaskan adalah sebagai berikut:

1.     Pola
Dalam kamu besar bahasa Indonesia pola diartikan sebagai gambaran yang dipakai untuk contoh, corak, model dan sistem cara kerja.[6]pola adalah titik pijak seorang desainer dalam menciptakan model yang akan dibuat. Pola yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah model atau cara yang diterapkan masyarakat desa Ruak dalam mendidik anak umur prasekolah.

2.     Pendidikan Agama
Pendidikan agama berasal dari dua kata yaitu �pendidikan� dan �agama�.  Menurut kamus besar bahasa Indonesia pendidikan merupakan proses penyembuhan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan[7]. Suganda Poerbakawatja menjelaskan bahwa pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk membawa si anak ke tingkat kedewasaan dalam arti sadar dalam memikul tanggung jawab segala perbuatan secara moral.[8]Dalam psikologi pendidikan disebutkan pendidikan adalah: �Proses pertumbuhan yang berlangsung berkat dilakukannya perbuatan belajar.�[9]Sedangkan agama adalah sistem, kepercayaan kepada Tuhan dan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan.[10]Jadi pendidikan agama adalah pendidikan yang didalamnya adanya pendidikan tentang kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh manusia berkaitan dengan ketuhanan, ibadah dan hukum-hukum. Pendidikan agama yang penulis maksud adalah pendidikan agama Islam.
Berhubungan dengan pengertian pendidikan agama Islam, Zuhairini beserta kawan-kawannya telah menyetir pendapat Moh. Azhiyah Al-Abrasyi: �Pendidikan agama Islam adalah untuk mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa Fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur[11].
Ahmad D. Marimba, mengartikan pendidikan agama Islam dengan �Bimbingan atau pembinaan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik untuk menuju terbentuknya kepribadian yang utama�[12].
Jadi pendidikan agama yang penulis maksudkan di dalam pembahasan ini adalah suatu usaha masyarakat desa Ruak untuk memberikan pengetahuan agama Islam kepada anak-anak di bawah umur, dalam undang-undang disebutkan bahwa yang disebut anak usia dini adalah anak yang baru lahir sampai dengan umur 8 tahun, tapi penulis maksud ialah pendidikan anak-anak sebelum masuk sekolah.

3.     Prasekolah
Prasekolah berasal dari dua suku kata yaitu �pra� yang artinya Sebelum dan �sekolah� tempat menimba ilmu. Dalam kamus besar bahasa Indonesia sekolah ialah tempat anak atau orang menimba ilmu sedang pra berarti sebelum jadi prasekolah ialah pendidikan sebelum sekolah.
Prasekolah dalam kaitannya dengan judul skripsi ini berarti pendidikan anak-anak yang masih di bawah umur sebagai salah satu usaha untuk menyukseskan pendidikan selanjutnya (pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi).

4.     Masyarakat Kluet
Masyarakat Kluet merupakan salah satu suku kecil di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. suku ini mendiami hulu sungai Kluet di Aceh Selatan. mereka tersebar di empat Kecamatan, Kecamatan Kluet Utara, Kluet Timur, Kluet Selatan dan Kluet Tengah. Mata pencaharian utama mereka adalah bertani.
Tentang sejarah dari mana asal suku Kluet secara jelas tidak diketahui, tidak ada literatur yang menjelaskan secara rinci tentang dari mana asal suku Kluet tersebut. Tapi dari beberapa cerita rakyat dapat diketahui bahwa di wilayah Kluet sekarang pernah berdiri sebuah kerajaan yang diberi nama kerajaan Laut Banko yang raja terakhirnya bernama Malinda. Menurut cerita tersebut penduduk Kerajaan Laut Banko adalah kelompok Melayu Tua. Kerjaan ini hancur karena ditimpa banjir besar, sehingga sebagian besar rakyatnya hanyut dibawa arus dan hanya sebagian kecil dari mereka dapat selamat karena dapat menangkap batang cebero (gelagah), deski  (sanggar) dan lain sebagainya menjadi pelampung.[13]
Dari sebagian kecil yang selamat sampai kedaratan, mereka terpencar-pencar dan membuat pemukiman baru, ada yang mendiami wilayah Karo, Tanah Alas dan Kluet. Yang terpencar mendiami wilayah Kluet tersebutlah asal dari masyarakat Kluet sekarang dan memberi nama marganya dengan marga pelis, dari pelis ini juga timbul bermacam-macam nama lain sesuai dengan apa dia selamat dari amukan banjir besar tersebut yaitu Pelis Cebero, Pelis Kopi, Pelis Munthe dan Pelis Kurungan.    
Mengingat wilayah Kluet yang begitu luas maka penulis menekankan penelitian ini hanya pada suatu wilayah  yang berada di wilayah Kluet tersebut, yaitu di Desa Ruak Kecamatan Kluet Utara.
                     






F.     Populasi dan Sampel
Populasi adalah �keseluruhan objek penelitian�[14]sedangkan sampel adalah �sebagian atau wakil populasi yang di teliti�.[15]
Sesuai dengan penjelasan tersebut di atas maka yang menjadi populasi adalah seluruh masyarakat desa Ruak yang mempunyai anak berumur pra sekolah (0 sampai 6 tahun) berjumlah 152 keluarga sedangkan sampel diambil 25% dari 152 keluarga yaitu berjumlah 38 keluarga yang diambil secara random dengan menggunakan teknik random sampling. Hal ini berdasarkan kepada pendapat yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto �bahwa apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik di ambil semuanya sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih�.[16]

G.   Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat kuantitatif yaitu penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesisyang berkaitan dengan fenomena alam.[17]Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif analisis yaitu suatu usaha yang dapat membantu menganalisa terhadap kebenaran masalah yang sedang diteliti.
Adapun data penelitian, akan diperoleh melalui pengamatan lapangan di lokasi penelitian. Dalam penulisan ini penulis menggunakan prosedur pengumpulan data sebagai berikut :
  1. Observasi
Observasi yaitu �memperhatikan sesuatu dengan pengamatan langsung meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera yaitu melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap�.[18]Adapun dalam penelitian ini, penulis akan melakukan pengamatan langsung ke Desa Ruak Kecamatan Kluet Utara Aceh Selatan menyangkut data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.
  1. Wawancara
Wawancara yaitu �sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara�.[19]Untuk memperoleh data-data dalam  penelitian ini, penulis akan mengadakan dialog langsung dengan Kepala Desa, Tokoh Masyarakat dan Keluarga-keluarga yang ada di Desa Ruak. 
  1. Angket
Angket atau kuisoner, yaitu penelitian lapangan dengan membuat daftar pertanyaan yang akan dijawab oleh responden. Angket ini dibuat dalam bentuk semi terbuka, artinya pertanyaan tersedia dalam daftar tersebut tersedia alternatif jawaban yang dianggap sesuai dengan masalah yang diajukan tapi juga menyediakan alternatif lain yang masih kosong untuk diisi oleh responden apa bila perlu.
                Adapun teknik pengolahan data penelitian ini, penulis menggunakan statistik sederhana dengan metode distribusi frekuensi perhitungan persentase dari semua alternatif jawaban pada setiap pertanyaan sehingga menjadi suatu konsep yang dapat diambil kesimpulan kemudian data angket yang diperoleh diolah dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut:
Dimana: F= Frekuensi yang sedang dicari perentasenya  
N = Jumlah Frekuensi
P = Angka persentase[20]
Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah penulis menganalisa data-data yang telah terkumpul dari para responden atau disebut juga dengan metode kualitatif. Data-data yang telah terkumpul itu diolah dan ditulis menurut bahasa penulis sendiri.
Sedangkan untuk penyeragaman penulisan, penulis menggunakan buku pedoman penulisan karya ilmiah mahasiswa yang diterbitkan oleh Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry tahun 2002.





[1] Muhammad Nur Abdul Haifzd, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Terj. Kusnawandani, dkk, (Bandung: Al-Bayan, 1997), hal. 108.

[2]Ibid,. hal. 108.

[3] Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),       hal. 1-6.

[4]Muhammadi, Orientasi penelitian Ilmiah, (www.googel.com, Juli 2008),    hal. 3

[5]Zainal Arifin, Penulisan Karya Ilmiah dengan Bahasa yang Benar,Pedoman Praktis untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: MSP, 1987), hal. 53.

[6]Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. X, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 778.

[7] Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hal. 761.

[8]Suganda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976), hal. 214.

[9]H.C.Whtherington, Psikologi Pendidikan, Terjemahan Bukhari, cet IV, (Jakarta: Aksara Baru, 1984), hal. 12.

[10]Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. X, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 10

[11]Zuhairimi, dkk,  Pendidikan Islam,  ,(Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal 155.

[12] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma�arif, 1980), hal 109.

[13]Bukhari RA. Dkk, Kluet dalam Bayang-bayang Sejarah, (Banda Aceh: Ikatan Kekeluargaan Masyarakat Kluet (IKMK), 2007, hal. 11-22.

[14] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta; Rineka Cipta, 2002), hal. 108.

[15] I b i d., hal. 109.

[16] I b i d., hal. 112.

[17]Muhammadi, Artikel Penelitian Kuantitatif , (www.google.co.id, Tanggal 23 Oktober 2008). hal. 1

[18] Ibid., hal. 133.

[19] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta; Rineka Cipta, 2002), hal. 132.

[20]Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid  I Cet V., (Jogjakarta: UGM, 1976), hal. 56..